31. Pangeran Theo

617 113 16
                                    

Bab 31: ᴘᴀɴɢᴇʀᴀɴ ᴛʜᴇᴏ

Aeris dengan cepat berlari keluar dari penginapan. Ia baru ingat bahwa ia terpisah dengan Valendra. Aeris tidak mau Valendra kembali ke kerajaan dan memberitahu bahwa dirinya hilang. Atau lebih parahnya, Valendra menganggap dirinya kabur dari pernikahan.

Aeris hanya berlari sendirian, karena, ia meminta agar Nalesha dan Renjana tetap diam di penginapan dan segera pulang ke Hanasta. Namun, karena mendengar tentang pernikahan Aeris dan Valendra, membuat dua anak itu enggan untuk meninggalkan Daniswara karena ingin melihat bagaimana proses pernikahannya.

Nalesha sebenarnya tadi sangat-sangat tidak setuju jika Aeris harus menikahi Valendra, namun, mau bagaimana lagi. Aeris harus membujuk anak itu dulu sampai mau dengan bantuan Renjana.

Nalesha memang menyuruh Aeris untuk tidak berurusan dengan Valendra, tapi sepertinya bukan karena ia takut dengan raja kejam itu. Aeris bisa merasakan hawa kebencian yang dipancarkan Nalesha ketika membahas tentang dirinya dan Valendra.

Mungkin keluarga Nalesha memiliki dendam dengan Valendra, bisa jadi juga dendam dengan keluarga kerajaan. Seperti yang ada di cerita, Valendra sering mengibarkan bendera perang ke banyak kerajaan. Mungkin saja, keluarga Nalesha adalah korban peperangan tersebut? Tapi itu hanya pemikiran Aeris saja, karena ia tidak tahu benar atau salah.

Kembali lagi dengan Aeris, ia sadar, sudah cukup lama ia berpisah dengan Valendra. Aeris berdoa semoga saja Valendra masih ada di sekitar pasar, walau kemungkinannya kecil.

"Mati saja aku," gumam Aeris, ia lalu berhenti sejenak mengambil napas karena terlalu banyak berlari.

"Astaga, aku bu—" Ketika Aeris berbalik, ia menabrak tubuh seseorang hingga jatuh.

"Ahh, sakit sekali," ucap Aeris lalu melihat ke tangan kirinya, terdapat luka lecet di situ, karena tempat Aeris jatuh memang memiliki banyak batu-batu kecil.

"Kau mampu berdiri?" Aeris langsung mendongak menatap wajah seorang laki-laki yang dicarinya.

Astaga, tadi aku menabrak Valendra? batin Aeris, ia langsung cepat-cepat berdiri.

"Aku bisa berdiri. Ini hanya luka di tangan kiri, bukan di kaki," jawab Aeris cepat.

"Kau dari mana?" Oh tidak, pertanyaan yang sangat dihindari oleh Aeris. Ia harus berbohong kepada Valendra, karena jika ia mengatakan yang sejujurnya, entah bagaimana nasib Nalesha.

"Sewaktu aku jatuh tadi, aku diselamatkan oleh orang asing. Jadi kita terpisah tadi, maafkan aku," bohong Aeris. Astaga ... Aeris berdoa semoga saja Valendra percaya dengan kebohongannya. Namun, Valendra tentu tidak bisa dibohongi. Tetapi ia memilih diam dan tidak mempermasalahkan itu.

Beberapa menit mereka hanya diam. Valendra yang menatap Aeris dari atas sampai bawah dan Aeris yang khawatir ditatap seperti itu oleh Valendra.

"Tangan kananmu juga terluka," ucap Valendra.

"Eh?" Dengan segera Aeris menatap tangan kanannya dan mencari luka yang dimaksud Valendra.

"Ahh, hanya luka kecil saja," kata Aeris.

"Sebaiknya kita kembali ke kerajaan." Aeris menyetujui perkataan Valendra, ia mengangguk sebagai jawaban.

Langsung saja Valendra melangkahkan kakinya menuju ke kerajaan, Aeris mengikutinya di belakang. Aeris tidak terlihat jika dilihat dari depan karena tubuhnya yang kecil tertutupi oleh tubuh Valendra yang kekar dan tinggi.

Pintu kerajaan terbuka ketika prajurit melihat wajah Valendra. Aeris kembali teringat, apakah Pangeran Theo masih berada di kerajaan atau sudah kembali ke kerajaannya? Ahh, itu bukan urusan Aeris, yang terpenting, ia ingin segera kembali ke kamarnya untuk istirahat. Hatinya sudah lebih tenang dari sebelumnya karena sudah bertemu dengan Nalesha tadi.

Edith: Survive in PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang