25. Story from Karina

116 20 10
                                    

Happy Reading!
=======

Perawakan wanita berusia sekitar akhir 50 an itu membuat Haechan  serta Chenle terkejut, sebab penampilan nya yang masih tetap cantik. Rambutnya yang dulu di sanggul khas perawat kini dibiarkan tergerai sebahu. Warnanya pun berubah menjadi putih karena termakan usia. Pipinya mulai sedikit keriput saat Karina tersenyum. Ia juga memperhatikan sekilas wajah Chenle lalu dirinya tersenyum senang.

"Apa kau Zhong Chenle? Anak yang aku rawat ketika di rumah sakit?" tanya Karina. Chenle membalas senyuman wanita tersebut lalu mengangguk pelan sebagai jawaban. Haechan  tampak tak tahu harus berbicara apa. Dia sedikit canggung.

"Ningning tolong buatkan para tamu-tamu ini teh, ayo kita duduk terlebih dahulu." Karina menyuruh anaknya untuk membuat Chenle dan Haechan  secangkir teh. Setelah dipersilakan Chenle dan Haechan pun duduk.

Desain dinding di dalam rumah ini begitu menakjubkan apalagi barang-barang antik serta cantik ada di setiap inci rumah tersebut, seperti konsep kerajaan Eropa Kuno, Haechan  terus melirik ke segala arah dengan wajah terkagum-kagum membuat Karina terkekeh pelan. Walau sudah menginjak usia hampir 60 an tapi karina tetap bersikap anggun dan ramah tak seperti lansia pada umumnya yang selalu memarahi anak remaja tanpa mengetahui hal sebenarnya.

"Senang bertemu denganmu lagi, Chenle. Ada apa sampai jauh-jauh mendatangiku kemari? Apa ada hal yang ingin kalian ketahui tentang anak itu?" tanya Karina bertubi-tubi. Haechan yang mendengarnya bingung, siapa yang wanita itu maksud?

"Bagaimana kau tahu, Suster Karina?" Chenle tak percaya. Tapi wanita tua itu hanya tersenyum. "Sebenarnya, ya. kami ingin menanyakan tentang Mark saat aku sudah pergi waktu itu," jelas Chenle dengan ekspresi tidak enak. "Oh iya Sus, perkenalkan ini Haechan. Seseorang yang menjadi teman Mark."

"Teman Mark?" Bingung Karina.

Haechan mengangguk dan menunduk. Tangannya ia pilin pelan-pelan. "Aku ingin tahu keadaanya saat itu," kata Haechan akhirnya membuka suara.

Karina lantas tersenyum tipis mengingat bagaimana salah pasiennya dari 24 tahun yang lalu pernah menceritakan tentang teman-teman di masa depannya. Mengetahui mungkin inilah salah satu yang dimaksud Mark, Karina pun mulai menceritakan kisahnya dengan Mark, anak remaja laki-laki yang dirawatnya pada tahun 1997.

________

3

0 Maret 1997

"Aku ingin makan semangka lagi," gumam Mark sambil mengerucutkan bibirnya, Karina menepuk dahi karena Mark pasal nya baru saja makan semangka tadi pagi tapi anak ini sudah minta dibawakan semangka kembali.

Suster Karina mengambil sesuatu dari kantung celananya lalu memberikan barang itu kepada Mark dengan harapan lelaki maniak semangat ini tidak merajuk,  "Ini makan permen aja, kamu gak boleh makan semangka lagi nanti bisa diculik alien," ancam suster Karina yang tidak di hiraukan sama sekali.

"Heol, aku tujuh belas dan aku gak akan percaya dengan yang namanya alien! Gak mau! Aku mau semangka aja huaaa." Bukannya membuat Mark tenang, suster Karina malah membuat Mark menangis sekarang.

Suster Karina menggeleng tak paham dengan perilaku anak di depannya ini. "Katamu Tujuh belas, tapi tidak diberi semangka saja merengek seperti anak kecil. Ningning putriku bahkan tak semanja dirimu."

"Jelas saja aku dan dia berbeda, Ningning masih bayi!" bela Mark. Tentu saja sia pernah melihat Ningning. Lebih tepatnya Karina menunjukkan nya sebuah foto.

Dengan tenang suster Karina langsung mencari bola basket yang berada di dalam ruang rawat Mark, lalu dirinya mengajak laki-laki itu untuk bermain basket bersama, "Kita main basket aja gimana?"

Déjà vu || NCTWhere stories live. Discover now