O5. Vas bunga

126 70 67
                                    

"Jangan didengar apapun yang mereka katakan, jangan dilihat apapun yang mereka lakukan satu sama lain, acuh dan biarkan mereka"

Happy Reading

•••

"Em thanks ya, tta" Ucapan nya membuat Aletta menoleh pada Damar yang tengah berjalan beriringan dengan nya keluar dari venue itu, setelah konser itu berakhir beberapa saat yang lalu.

Dengan sedikit terkekeh, Aletta menyaut "Haha, iya santai aja kali, kak"

"Iya deh iya, tapi makasih udah mau gue ajak kesini- eh udah malem nih, mau langsung pulang?" Ujar Damar yang melihat jam dior ditangan kiri nya seraya menatap Aletta yang disebelahnya.

Aletta segera melihat jam pada hp nya, dan ternyata jam memang sudah menunjukkan pukul 7:45 PM membuat nya terlihat gelagapan.

"Eh iya, kak. Ayo pulang!" Damar hanya pasrah ketika tangannya ditarik oleh Aletta, tapi, Damar juga sedikit heran melihat Aletta yang sedikit tergesa, dan terlihat pula keringat yang sedikit demi sedikit keluar dari pelipis nya.

Dalam mobil pun, terlihat wajah Aletta yang semakin gelisah

"Lo kenapa kayak gelisah banget si let? Ada masalah?"Aletta menoleh pada Damar yang tengah menyetir sesekali melirik ke arah nya

"Engga, gue cuma t-takut dikunciin sama mama gue, kak hehe"Dikta hanya memandang aneh Aletta namun tak lama ia mengangguk menandakan ia percaya

Aletta hanya menghela nafas lega, karena melihat Damar yang percaya dengan ucapan nya, walaupun terlihat masih tak percaya.

Sesampainya didepan rumah yang cukup besar, Aletta segera turun dari mobil Damar, sebelumnya Aletta sudah menyempatkan mengucapkan terimakasih pada Damar. 

Sedangkan, masih didalam mobil Damar hanya mengangguk ketika Aletta berterimakasih padanya, ia belum pergi, ia memandangi Aletta yang baru saja berlari memasuki rumah nya, setelah dirasa Aletta aman didalam rumah, ia kembali menyalakan mesin mobil nya, dan beranjak pergi dari halaman rumah keluarga Artaya itu.

Kembali lagi. Aletta baru saja menginjakkan kaki nya masuk, nafas nya pun masih tersenggal yang habis lari dari tempat parkir mobil Dikta dengan pintu nya itu lumayan jauh, dan itu melelahkan.

Saat baru saja menutup pintu, bersamaan dengan suara pecahan dari arah ruang tengah.

Prangg

Hembusan nafas nya terdengar lebih baik dari yang tadi, hanya saja yang ini terdengar sedang pasrah, sedikit mengintip dari celah pintu, berharap Damar sudah pergi dan tidak mendengar apa yang terjadi dirumah keluarga Artaya itu.

Dengan lesu Aletta beranjak dari sana menuju kamar nya, sayang nya harus melewati ruang tamu,

Ia hanya acuh dengan dua manusia yang tengah saling membentak itu, namun naas.
Ketika salah satunya melempar vas bunga-yang diketahui terbuat dari semen-itu, mengenai dirinya.

" Akhh.. "

"ALETTAAAA!!"

•••

Damar menatap sekeliling ruang tamu, terlihat sangat sepi, biasanya mama nya sudah berdiri didepan pintu dengan bersedekap dada serta menatap nya nyalang saat dirinya lagi-lagi pulang larut malam, tapi sekarang tampak tak ada orang sekalipun.

Baru saja mau berjalan menuju kamar nya, tiba-tiba ada notif dari balik kantung bajunya, langkah nya terhenti berdalih mengambil handphone nya dan melihat pesan, siapa tau mama nya kan?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Senja Harapan [OG - Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang