5. Mata Bertemu Mata.

96 24 13
                                    

Ada sejarahnya kenapa Chanyeol dan Suhwa menjadi pelanggan setia Fanatic, terutama Chanyeol. Bermula dua tahun lalu, saat Chanyeol masih kerap terpuruk dalam beberapa waktu. Mungkin dalam sebulan sekali, pria itu menemukan dirinya tidak bisa menghadapi realita dan menjatuhkan diri dalam lautan alkohol yang membutakan seluruh inderanya.

Saat itu, Chanyeol yang terpuruk sendirian dibantu oleh seseorang--seseorang yang asing. Merawat Chanyeol di sudut ruangan, memberikan Chanyeol air hangat, mengompres keringat yang mengalir di wajahnya dan memberikan pundak untuk tempat Chanyeol menangis sejadi-jadinya. Sosok asing itu muncul di benak Chanyeol seperti bayangan tipis, Chanyeol samar-samar mengingatnya.

Lalu, ketika Chanyeol kembali ke Fanatic keesokan harinya, Chanyeol datang untuk mencaritahu ingatan samar yang berputar di kepalanya dan pelayan di Fanatic membenarkan tentang sosok yang membantu Chanyeol. Tapi, tidak seperti Chanyeol bisa membalas budi, sosok itu bukanlah pekerja atau pelanggan di sana.

Mereka bilang, sosok itu pertama kalinya mampir di Fanatic. Dua tahun kemudian setelah kejadian itu, Chanyeol masih belum bisa menemukan petunjuk tentang siapa sosok yang sudah menolongnya.

Chanyeol jadi berpikir, kalau ia sering ke Fanatic, mungkin sosok misterius itu dapat ia temui kembali.

"Jadi, apa kau tertarik?"

Malam itu, lagi-lagi Chanyeol berkunjung ke Fanatic, Suhwa bersamanya.

Tidak ada alasan spesial selain Suhwa dan Chanyeol yang hanya ingin menonton live band di panggung yang terpajang di ujung ruang. Suhwa duduk dengan siku yang bergesekan dengan siku Chanyeol. Mata mereka sama-sama tertuju kepada band yang mengaransemen lagu POP populer ke genre R&B.

Dua botol bir terpajang di tengah meja, bersama kudapan ringan yang walau tidak begitu enak, cukup untuk menemani mereka bertukar obrolan.

"Mana mungkin aku tertarik."

Hari ini, topik perbincangan Suhwa dan Chanyeol adalah tentang seorang pria yang sedang manggung di depan sana. Tadi, sebelum mereka tampil, seorang gitaris band itu menyelipkan nomor teleponnya di mantel Suhwa.

'Hubungi aku,' pesannya dengan nomor telepon terukir dalam tinta biru.

"Kenapa? Aku pikir dia tipemu? Bukankah kau bilang kau suka pria tinggi?" Chanyeol tidak peka sama sekali.

Tipe yang Suhwa maksudkan sudah jelas-jelas adalah Chanyeol. Pria jangkung berlesung pipi dengan mata sekelam langit malam.

"Lupakan saja. Aku tidak tertarik membangun hubungan pada siapa pun sekarang." Suhwa menenggak bir di gelasnya dalam sekali tegukan. Panas di kerongkongannya tidak cukup untuk menghilangkan dingin beku yang mendekap jantungnya. Ia mati rasa oleh kekecewaan yang terus datang berulang.

"Aku tidak akan mengkritikmu karena aku berada di posisi yang sama." Chanyeol mengangkat gelasnya dan bersulang dengan Suhwa.

"Aku punya ide," usul Suhwa bermain-main. "Bagaimana kalau semisal usia kita lewat tiga puluh dan kau belum menemukan sosok yang ingin kau nikahi, kita menikah saja, kau dan aku?"

Chanyeol meninggikan sebelah alisnya terpana. Itu bukan usulan yang buruk, sebenarnya, menikahi Suhwa.

Chanyeol memikirkan ucapan Suhwa dengan sudut bibir tertarik.

Tentu saja di mata Chanyeol, walau ia tidak mempunyai perasaan spesial kepada Suhwa, ia merasa nyaman bersama gadis itu. Pernikahan tidak perlu tentang cinta dan asmara, selama kebutuhan seksualnya terpenuhi dan ia merasa nyaman, Chanyeol pikir itu solusi yang--

"Nora, lewat sini..." Melintasi meja Chanyeol, seorang gadis dalam mantel cokelat gelap melangkah pelan mengikuti seorang pria. "Ini kedua kalinya kau kemari, bukan?"

HARMONIA (PCY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang