Part 33 (2017)

631 61 14
                                        

Bos menyeringai memamerkan deretan giginya dihadapan Naya. Naya merasa seluruh tubuhnya tidak dapat digerakkan sama sekali walau dia sudah berusaha keras menggerakkannya. Seluruh tubuhnya seolah diikat seutas tali yang tak nampak. Sosok menyeramkan itu semakin dekat menyodorkan wajahnya ke wajah Naya.

Naya merasa sesuatu menyentuh perutnya, Naya menduduk melihat tangan Bos mulai mengerayangi tubuhnya. Tangan kekar pemuda itu kini telah mengelus perutnya dan secara perlahan naik untuk menyentuh dadanya ...

"TIDAAAKKKKKK!!!!!

Segalanya tiba-tiba berputar membuat Naya kebingungan, wajah Bos lalu berubah menjadi sesosok wajah yang begitu tampan.

"Baskara ... " kata Naya tercekat ketika melihat wajah Baskara tiba-tiba muncul dihadapannya.

"Kenapa lo nolak gue?" Kata Baskara penuh dengan amarah, mata pemuda tidak seperti biasanya, matanya berwarna merah darah ...

"Bas ....!!!" Pekik Naya penuh ketakutan.

"Kenapa lo nolak gue !?!" 

Baskara dengan agresif kemudian mendekati Naya. Pemuda itu menyeringai dan memperlihatkan giginya. Tiba-tiba saja Baskara memiliki gigi taring yang panjang dan tajam. Gigi taring itu mungkin dengan mudah dapat mengonyak tubuh Naya. 

"TIDAAKKK!!!" Naya berlari berusaha menghindari Baskara yang ingin mengigitnya.

 "TIDAAAAAKKKKKKKKKKK!!!!


Mata Naya lalu terbuka dan seketika dilihatnya langit-langit kamarnya. Naya merasakan napasnya terengah-engah, dadanya naik turun dengan begitu cepat serta keringat dingin bercucuran membuat kaosnya basah. Naya lalu mencoba mengatur napasnya sambil memijat pelipisnya. 

Untungnya semua itu tadi adalah mimpi. Namun mimpi tadi benar-benar mimpi buruk bagi Naya. 

Naya kemudian bangun dari tidurnya dan duduk di tempat tidurnya, tangan kecilnya mencoba meraba ke arah meja kecil yang berada disebelah tempat tidur untuk mencari ponselnya. 

"Sial" gerutu Naya ketika ingat kalau ponselnya masih hilang.

Naya lalu mengusap wajahnya yang basah karena keringat dan melihat ke arah jam dinding. Jam sudah menunjukkan pukul 1 siang. Rupanya Ia tidur cukup lama dan tidak ada satu orangpun yang membangunkannya.

Tepat ketika Naya ingin beranjak kekamar mandi, seseorang mengetuk pelan pintu kamarnya.

"Naya" Terdengar suara Daven dibalik pintu.

Mengingat apa yang terjadi diantara mereka berdua kemarin malam membuat Naya enggan untuk membukakan pintu kepada pemuda itu.

"Naya" Kata Daven dengan suara yang lebih lembut, "Udah jam 1 siang kamu enggak laper"

Naya memang merasa dirinya lemas karena belum makan dan yang paling penting tenggorokannya terasa begitu kering dan membutuhkan air dengan segera. Sangat terpaksa Naya lalu membukakan pintu untuk Daven.

Ketika pintu terbuka, pemuda itu tersenyum lembut kearah Naya. Namun tidak seperti biasanya Naya sama sekali tidak ingin membalas senyuman pemuda itu.

"Kamu masih marah Nay?" Tanya Daven.

Naya tidak menjawab dan hanya menatap kesal pemuda itu. Tiba-tiba Daven mengulurkan sesuatu dari kantong celananya.

Ponsel Naya.

"Ponselku kak!" Kata Naya terkejut seketika lupa kalau Ia sedang ngambek bicara, Naya mengambil ponsel itu dari tangan Daven dan memeriksa kondisi ponselnya yang masih utuh tanpa kerusakan sama sekali. Ia masih tak percaya kalau ponselnya bisa ditemukan.

Unmoveable [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora