Selamatkan... dia

1.1K 144 3
                                    

©Putri_Sharaza
Pairing : All x Takemichi.

.

.

.

"Takemichi disekap?!"

"I-ya."

"Siapa?"

Seakan mengerti, "Hanma Suji dan—

"Mereka berdua memang gila." Suara lain memotong si pria yang tubuhnya tersentak dan bergetar.

"Tidak, tidak. Lebih tepatnya sakit jiwa." Seseorang baru saja memasuki ruangan, dan menimpali perkataan mungkin temannya.

"Kau. Jangan menimpali perkataan ku. Ngajak ribut?"

"Heh. Aku bertanya balik memangnya kau berani?"

"Sialan."

"Hentikan Kakuchou, Sanzu. Jangan buat kepalaku tambah pusing dan Takeomi panggil Ran dan Rindou, kita akan bahas ini."

"Baiklah.."

"Permainan apa lagi yang ingin di perlihatkan mereka? Menarik bukan." Pria berambut Pink bernama Sanzu yang baru saja masuk ruangan dan dengan seenak jidatnya duduk di atas meja.

"Aku tidak sabar menantikannya."

"Apapun itu kita yang harus memenangkan dan mendapatkannya bukan?" Terdengar suara lain mengintrupsi. Dua orang berambut gradiasi hitam dan ungu memasuki ruangan.

"Ran, Rindou sudah tau apa yang akan dibahas?" Tanya Kokonui.

"Sudah."

Tekeomi berjalan dan berdiri tegap di samping kokonui, berperan sebagai BodyGuard. Takeomi mengecek satu per satu anggota yang hadir, Ran dan Rindo duduk bersebelahan di Sofa panjang. Kakuchou duduk di Sofa Single, Sanzu duduk di meja kerja Kokonui.

Takeomi mengangguk ke arah Kokonui. Semuanya sudah lengkap.

"Baik, mari kita mulai."

***

"Cih... Dua orang itu." Geram Draken.

Seett...

Derit kursi berbunyi di ruangan sunyi.

"Chifuyu, ingin kemana?" Tanya seseorang berambut hitam panjang.

"Menyelamatkan Takemichi."

"Kau gila?! Kita harus menyusun rencana dahulu. Berfikir dengan tenang."

"Tenang? Bagaimana bisa! Seseorang yang berharga bagiku, dia,—nafasnya tercekat—DIA MEMBUTUHKAN PERTOLONGAN!"

"Dinginkan pikiran mu Chifuyu. Kita semua merasakan apa yang kau rasakan, kita semua juga khawatir. Tetapi, tidak ada jalan lain. Kita harus menyusun rencana semaksimal mungkin mengurangi kerugian."

Keheningan melandai. Satu ruangan tidak ada yang ingin berbicara, semua sibuk dengan pikiran masing-masing. Tidak ada yang ingin memecah keheningan nan menegangkan ini.

Semua persaan khawatir, takut, sedih dan perasaan-perasaan negatif lainnya berkecamuk menjadi satu, tidak bisa di deskripsikan.

"Aku–

Semua orang di ruangan menengok ke satu orang yang terlebih dahulu membuka suara. Mikey.

–juga ingin menyelamatkannya."

Sakit. Jantung mereka serasa di peras, mendengar suara parau Mikey.

Mereka semua mememang ingin menyelamatkannya. Tapi tidak ada yang membuka suara walau hanya untuk membicarakan rencana. Diam seribu bahasa adalah pilihan terbaik saat ini.

Putri_Sharaza

Lumuran darah telah membasahi hampir semua pakaiannya. Tapi itu bukan lah hal terpenting.

Orang yang di cintainya sedang merenggang nyawa, Takemichi mencoba berlari sembari mengendong Bridal Style Hinata. Nafasnya terengeah-engah dengan luka lebam juga beberapa tanda di bagian tubuhnya yang sudah membiru.

Di sepanjang jalan yang di lewatinya sangat sepi. Tidak ada kendaraan umum yang lewat atau pun sekedar ditumpangi, mungkin karena sudah tengah malam semua pada sibuk tengelam ke alam mimpi.

Keadaan telapak kaki Takemichi pun bisa di bilang mengerikan. Berlari dan membawa seseorang tanpa memakai alas kaki dan terus berlari di atas aspal yang berbatu. Miris.

Takemichi terus berlari, didepan sana sudah terlihat bangunan berwarna putih dan berlambang plus, hanya tinggal berbelok kiri.

Takemichi menambah kecepatan berlarinya lalu berbelok, seketika sorot lampu mobil mengenai retina matanya. Ah, sial sekali hidupnya.

Bruk

Tubuh Takemichi terhempah bersamaan dengan tubuh Hinata.

Pandangan Takemichi menjadi buram tapi ia tau Hinata ada di depannya karena bau besi masih tercium di indranya pun hanya samar-samar. Takemichi berusaha mengerakan jarinya mencari tubuh Hinata. Ia ingin memeluknya.

"Oi kamu– kalian jangan mati."

Pandangannya semakin menghitam saat seseorang mendekati dirinya.

Dengan sedikit berusaha ia berucap,

"Kumohon selamatkan Hinata."

Matanya memberat dan tertutup sempurna ia juga merasakan tubuhnya terasa ringan, seakan semua luka di tubuhnya terangkat.

Apa ia akan mati?

.

.

.

Tbc.

7 Februari 2022

Please Leave Me! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang