CHAPTER 3

478 82 14
                                    

3. Kelas Baru

***

Pukul enam pagi, Sasha telah rapi dengan seragam sekolahnya. Begitupun dengan Yuki dan Nara. Lain halnya dengan Prisa, gadis itu tampak masih terlelap dalam tidurnya.

"Kebiasaan banget si Prisa, jam segini masih aja molor," gerutu Nara seraya menggeleng-gelengkan kepalanya. Tadi, Nara sudah mencoba membangunkan Prisa sebanyak tiga kali. Ajaibnya, Prisa tidak kunjung bangun. Lebih parahnya lagi gadis itu malah semakin tertidur nyenyak membuat Nara heran.

Yuki masuk ke dalan kamar mandi untuk mengambil sesuatu. Tidak lama kemudian, Yuki kembali dengan membawa gayung berisikan air.

Yuki menyeringai. "Gue yakin, dengan cara ini pasti si kebo bakalan bangun."

Tanpa berperasaan, Yuki menyiram wajah Prisa dengan air yang ada di gayung. Sasha dan Nara melotot, keduanya tidak menyangka dengan aksi bar-bar Yuki yang dengan beraninya menyiram wajah Prisa menggunakan air.

"Tutup telinga lo," bisik Nara pada Sasha.

"BUSET, BANJIR WOI. CEPAT PANGGIL PEMADAM KEBAKARAN," teriak Prisa dengan wajah paniknya. Prisa berdiri seraya berteriak heboh, gadis itu belum sepenuhnya sadar.

Yuki menoyor kepala Prisa. "Bego, mandi sana. Nanti telat."

Prisa mendadak diam mematung. Gadis itu berusaha mengumpulkan kesadarannya. Setelah sadar, Prisa menatap kesal ke arah Yuki.

"Sialan lo, Yuki," maki Prisa. "Muka, baju, tempat tidur gue basah semua gara-gara lo."

Yuki mengedikkan bahunya acuh tak acuh. "Siapa suruh lo tidur kayak orang mati, susah banget dibangunin. Harusnya lo berterima kasih sama gue, gue ngelakuin ini biar lo nggak telat masuk kelas."

Prisa mengerucutkan bibirnya. Gadis itu merebut paksa gayung yang ada di tangan Yuki, lalu masuk ke dalam kamar mandi dengan bantingan pintu yang cukup keras.

"Dasar bocil," ucap Nara saat melihat tingkah laku Prisa.

"GUE DENGER," teriak Prisa dari dalam kamar mandi.

Ting Tong

Bel kamar mereka berbunyi. Nara membuka pintu, terlihat sosok perempuan paruh baya dihadapannya. Dia adalah tante Lala, ibu kantin di sekolah ini yang bertugas mengantar sarapan ke setiap kamar-kamar asrama putri. Tante Lala tidak sendiri, beliau bertugas dibantu oleh Mumun yang merupakan anaknya.

"Pagi, Sayang. Seperti biasa, Tante Lala mengantarkan sarapan untuk kalian. Dihabisin, ya. Kalo nggak habis, nanti Tante maki-maki, lho."

Nara tersenyum kikuk. Tante Lala memang sering bercanda seperti ini, namun tak ayal bila candaannya sering menjadi kenyataan. Contohnya seperti kejadian sebelumnya, ada seorang siswi yang komplain pada tante Lala karena makanan yang dimasak olehnya kurang asin. Besoknya tante Lala memasak makanan spesial untuk siswi itu. Namun, makanan itu sangatlah asin. Ditambah lagi, tante Lala memberikan sebungkus garam pada siswi itu dengan alasan takut bila masakannya masih kurang asin seperti sebelumnya. Jelas-jelas siswi itu protes pada tante Lala dan berakhir dengan siswi itu juga yang dimaki-maki oleh tante Lala.

"Makasih, Tante Lala," ucap Nara. "Tenang aja. Pasti dihabisin, kok."

"Oke deh." Setelah mengatakan itu, tante Lala pergi mendorong troli makanan seraya mengibaskan rambutnya.

Nara menutup pintu, lalu menaruh empat kotak makanan tersebut di atas meja makan. Fyi, kamar asrama yang mereka tempati cukup luas. Terdapat dua tempat tidur susun, dua meja belajar, satu kamar mandi, satu meja makan berukuran sedang dan satu dispenser air.

DREAM HUNTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang