Nerd | 30

48.3K 5.1K 244
                                    

Devin menghela napasnya panjang menatap cerahnya langit, membuka ponselnya berharap ada notifikasi dari seseorang yang dia tunggu.

Namun nihil, tidak ada notif seperti yang dia harapkan, yang dia dapatkan malah operator yang mengiriminya pesan.

“Kira-kira, Leta lagi ngapain yah?” tanya Devin entah pada siapa.

Galau? Mungkin itu yang tengah dirasakan lelaki bernama Devin itu. Sejak mengetahui bahwa Leta tidak masuk sekolah hari ini, Devin seolah kehilangan semangatnya. Rindu? Bukan itu, hanya saja Devin merasa tidak ada orang yang menjadi target jahilnya, dan itu membosankan.

“Nih orang ditelan bumi apa gimana sih?! Pesan nggak dibales, telfon nggak diangkat. Jangan-jangan tuh orang nggak tau kegunaan ponsel buat apa, Leta kan cupu.”

“Cihh, berarti besok gue harus ajarin dia main ponsel. Biar tau fungsi ponsel sebenarnya itu buat apa.” Setelah berdialog dengan diri sendiri, Devin membaringkan tubuhnya telentang menghadap langit.

Ya, saat ini Devin tengah membolos dan berada di rooftop sekolah. Menurutnya, waktu terasa berjalan sangat lama tanpa adanya Leta di sekolah.

***

“Ferdi.” Ferdi menghentikan langkahnya ketika mendengar ada seseorang yang memanggil namanya, berbalik melihat orang yang memanggilnya.

“Ferdi, masih ingat janji kamu, kan?” Lelaki itu langsung menghela napasnya. Tanpa melihatpun sebenarnya dia tahu bahwa yang memanggilnya adalah papanya sendiri.

“Pa, aku mau ngomong sama Papa sebentar.” Papanya menatap Ferdi.

“Omong kosong apalagi yang mau kamu bicarakan? Mau bilang kalo kamu lupa tentang janji kamu itu yang mau jadi peringkat pertama?”

“Cewek itu...” Ferdi menggantung kalimatnya. Lalu reaksi papanya langsung berubah menjadi tidak suka, menoleh ke sembarang arah.

“Kamu tidak perlu berbicara tentang seseorang yang sudah tidak ada di dunia ini lagi Fer,” ucap papanya penuh peringatan.

“Kenapa Papa sembunyiin semuanya? Kenapa?” Papanya langsung menoleh menatap Ferdi dengan reaksi yang sedikit terkejut.

“Kamu tau semuanya?” Ferdi mengangguk, sementara papanya langsung tersenyum kecil.

“Papa tau? Tindakan Papa itu nggak bener, karena tindakan Papa itu. Semua orang jadi susah, karena tindakan Papa, ada seseorang yang terus menyalahkan dirinya selama ini.”

“Menurutmu, kamu mendapat juara satu lomba olimpiade kimia karena apa?”

“Apa?” Ferdi langsung memotong ucapan papanya. Jangan bilang apa yang ada dipikirannya saat ini adalah kebenaran.

“Kamu pikir kamu mendapat juara karena kamu pintar? Enggak! Kamu dapat juara karena kepergian gadis itu Ferdi!” Ferdi diam, mendunduk mencermati ucapan yang baru saja dilontarkan oleh papanya.

“Apa yang sudah kamu raih selama ini dengan usahamu?” Ferdi menganggukan kepala, lalu tersenyum kecut.

“Jadi, apa yang Papa lakuin itu buat aku?” Papanya mengangguk.

“Papa tau? Gara-gara Papa, tanpa kusadari aku melukai orang lain. Andai waktu itu Papa-” 

“Jangan lemah Fer! Begitulah dunia. Kamu tidak perlu membahas itu lagi, toh semua nggak akan berubah kan?”

Lagi, Ferdi tersenyum remeh mendengar jawaban dari papanya. “Enggak, dunia nggak seperti itu. Yang seperti itu cuma Papa.” Setelah mengatakan itu, Ferdi langsung berjalan pergi dari hadapan papanya.

NERDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang