56 || Hari bahagia

11.9K 980 21
                                    

Haii

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haii

Super Hero ku sudah kembali ke pangkuan sang pencipta😌

Happy reading cantik <3

----||----

Calista mengelus lembut punggung tangan Zean yang terbebas dari jarum infus. Sudah seminggu ini anak semata wayangnya itu masih betah menutup kedua matanya, belum ada tanda-tanda bahwa Zean akan sadar dari koma nya.

Dokter Aurin sudah menjelaskan tentang penyakit Zean kepada Calista. Sebenarnya bisa saja Zean melakukan operasi transplantasi sumsum tulang sekarang, namun dokter Aurin mengingat bahwa Zean pernah menolak keras hal tersebut pada saat pemeriksaan terakhir yang ia jalankan.

Kata Zean, ia tidak mau merepotkan Calista lebih lama lagi. Belum lagi jika sampai Harry tahu tentang penyakitnya. Bukannya sembuh, Papa nya itu mungkin akan mempercepat proses kematiannya.

"Kenapa Zean tidak pernah jujur? Kenapa Zean tidak bilang sama Mama kalo Zean sakit?" lirih Calista.

"Mama harus berbuat apa demi keselamatan kamu? Mama... Mama tidak ingin kehilangan Zean..." Calista menutup mulutnya menahan tangisannya.

Rasanya Calista ingin menggantikan posisi Zean saat ini. Sungguh, Calista tidak sekuat itu jika menyangkut anak satu-satunya yang sangat ia sayangi.

"Zean harus sembuh, ya. Mama akan lakuin apapun untuk kesembuhan Zean!" bisik Calista mencium kening Zean penuh kasih sayang.

Calista menghapus air matanya ketika mendengar suara pintu ruangan Zean yang terbuka. Nafasnya seakan tercekat melihat sosok yang saat ini tengah menampilkan senyum miringnya.

"Aku bilang juga apa? Anak ini tidak ada gunanya!" ujar Harry berjalan mendekati brankar Zean.

"Mas!"

"Anak tidak tau untung ini sakit apa? Pura-pura sakit, ya?" tanya Harry tersenyum sinis.

"Cukup mas!" sentak Calista marah.

"Daripada mas Harry buat keributan disini, lebih baik mas pergi dari sini."

Harry terkekeh kecil mendengar penuturan Calista yang baru saja mengusirnya. Dengan gaya angkuhnya, Harry membuka melonggarkan dasi kemejanya.

"Berani sekali kamu mengusirku? Jangan macem-macem Calista, atau aku akan buat anak kesayanganmu ini tambah sakit!" ancam Harry mencengkeram kuat dagu Calista.

Calista menggeleng dengan air matanya yang kembali mengalir deras. Tatapan matanya mengisyaratkan permohonan kepada suaminya. Calista tahu setiap ancaman Harry tidak pernah main-main.

"Lebih baik dia cepat menyusul kembarannya yang telah ia bunuh bukan?" ujar Harry melepaskan tangannya lalu mendekati Zean.

"Mas Harry jangan! Aku mohon jangan lakuin itu!" Calista menahan tangan Harry yang berniat melepas selang oksigen Zean.

Garis Takdir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang