Restu

2K 249 7
                                    

"Papa, boleh Javier minta anak perempuan papa sebagai pendamping hidup Javier? Javier tidak bisa janji dia selalu bahagia tapi Javier akan mengusahakan semua yang terbaik agar putri papa satu satu nya bahagia."

Semua mata penghuni ruang tamu tertuju pada Javier. Termasuk Selene. Hari ini ia memang berencana makan malam bersama. Tapi tak menyangka Javier akan mengatakan nya secepat ini.

"Javier, terimakasih ya kamu sudah menemani Nanad selama ini. Disaat Nanad adalah orang yang terbiasa apa apa sendiri kamu datang menemani nya. Papa berterima kasih karena kamu mau menemani anak perempuan cantik kesayangan papa. Nak, nanti mungkin akan ada banyak halangan kedepan nya. Papa minta jangan sakiti Nanad. Kalau nanti kamu sudah tak menyayangi nya bawa dia kembali pada papa."

"Javier jamin itu tidak akan terjadi pa, Javier tidak mungkin menyakiti Nanad yang nanti akan menjadi rumah Javier. Tempat Javier pulang melepas lelah dan berbagi keluh kesah."

"Papa percayakan anak perempuan papa kepada kamu Javier jaga dia dengan baik. Papa belum bisa jadi ayah yang baik untuk Nanad. Papa sadar itu. Papa harap putri cantik papa mendapat laki laki yang bisa mencintai nya lebih dari yang papa lakukan."

"Papa..." Selene tak kuat lagi dia menangis memeluk papa nya.

"Hey malu dong depan Javier nangis."

"No, ga apa apa. Nanad mau peluk papa."

Papa nya hanya terkekeh mengusap kepala Selene. Dan membiarkan anak nya tetap nyaman dalam dekapan nya.

"Jadi papa setuju kan? Nanti wedding Javier udah rencanain di Indonesia. Nanti kita mau pulang dulu minta restu ke mama, terus ke ayah sama bubu juga pa."

"Iya Javier, ambil aja ini anak manja sama cengeng nya papa."

"Papa don't say that."

"oh ngambekan juga ternyata Jav, nanti sabar sabarin aja ya."

"Pa!!"

Javier tertawa mendengar Selene yang kesal akan godaan papa nya.

....

Malam ini mereka memutuskan untuk menginap lagi.
Kali ini sambil FaceTime bersama Candana.

"Hii can?"

"Hi, denger denger mau married ya Sel?"

"Hehe gitu deh."

"Mendadak banget? Kemaren pulang kayak nya bilang belom kepikiran."

"Iya mendadak emang isi otak manusia kaga ada yang tau Can," itu Javier yang menyahut.

"Oh iya sampe lupa, mau ngabarin. You both will be only and uncle soon."

"Hah? Siapa yang hamil?" Kaget Javier.

"Ya gue siapa lagi?" Nampak di layar Candana memperlihatkan sebuah hasil USG.

"Aaaaaaa congratulation Candana i'm happy for you yaampun pengen nangis," gak bohong mata Selene emang memanas. Haru banget. Bentar lagi akan diberikan keponakan oleh Candana.

"Selamat ya Can. Si Melvin udah tau?"

"Belum nanti aja gue kasih tau pas pulang kerja."

"Aduh Can nanti kita pulang ke indo gue beliin banyak deh oleh oleh buat si dedek." Sahut Selene.

"Duh cepet banget mau dibeliin onty. Kan belom tau ini dedek nya cewek apa cowok."

"Engga apa apa yang netral netral aja."

"Lah kok kamu yang excited love?"

"Gatau aku pengen aja Jevie."

"Ughh udah deh yaa ini bumil mau kerja."

"Jangan cape cape ya Can, stay healthy. Dedek juga yaa sehat sehat onty sayang Dedek."

"Thankyou onty i love me too."

Telepon Candana dimatikan. Selene masih saja excited. Gemes banget bayangin Candana punya bayi.

"Jevie bayangin anak nya Candana pasti gemes banget. Kita beliin apa aja? Set pakaian? Stroller? Sepatu sepatu?"

"Kenapa excited banget si sayangku ini? Anak nya Candana aja masih lama lahir nya."

"Gapapa sebagai onty yang baik."

"Kamu suka banget ya sama dedek bayi?"

"Suka, someday i wish that i would have them. I want to be the one who they looking for when they are need anything."

"Sure, you will have them later sayang."

"Jevie, tau ga sih? Dulu tuh aku mikir mau hidup berdua aja sama mama nanti. Aku ga ada niat hidup dengan orang lain. Tapi kamu datang bikin semua nya berubah seratus delapan puluh derajat berbeda. Sama kamu aku berani memimpikan hal hal yang sebelumnya aku ga berani, i feel like how can i deserve you?"

"No, we deserve each other. Don't say that. Kita ada buat saling melengkapi. Nanti kamu dan aku akan saling mengisi kekurangan kita. I just cant wait for us, someday we will have one little Nadean. And maybe next then one little Javier. They will make us so busy, sometimes they fight then crying, sometimes they will really love each other. Isn't it sounds good?"

Selene menangis. Membayangkan nya saja dia terharu. Memulai hidup nya yang baru bersama Javier. Memiliki anak anak yang manis dan tampan bersama nya, lalu mengurus mereka bersama. Sampai akhirnya mereka akan hidup menua bersama.

"Heyy why you're crying? You don't like that?" Tanya Javier lagi.

"No, i love it. I even cant wait for it."

"Selene ayo melangkah bersama. It Will not easy i know. But if it with you i'm sure i can."

"Javier Angkasa udah aku ga mau nangis terus. Nanti mata aku bengkak. Aku sayang kamu jevie."

"haha gemes banget sayang nya aku. Ayo tidur yuk."

"Gimana cara nya aku tidur abis nangis ntar mata aku sembab nya makin parah."

"Oh jadi ga mau tidur? Mau buatin adek sepupu buat dedek nya Candana?"

"Javier kantong hormon. Engga ya aku lagi dapet."

"Yah berkurang deh jatah aku."

"Otak kamu tuh ya Jev, lagian ini tuh rumah papa ya? Ga malu apa?"

"Lah? Kenapa malu si? Kan papa juga udah tau. Kita kan mau nikah love jadi ya biasa aja."

"Engga boleh. Kalo disini gak boleh."

"Roger that my queen."

"Udah lah aku mau Netflix dulu. Jangan ganggu."

"Ikut!!"

Malam itu berujung dengan keduanya berebut ingin menonton film apa.

....

La MargueriteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang