25. Edward Mati?

128 13 2
                                    

Sonya membulatkan matanya saat di rasakan peluru panas itu mendarat di lengan atasnya. Sonya melihat kearah tangan yang berdarah dan juga Ayahnya yang masih mengacungkan pistol tadi.

"Aku tak perduli. Di mataku kau hanyalah kegagalan dan beban hidup. Kau anak tak berguna! Tidak berbakat! Bodoh! Dan gagal!"

Sonya merasakan petir yang menyambar dirinya. Sonya memejamkan matanya sambil mengepalkan tangannya kuat-kuat, satu tangannya terulur dan langsung mencabut peluru tadi darah pun semakin banyak yang keluar. Edward berjongkok di sebelahnya. "Sonya..."

"Dia menembak ku, Edward. Dia menambak ku," kata Sonya dengan air mata yang terus mengalir dan senyuman di bibirnya. "Dia ingin membunuh ku padahal aku sangat menyayanginya, Edward. Kenapa dia ini? KENAPA KAU BEGITU MEMBENCI KU?!"

"Sudahlah, sayang. Ayo kita obati luka mu---"

"Kau pergi saj---"

"Mana mungkin aku meninggalkan mu!"

"A-aku tidak kuat..." Sonya menghela napas panjang dan darah pun terus keluar dari bekas luka tembakan itu. "Pergilah, Edward"

"Aku rela mati asal bersama mu"








DOR.

"EUGH!" tiba-tiba Pak Aris terduduk sambil memegang perutnya yang mengeluarkan darah, terlihat Pak Faris yang sedang tersenyum dari atas sambil menatapnya. Pak Aris pun langsung membalas tatapan itu sambil terus memegangi perutnya. "A-apa yang k--kau... Lakukan, Faris? Akh"

"Aku sudah tak membutuhkan mu lagi," jawab Pak Faris sambil menuruni tangga. "Ternyata benar kata orang kau ini mudah di bodohi apalagi dengan uang. Bahkan kau rela menyakiti dan hampir menbunuh anakmu sendiri"

"Kurang ajar kau..."

Pak Faris berjongkok di depan Pak Aris sambil tersenyum miring. "Kau pikir aku mau membagi Pulau ini? Tidak akan!"







DUG

Pak Faris langsung menendang tubuh Pak Aris hingga terguling di tangga dan terkapar di lantai dengan darah yang memenuhi sebagian tubuhnya.

"Ay--"

"Jangan menyentuh ku!" Pak Aris menakis tangan Sonya yang hendak memeluknya. Sonya menggeleng pelan bersama Edward yang setia di sampingnya. "Aku tak Sudi kau sentuh"

"Aku akan mengobati luka---"

"PERGI KAU ANAK SIALAN!"

Tubuh Sonya bergetar hebat bersamaan dengan air mata yang kembali tak tertahankan. Edward memegang erat tangan Sonya dan mengajaknya pergi karena dia sudah melihat gerombolan Monster-monster yang menuju kearah mereka.

"Ayo..."

Sonya menatap kearah Pak Aris yang juga menatapnya dengan ekpresi penuh kebencian.

"Kau hanya pembawa malapetaka, pembawa sial, dan beban hidup ku. Aku tak ingin memiliki anak seperti mu"

Sonya memejamkan matanya sejenak, lalu tak lama kemudian dia pun menghapus air matanya sambil tersenyum manis. "Apapun yang kau katakan aku akan selalu menyanyangi mu, Ayah. Kau tetap pahlawanku"

Edward menarik tangan Sonya bersamaan dengan datangnya para Monster yang kelaparan itu, mereka langsung memakan habis Pak Aris tanpa sisa. Sonya menguatkan hatinya, dan melihat kearah laki-laki yang tetap setia mendampinginya walaupun dia sedang tidak baik-baik saja bahkan. Hati Sonya sedang benar-benar hancur, setelah puas mendapatkan hinaan dan cacian dari Ayahnya dia pun harus kehilangan Ayahnya dengan cara mengenaskan.












SECRET ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang