41 | Kabar Duka

111K 13.4K 1.3K
                                    

[ Happy reading ]





"Dengan keluarga ibu Arini dan bapak Ardi?" tanya seorang dokter yang baru saja keluar dari ruangan itu.

Fano mengangguk pelan. Mendekati dokter itu. "Saya keluarganya. Bagaimana dengan keadaan mereka dokter?"

"Maaf, keduanya tidak bisa tertolong. Semuanya terjadi karna ledakan pesawat yang cukup hebat sehingga membuat beberapa kerusakan pada tubuh mereka." jelas sang dokter.

Zea menggeleng tak percaya. Matanya tiba-tiba saja memanas mendengar ucapan dokter itu.

Kemarin malam Zea ditelpon oleh pihak rumah sakit atas kabar duka yang menimpa kedua orang tuannya.

Pesawat yang ditumpangi Arini dan Ardi hilang kendali. Saat mereka akan kembali pulang. Setelah sekian lama diluar kota karna urusan pekerjaan.

Malam itu Althan dan Zea langsung pergi kerumah sakit. Lalu disusul pagi harinya oleh Gina, Fano, dan juga Elgara.

Althan langsung membawa Zea kedalam pelukannya. Menyalurkan kekuatan didalam pelukan itu.

"Kamu kuat sayang." bisik Althan.

Elgara turun dari kursi rumah sakit. Bocah itu mendekat, melihat Zea yang sedang menangis tersedu-sedu.

Mata Elgara melotot melihat Althan. Langsung saja bocah itu menggigit bahu Althan. "Mommy, papa kal kan? Bial El pukul papa!"
(Mommy, papa nakal kan? Biar El pukul papa)

Mungkin Elgara mengira kalau Althan yang membuat mommy-nya itu menangis.

Gina kembali menggendong tubuh Elgara. "Gak boleh sayang, papa gak nakal kok. Mommy El emang lagi sedih aja." tutur wanita itu.

"Ayo pulang dulu, bersih-bersih. Setelah itu langsung kepemakaman." ujar Althan.

Zea menggeleng keras. "Zea mau disini aja. Mamah sama papa pasti bangun Althan!"

"Ayo kita pulang. Kalo kamu kaya gini terus nanti kamu malah sakit, kamu gak kasian sama dia?" Althan beratanya sembari menyentuh perut cewek itu l.

Astaga! Zea hampir lupanya. "Pulang ya?" bujuk Althan lagi, dan langsung mendapati anggukan dari perempuan itu.

☆☆☆☆

Zea menatap sedih batu nisan di hadapannya itu. Arini dan Ardi dimakamkan disebelah makan Alia.

Sekarang hanya tersisa Elgara dan juga dirinya sendiri. Membayangkan bagaimana hidup mereka setelah ini.

Tapi tidak usah khawatir. Zea masih memiliki Althan. hanya Althan!

Ini sudah lebih dari satu jam Zea dan Althan berada dipemakaman. Sedangkan Gina, Fano, dan Elgara, sudah pulang setelah pemakaman selesai.

Tak hanya orang tua Althan saja yang tadi datang kepemakaman. Adara, Zyan, dan Dion, juga sempat datang kepemakaman itu.

"Kalian ninggalin Zea saat hubungan kita lagi gak baik-baik aja. Bahkan Zea belum sempat lihat wajah Mama sama Papa lagi."

"Maafin Zea, karna Zea belum bisa jadi anak yang kalian mau." Wanita itu terduduk lemas diatas tanah dengan tangan Althan yang masih setia merangkulnya.

Kini mata sembab itu menatap wajah Althan, menarik jas hitam yang Althan kenakan itu cukup kuat.

Sungguh Althan tak tega melihat kondisi Zea sekarang. Sangat rapuh dan menghawatirkan.

"Kamu mau marah? Ayo marahin aku. Luapin semua emosi kamu sama aku."

Zea memukul pelan dada Althan berkali-kali. Laki-laki itu sama sekali tak merasa sakit akibat pukulan istrinya itu.

ALTHAN: Best Papa ! [ TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang