Nerd | 31

44.7K 5K 134
                                    

Hari ini adalah hari yang dibenci oleh sebagian besar murid, tetapi hari yang sangat ditunggu bagi murid yang ambis. Ya, ujian sekolah dilaksanakan mulai hari ini. 

“Bismillah, semoga gue dapet contekan. Aamiin,” ucap Adriel mengadahkan kedua tangannya. Setelah itu, dia mulai mengerjakan soal-soal yang sudah berada di atas mejanya.

Baru saja membaca satu soal, Adriel sudah menggaruk rambutnya. Dia benar-benar tidak paham maksud soal itu. Mencoba menengok ke kiri dan ke kanan tapi dia tak kunjung mendapat sinyal dari temannya.

“Woyy Di, nomor satu apaan?” bisik Adriel ke arah Aldi teman kelasnya yang duduk di depannya. Yang dipanggil tak menggubris Adriel, yang ada malah berpura-pura tidak mendengar.

Seperti itulah yang dinamakan teman yang budiman. Sebelum ujian berlangsung pasti dia bilang ‘tenang aja, nanti gue contekin lo kok’, tetapi kenyataannya tidak. Semua teman-temannya seolah mendadak tuli dan tidak melihat keberadaan Adriel saat ujian sudah berlangsung.

Adriel tak ambil pusing, dia dengan asal memilih jawaban. Tidak sampai limabelas menit Adriel sudah menyelesaikan ujiannya, dengan pedenya dia berdiri dan mengumpulkan lembar jawabnya.

“Ibu guru yang cantik, saya sudah selesai ujian. Jadi, saya ijin keluar ya Bu,” ucap Adriel sembari mengumpulkan lembar jawaban ujiannya. Guru itupun hanya mengangguk memperbolehkan, dia sudah hapal dengan satu muridnya itu. 

Di lain sisi, Leo dengan cekatan membaca soal ujiannya. Tanpa menunggu lama, Leo dapat menjawab semua soal-soal ujian.

Leo mencoba untuk memeriksa jawabannya kembali sebelum dia menyerahkannya pada pengawas. Setelah selesai memeriksa jawabannya, Leo langsung bergegas untuk mengumpulkan lembar jawabnya dan berniat keluar dari kelas.

Ferdi yang melihat Leo sudah mengumpulkan lembar jawaban, merasa sedikit gelisah. Tinggal dua soal lagi yang belum Ferdi jawab. Dia menggigit kuku jari tangannya, tiba-tiba bayangan ayahnya muncul membuat Ferdi semakin gelisah.

“Gue nggak mau. Gara-gara gue, orang disekitar gue jadi terluka.” Ferdi menghela napasnya gusar. Kembali menatap soal ujian, dia mencoba meyakinkan dirinya untuk mengisi jawaban. Akhirnya Ferdi sudah menjawab semua soal ujiannya, dia bisa kembali bernapas lega.

Lain kelas, lain lagi ceritanya. Di saat Adriel sibuk mencari contekan, Leo dengan mudahnya menjawab semua soal ujian dan Ferdi yang gelisah.

Lain lagi dengan laki-laki yang bernama Devin, di saat semua teman kelasnya sibuk mengerjakan ujian, lelaki itu malah tertidur di atas lembar soal ujian.

Leta yang duduk di sebelah Devin menggelengkan kepalanya melihat lelaki itu, mencoba untuk membangunkan Devin, “Vin,” panggilnya tak kunjung mendapat jawaban.

Tak sampai disitu saja, Leta mencoba menggoyangkan tubuh lelaki itu. Devin menggeliat, secara perlahan membuka matanya. Hal yang pertama dia lihat adalah wajah seorang gadis yang beberapa hari ini hinggap di pikirannya, Devin tersenyum.

“Vin, bangun dong! Kamu belum ngerjain ujiannya.” Devin mencoba meregangkan tubuhnya.

“Lo bangunin gue cuma buat nyuruh ngerjain ujian?” Leta mengangguk.

“Oke.” Setelah mengucapkan itu, Devin menatap soal ujiannya satu persatu kemudian mulai menjawabnya.

Tak membutuhkan waktu lama, lelaki itu melangkah ke depan kelasnya untuk menyerahkan lembar jawabnya. Hal itu tak luput dari pandangan Leta.

“Kamu ngapain?” tanya guru itu, Pak Samsul namanya.

Devin menyunggingkan senyum. “Ngumpulin jawaban, Pak.” Guru itu mengernyit, kemudian melihat jawaban Devin.

NERDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang