[41] MENGETAHUI

2.9K 424 14
                                    

Jangan lupa untuk vote dan komen!

Sekitar pukul enam pagi, Lea sudah berada di depan gerbang sekolah. Dia berangkat lebih awal dari biasanya dikarenakan ayahnya ada meeting penting dengan kolega bisnisnya pagi ini. Setelah mobil ayahnya melaju meninggalkan area sekolah, Lea berjalan memasuki sekolah.

Suasana sekolah pagi ini tampak masih sepi. Hanya ada beberapa murid yang terlihat berlalu-lalang di koridor sekolah.

Lea dengan langkah lesu berjalan menuju kelasnya. Untungnya saja tadi Lea sempat sarapan walaupun hanya sedikit. Setidaknya pagi ini perutnya sudah terisi.

Brakk

Saat akan berbelok arah, Lea tidak sengaja menabrak seseorang. Baru saja Lea hendak mendongakkan kepalanya, tiba-tiba tangannya di tarik paksa oleh orang yang menabraknya.

"Lho, Raskal? Kita mau ke mana?" tanya Lea kebingungan.

"Ssstttt, tutup mulut lo," desis Raskal. Laki-laki itu menarik tangan Lea menuju kelas kosong.

"Emangnya-"

Raskal membungkam mulut Lea dengan tangannya, lalu memojokkan Lea di dinding. "Diam atau kita bakalan ketahuan."

Akhirnya Lea menuruti perkataan Raskal. Dia diam mematung dengan posisi Raskal yang menghimpit tubuhnya di dinding.

"Sialan," maki seseorang. "Kemarin udah gue corat-coret meja si Lea, kenapa sekarang meja dia jadi bersih."

Lea membulatkan matanya. Dia mengenal suara itu. Jadi, selama ini orang itu yang sering mengusiknya?

Salah satu temannya menyahuti, "Gue rasa ada orang yang beresin kekacauan yang lo buat."

Seseorang itu mengangguk, menyetujui apa yang diucapkan oleh temannya. "Ya, gue rasa juga begitu. Pokoknya gue nggak mau tahu, teror Lea sampai dia keluar dari sekolah ini. Gue benci dia, berani-beraninya dia rebut Leo dari gue."

"Gue ada rencana yang pastinya bakalan buat dia keluar dari sekolah ini."

Setelah kepergian orang itu dan temannya, Raskal menjauhkan tangannya dari mulut Lea. Laki-laki itu memperhatikan raut wajah Lea yang tampak terkejut dengan pembicaraan dua orang tadi.

Raskal mensejajarkan wajahnya dengan wajah Lea, lalu mengacak-acak rambut gadis itu dengan gemas. "Lo nggak perlu khawatir, ada gue yang bakalan jagain lo."

"Tapi, kenapa mereka jahat sama Lea?" lirih Lea meneteskan air matanya. "Padahal Lea nggak pernah berbuat jahat sama mereka."

Raskal tersenyum tipis, kemudian dia menyeka air mata Lea. "Mereka jahat sama lo karena mereka iri sama lo."

"Lho, kenapa mereka harus iri sama Lea? Sedangkan Lea nggak secantik dan sempurna kayak mereka."

"Lo cantik dan sempurna di mata orang yang tepat." Setelah mengatakan itu, Raskal menarik tangan Lea meninggalkan kelas kosong tersebut.

"Ini kita mau ke mana lagi?" tanya Lea.

"Kantin," jawab Raskal. "Lo udah sarapan?"

"Udah, tapi cuma sedikit."

"Kenapa?"

"Buru-buru, soalnya ayah Lea ada meeting penting pagi ini."

Raskal manggut-manggut, lalu dia menyuruh Lea untuk duduk di kursi kosong. Setelah itu, Raskal pergi memesan makanan.

Seseorang menepuk pundaknya membuat Lea menoleh ke belakang. Orang tersebut adalah Zia. Gadis itu kini duduk di kursi kosong yang ada di sebelahnya.

"Tumben banget lo jam segini udah dateng," ucap Zia memulai pembicaraan.

"Nggak apa-apa, pengen aja," jawab Lea seadanya. "Kalo Zia, kenapa pagi-pagi gini udah di sekolah?"

"Gue dateng pagi-pagi gini biar nggak kejebak macet. Lo tau sendiri kalo jalanan di sekitar sini itu sering banget macet."

Tidak lama kemudian, Raskal datang membawa nampan. Laki-laki itu duduk di seberang Lea.

"Raskal, kenapa beliin Lea nasi goreng? Lea udah makan, lho."

"Kan, tadi lo bilang makan cuma sedikit. Ya sekalian gue beliin makan buat lo," jawab Raskal santai.

Lea mendengkus. Namun tak urung gadis itu mulai menyantap nasi goreng pemberian Raskal karena sejujurnya dia masih lapar.

"Gue pergi, ya? Mau ke perpustakaan," pamit Zia dibalas anggukan kepala oleh Lea.

"Enak?" tanya Raskal begitu melihat Lea tampak lahap memakan nasi goreng pemberiannya.

Lea mengangguk. "Iya enak, Lea suka."

Seseorang menyeringai melihat interaksi Lea dan Raskal. "Dasar cewek kegatelan. Setelah dapet Leo, sekarang coba deketin Raskal? Ck, murahan."

***

Tiga motor sport memasuki parkiran sekolah. Leo melepaskan helm yang dikenakannya, lalu turun dari motornya.

"Haduh, gue lupa pake pomade lagi," gerutu Aldo seraya merapihkan rambutnya.

"Halah, lo pake atau nggak pake pomade pun tetep jelek," ucap David.

Aldo mendelik kesal ke arah David. "Sekatekate lo kalo ngomong, gue cakep gini kayak Iqbal Ramadhan malah dibilang jelek."

Bobby menoyor kepala Aldo. "Pede banget lo!"

Dikarenakan terlalu asyik berdebat, ketiganya tidak menyadari bahwa Leo dan Nakula telah berjalan terlebih dahulu menuju kelas.

"Tuh, kan, gara-gara kalian gue ditinggal," ucap Bobby, lalu berlari menyusul Leo dan Nakula.

"Salah lo, bukan gue," ucap David pada Aldo.

Aldo mendengkus, kemudian ikut menyusul teman-temannya. "Serba salah gue jadi manusia. Kalo nantinya gue bisa reinkarnasi, mendingan gue jadi doraemon aja, lah."

Sesampainya di kelas, Leo duduk di kursinya. Begitupun dengan teman-temannya. Melihat kedatangan Leo, Lala segera menghampiri Leo.

"Leo, nanti malam kamu datang, kan?" tanya Lala penuh semangat.

Leo hanya berdeham sebagai jawaban. Pagi ini suasana hatinya sangatlah buruk ketika tidak sengaja melihat Lea yang begitu asyik mengobrol dengan Raskal di koridor sekolah.

Mengetahui bahwa Leo akan datang ke pestanya membuat Lala memekik senang. Refleks Lala memeluk tubuh Leo dengan erat. Leo yang merasa risi dengan Lala segera melepaskan pelukan gadis itu dari tubuhnya.

"Pergi, jangan ganggu gue," ucap Leo tajam dan menusuk.

TBC

Sekatekate itu artinya asal bicara tanpa dipikir terlebih dahulu.

see you next chapter ~

ANTALEO [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang