Kelahiran dan Kepergian

1.6K 259 19
                                    

"Kak... Coba lihat, anak kita tampan, kan?"

Arsen tersenyum. Dia mengangguk kecil dan tangannya terulur untuk mengusap pipi gembul bayi dalam gendongan sang istri.

"Tampan seperti ayahnya,"

Arsen mengangguk lagi. Benar-benar mirip dengannya. Arsen sedikit tersentak kala tangannya merasakan pipi gembul putranya dingin. Sangat dingin. Kening Arsen berkerut dalam.

"Sayang, boleh baby aku gendong?" Tanya Arsen dan Naira mengizinkan.

Arsen menggendong putranya dan mengusapi semua sisi wajah putranya. Dingin. Semuanya dingin. Bayi gembul itu tampan dengan alis yang tebal, hidung mancung, dan bibir mungilnya yang berwarna pucat dan sedikit biru. Mata Arsen terbelalak.

Arsen baru mau memeriksa denyut nadi putranya saat sang putra diambil alih. Arsen mengangkat wajahnya dan tertegun melihat wajah ayu dan lembut di depannya.

"Mami..."

"Hai, dek. Kamu semakin tampan saja,"

"Mi... Itu..."

"Hm? Bolehkan mami lihat cucu mami?"

Arsen hendak menggelengkan kepala namun, suara tangis bayi membuat dia urung menolak permintaan ibunya. Putranya menangis di pelukan sang nenek.

"Dek, maaf ya," Ujar sang ibu.

Arsen mengerutkan keningnya. Namun, saat itu sang ibu pergi sambil menggendong bayinya. Arsen ingin mengejar tapi, kakinya seperti terpaku di tempatnya berdiri. Tidak bisa bergerak. Arsen mencari Naira agar sang istri bisa mengejar ibu dan anak mereka, namun Naira tidak ada disana.

"Mi... Jangan mi! Mami, please... Arsen mohon..." Arsen berteriak namun sang ibu tidak sedikit pun menoleh.

........

"Mami!"

Arsen terlonjak. Dia kemudian menoleh ke arah kiri. Naira masih terlelap di sebelahnya. Tangan Arsen mengusap perut buncit Naira. Beberapa minggu lagi putranya akan lahir. Arsen menarik napasnya dalam-dalam. Dia sering kali bermimpi seperti itu. Arsen kurang tidur karena mimpi itu. Arsen takut terjadi sesuatu pada Naira dan anak mereka.

"Baby... Jangan nakal ya, nak! Kamu dan mama harus sehat-sehat, ya..." Bisik Arsen.

Arsen melirik jam di nakas. Masih jam dua dini hari. Arsen menghela kecil. Dia akhirnya memilih keluar dari kamarnya dan duduk di ruang keluarga. Arsen mengambil sebuah buku dan membaca buku itu. Pada akhirnya, Arsen kembali tidak tidur. Untung saja dia sudah mengambil cuti beberapa hari yang lalu.

"Mami... Kenapa Arsen bermimpi seperti itu terus?" Gumam Arsen.

Arsen berdiri dari sofa dan keluar dari ruang keluarga saat langit mulai berubah warna. Arsen kembali ke kamarnya untuk mengambil beberapa helai pakaian dan juga sikat giginya. Arsen mandi di kamar mandi luar. Selesai mandi dia pergi ke pantry dan membuat kopi untuknya.

"Tumben kamu sudah bangun, dek,"

Arsen menoleh dan menemukan ayahnya ada disana. Oh, ada kakak tertuanya juga disana. Semalam sang kakak dan keluarganya menginap di rumah besar sang ayah ini. Arsen tersenyum tipis sebelum duduk di meja makan dan mulai menyeruput kopinya.

"Ada masalah apa dek?" Tanya Alvaro.

"Tidak ada, pi. Tidak ada masalah apapun,"

"Benar?"

Arsen mengangguk lagi.

"Arsen hanya tidak bisa tidur. Mungkin karena terlalu khawatir,"

"Jadi, Naira akan melahirkan secara normal atau c-section?"

[DS #3] Save Me Hurt MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang