Bab 11

96.4K 1.4K 28
                                    

Maaf lama ya....
⚠️

"Berkas yang kemarin kemana ya, Lan?" tanya Kawindra heran. Lelaki itu membuka laci mejanya, Alan bantu mencari di tumpukan kertas berkas biasa temoat menyimpan.

Alan mengerenyit, lelaki itu baru mengingat bahwa berkas itu dibawa pulang oleh Kawindra sendiri. "Bos, kemarin bukannya saya sudah kasihkan. Sebelum pulang? Kata bos mau diriview sendiri," katanya.

Kawindra mendelik, bodoh lelaki itu bisa terlupa hal sepenting ini. Berkas epngajuan kontrak dengan perusahaan lain, yang akan membuat perusahaannya semakin berkembang. "Sepertinya tertinggal, Lan. Ada di ruang kerja saya, dilaci nomor tiga. Oh, kuncinya di dalam guci dekat rak buku saya," jelas Kawindra.

Alan mengangguk, saat ia hendak melangkah pergi Kawindra menahannya. "Eh, akan memakan banyak waktu jika kamu yang ngambil. Saya akan telepon istri saya, lalu minta diantarkan oleh pengawal. Kamu tolong siapin berkas meeting saja, oh reservasi tempat sudah?" tanya Kawindra mengingatkan.

"Sudah, bos. Menunya juga sudah saya atur untuk client besar kita," jawab Alan, lalu lelaki itu berlalu pergi ke ruangannya.

Kawindra merogoh kantongnya, lalu membuka aplikasi pesan berlogo hijau itu. Tak terlalu sulit untuk mencari kontak istrinya, ia bahkan pin chat sang istri. Meaki, kerap kali Aleesha mengirim pesan yang tak jelas.  (Kalian di pin sama ayang gak? Wwkkw)

Seperti menanyakan baju apa yang cocok dipakai misalnya, atau hal remeh seperti keramas harus bertanya lebih dulu. Dan dari semua pesan yang dikirimkan oleh sang istri, yang paling Kawindra suka adalah istrinya menanyakan celana dalam dan bra apa yang pas untuk digunakan.

Ngintip tipis-tipis saat di kantor lah! Nambah semangat kerja, agar pekerjaan cepat selesai dan pulang di rumah untuk menuntaskan rindu yang lebih intim tentunya.

Kemudian setelah panggulan terangkat, Kawindra memindahkan jadi video call. Terlihat wajah mungil istri bocahnya, bahkan wanita itu mengenakan crop top saja. Membuat konsentrasi Kawindra pecah, antara ingin menuntaskan birahi atau melanjutkan bekerja.

Kerja dulu lah, boy!

"Kamu lagi apa?" tanya Kawindra.

Aleesha menunjukkan hasil rajutannya, akhir-akhir ini wanita itu senang sekali merajut. Katanya ingin membuat jaket bayi dari hasil rajutannya sendiri. Tampak sepatu hasil rajut yang mungil berwarna biru.

"Aku lagi bikin ini. Bagus gak, Mas? Hihi lucu kan? Kalo dipakai adik bayi pasti bagus, huhu gak sabar deh," jawabnya dengan riang.

Membuat Kawindra ikut merasa senang sekaligus khawatir. Entahlah, perasaannya akhir-akhir ini memang tak terkendali.

"Bagus kok, lucu. Kenapa pakai yang sexsy begitu? Saya kan tidak ada di rumah, nanti saja saat saya pulang," katanya malah melantur.

Sepertinya lelaki itu lupa tujuan awalnya saat hendak menghubungi sang istri. Entahlah, apakah otak lelaki selalu dipenuhi oleh birahi? Atau hanya Kawindra saja? Sepertinya memang iya.

Aleesha tampak melihat apa yang dipakainya, wanita itu baru menyadari. Kemudia ia tertawa gemas di depan layar, membuat Kawindra semakin gemas. "Aku kepanasan, habis yoga tahu. Aku lihat-lihat caranya di youtube tadi, karena aku malu kalo di lihatin. Ya udah deh, aku ngelakuin di kamar aja. Terus, aku ngelanjutin rajut setelah yoga cuma sepuluh menit aja sih hehe," cengirnya.

"Apa mau ikut kelas yoga gitu? Sama ibu-ibu hamil lainnya, barang kali agar kamu punya teman dan bisa sharing pengalaman. Who knows? " tanya Kawindra, ia bermaksud menawarkan sang istri.

Memang istrinya kerap kali mengeluh bosan di rumah, paling-paling hanya meminta Zalina datang ke rumah agar menemani. Tapi, tak selalu. Tentu saja Zalina harus bekerja dan punya aktivitas lain.

"Emm-- lihat nanti aja deh, oh iya Mas kenapa? Tumbenan, biasanya juga whatsaap aku dibaca doang. Paling mentok kamu minta pap," tutur Aleesha jujur.

Hampir saja, Kawindra melupakan niat awalnya. Kan, memang jika melihat keindahan tubuh Ayeesha selalu membuatnya terlena. Dasar Kawindra!

"Saya minta tolong ambilkan berkas, di ruang kerja yang. Laci nomor tiga, terus kuncinya dalam guci dekat rak buku itu ya. Disana cuma ada berkas itu aja, terus kamu kasih ke siapa yang diluar bawa ke kantor ya, yang," jelas Kawindra.

Aleesha mengangguk. Saat ia ingin mematukan video callanya ditahan oleh Kawindra.

"Kamu ganti dulu, jangan seperti itu. Jika yang lain melihat, bagaimana?" protes Kawindra.

"Jangan pakain kimono, malah kelihatan seksi. Pakai baju, jangan yang pendek okey!" serunya.

Terdengar tawa rwnyah Aleesha dari balik telepon. "Siap sayangku! Tahu kok, dont worry. Udah dulu, itu aja kan?" tanyanya memastikan, takut kalau-kalau Kawindra ada hal lain yang ingin disampaikan lagi.

"Iya itu aja, aku kangen sama itu. Lihatin dikit dong, anggap sebagai penyemangat aku di kantor," rayu Kawindra.

Memang Kawindra dasar! Bilang kangen tapi menjurus ke hal yang intim!

Ayeesha gemas sendiri, jika ini tidak dituruti akan semakin lama. Dan yang lebih parahnya lagi, bisa saja lelaki itu ngambek padanya. Seperti bocah yang tak diberi susu!

"Nih, udah kan? Gitu aja, nanti mata kamu bintitan!" pungkas Aleesha.

Wanita itu hanya memperlihatkan sedikit belahan dadanya. Tidak terlalu berlebih, tapi lumayam dapat mencetak senyum di wajah Kawindra.

"Okay, see you cantik. Tunggu di rumah nanti ya, dandan yang cantik jangan lupa. Sexsy juga, bye sayang!" katanya.

"Bye Papa! Semangat kerjanya," balas Ayeesha, lalu layar tidak lagu menampilkan wajah Aleesha. Namun, wallpaper Kawindra foto pernikahannya. Ini saja Ayeesha yang mengubahnya.

Papa? Ia akan menjadi seorang Papa pikirnya.

Seperti ini, yang bilang tidak cinta? Entahlah Kawindra sendiri tidak biaa menjawab, yang ia rasakan bersama Ayeesha adalah rasa bahagia dan nyaman.

***

Aleesha berganti baju yang tampak lebuh sopan dari sebelumnya. Kemudian kakinya melangkah ke ruang kerja Kawindra, pelan ia membuka pintu berbahan kayu jati itu.

Ruang kerja Kawindra flat, tampak tak hidup. Warna gelapnya dan hanya rak yang berisi susunan dan tumpukan buku. Setidaknya, buku-buku ini ditata rapi, hingga enak dipandang mata.

"Katanya tadi kuncinya di guci. Tumbenan, biasanya dia gak bakal kasih tahu kunci ini," ucap Aleesha merasa heran.

Ah, Kawindra sedang terdesak. Jadi, mau tak mau ia meminta tolong orang lain untuk membuka lacinya. Tangam Ayeesha
membuka laci itu, tampak ada map disana. Kata Kawindra tadi hanya ada satu berkas.

"Loh, tapi kok ada map satu lagi. Yang benar mana nih?" decak Aleesha merasa kesal.

Wanita itu membuka isi dari map tersebut, dimulai tumpukan map atas yang ia keluarkan dan di aimpan diatas meja. Aleesha membukanya hati-hati. "Ah ini kayaknya, tentang kerjaan nih. Loh, tapi kalo salah bagaimana?"

Lalu tangannya juga memgambil satu map lagi. Ia buka isi map tersebut, terlihat bukan tentang pekerjaan. Mata Ayeesha menelisik membaca huruf demi huruf, oh tentang laporan hasil kesehatan ayahnya. Kemudian, merasa tak puas ia membuka isi amplop putih.

Terlihat tidak sopan memang, namun perasaan ingin tahu Aleesha jauh lebuh besar. Isi amplopnya, ada foto seseorang laki-laki yang Ayeesha tak kenal.

"Siapa ya?" bisik Aleesha.

Merasa tak puas, ia mengelurkan lagi ada foto dirinya saat masih kecil disana. Kemudian foto tes DNA Aleesha,  dengan seotang laki-laki bernama Prasojo menunjukkan bahwa Aleesha adalah anak kandungnya.

Seketika lututnya merasa lemas, wanita itu sendiri tak tahu siapa ayahnya. Kawindra mencari tahu sampai begini, apakah ini hal yang amat penting bagi Kawindra? Mengapa ia tak diberi tahu oleh lelaki itu? Maksudnya inu tentang dirinya, tentu saja ia berhak tahu. Lantas,engapa lelaki itu menutupinya?

Hy maaf lama gak update yah, aku lagi sibuk wkwk. Sok sibuk emang. Sehat selalu kalian, jangan lupa vote, komen. Apakah cerita ini menarik? Wkwkwk 🐱

Sampai lupa nama Aleesha hehe, yok kasi vote, komen. Makasih ya

GAIRAH SUAMI POSESIF ✔️Onde histórias criam vida. Descubra agora