12

40 27 1
                                    


Hai Hai

Jam berapa kalian bacanya?

Jangan lupa vote sama komen

Happy reading

Langit dengan warna jingga membentang di atas langit sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Langit dengan warna jingga membentang di atas langit sana. Menampakkan sebuah keindahan yang sangat di sukai oleh penikmatnya. Memperlihatkan sepasang kekasih yang tidak rela akan berpisah. 

“Nanti kalo udah sampe rumah kabarin ya,” pinta Jova kepada kekasihnya itu.

Devan mengangguk, dan kembali memperhatikan Jova dengan tangan sebagai tumpuan dagunya.

Jova yang merasa di perhatikan mengalihkan pandangannya kepada kekasihnya itu.

“Ngapain ngeliatin aku? Sana pulang.” usir Jova karna sejak tadi Devan memperhatikannya.

Mereka baru saja sampai di kediaman rumah kekasihnya beberapa menit yang lalu.

“Ngusir nih? Padahal mau liatin kamu agak lama takut kangen,” jelas Devan yang sejak tadi terduduk di motor sport hitam miliknya.

Jova tertawa pelan lalu kembali menatap kekasihnya. “Liatin aku kaya gitu takut kangen? Ya udah nanti jam 9 kita telfonan atau vidio collan oke”.

“Beneran ya? Awas ajah pas aku telfon kamu gak jawab,” peringat devan dan di angguki oleh gadis itu.

“Peluk sekali lagi,” rengek Devan merentangkan tangannya agar Jova masuk kedalam pelukannya.

Jova tersenyum dan berlari kecil untuk memeluk devan. Devan tertawa pelan dan mendekap tubuh yang lebih kecil darinya dengan erat.

“Kalo kenapa-napa telfon oke.” bisik devan dan di angguki oleh Jova.

Rasanya ada hal yang membuat Jevan tidak rela meninggalkan gadis itu di sini, meskipun rumah ini adalah tempat tinggal gadis itu Devan merasa ada sesuatu yang akan terjadi.

“Dev, udah ihh lepas lama banget pelukannya.” gadis itu berusaha melepaskan dekapan Devan.

“Nikah ajah yuk va, maunya kapan?” tanya Devan yang masih mendekap tubuh jova erat dan menengelamkannya di ceruk leher gadis itu.

“Ngaco kamu, udah lepas terus pulang nanti bunda nyariin.”

“Mau kapan? Besok? Hari minggu? Atau hari ini juga bisa ayo ke kua.” pertanyaan Devan membuat Jova terkekeh.

Jova menggurai pelukan itu dan Devan pun beralih menatap kekasihnya yang berdiri di hadapannya.

“Tapi kalo kamu nerima aku apa adanya nanti kita lakuin permintaan kamu yang satu itu oke?” jelas Jova membenarkan rambut Devan yang berantakan terbawa angin.

STORY OF JOVANCA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang