23

1.7K 84 2
                                    

"Renjun-a, kamu gapapa aku tinggal sendiri?" Hubungan Jeno dan Renjun sudah semakin dalam. Mereka belajar untuk saling mencintai dan akhirnya, mereka berhasil mewujudkan hubungan yang mereka inginkan. Renjun mengangguk menjawab pertanyaan Jeno. "Tenang aja, aku udah gapapa. Bilang Mama Irene makasih untuk 3 hari ini ya..." Jeno tersenyum menunjukkan mata bulan sabitnya dan mengangguk. "Nanti aku kasih tau Mami. Sekarang yang penting kamu istirahat aja. Semuanya bakal baik-baik aja. Kamu liat sendiri kan Pak Jaehyun itu orang baik? Dia juga udah janji sama kita." Renjun kembali menganggukan kepalanya dengan imut. "Thank you, Jeno." Kemudian Renjun mengecup pipi Jeno dan berlari memasuki rumahnya. Apa kabar jantung Jeno? Degupan jantungnya begitu cepat sampai Jeno bernapas dengan berat. "Renjun hyung kenapa imut banget sih..." Monolog Jeno.


"Biar gw yang cerita ke lu. Jaehyun ga mungkin pernah ngasih lu bukti-bukti kalo dia ga ada sangkut pautnya sama kematian Somi 'kan?" Sudah 2 hari Eunwoo berada di kediaman Jaehyun. Lebih tepatnya ia dikurung dan dirawat di kamar tamu bersama delapan orang aneh. "Jangan pernah sebut nama Somi pake mulut kotor kalian." Ketus Eunwoo. Karena sudah tidak sabar, Doyoung melemparkan sebuah amplop tebal ke atas paha Eunwoo yang masih terluka. "Argh!" "Ga usah drama, liat itu. Isinya semua bukti yang asli, dan ada hal yang bahkan Jaehyun ga tau. Kita baru ketemu beberapa hari yang lalu abis lu tembak Mark dan Jaehyun." Ucap Johnny.

Eunwoo pun membuka amplop itu dan melihat semua foto-foto dan hasil autopsi yang ada di tangannya. Ia mulai mengerutkan keningnya. Di foto tersebut terlihat Somi sedang bersama orang lain, bukan Jaehyun. Foto lainnya juga memperlihatkan kemesraan kedua sosok tersebut. Hingga di foto terakhir, ia melihat Jaehyun yang sedang berjalan dengan angkuh dan Somi berada di belakang Jaehyun. "Ini apa? Udah gw bilang pasti Jaehyun ada sang-" "Baca dulu semuanya. Jangan cuman karena satu foto lu udah simpulin semuanya bego." Sela Yuta dengan kesal. Eunwoo pun lanjut melihat dokumen-dokumen yang diberikan.

Dalam dokumen itu terlihat hasil autopsi yang membuktikan bahwa mayat yang ditemukan bukanlah Somi. "0.00%? Ga mungkin. Jelas-jelas gw liat jasadnya." Kepala Eunwoo mulai pening dan air mata mulai menggenang di matanya. "Liat dokumen terakhir." Eunwoo mengambil dokumen terakhir dari amplop tersebut. "Pendonor Jeon Somi yang bertanda tangan dibawah ini telah menyetujui syarat dan ketentuan untuk menjadi pendonor paru-paru bagi pasien bernama Cha Eun Woo." Taeil membacakan isi dari dokumen tersebut.

"Eunwoo... Lu inget 'kan lu pernah kanker paru-paru dan Jaehyun setengah mati nyariin pendonor buat lu? Dia ga kenal Somi, tapi Somi kenal sama lu dan tau kalo Jaehyun itu sahabat lu. Somi akhirnya datengin Jaehyun dan bilang ke Jaehyun kalo dia bersedia untuk donorin paru-parunya buat lu. Jaehyun ga pernah nganggep omongan Somi serius. Dia langsung tinggalin Somi walaupun masih dikejer-kejer. Cowo yang lu liat di foto-foto itu, itu temen kecil Somi yang juga ngalamin penyakit yang sama kayak lu. Dia juga kanker paru-paru. Somi pengen bantu temennya itu, tapi temennya bilang dia ga butuh. Dia bilang ke Somi untuk donorin paru-parunya buat lu aja dan selama sisa waktu hidup mereka, mereka bakalan habisin waktu berdua. Somi nganggep temennya ini sebagai adik kandungnya, dan dia sayang sama lu. Somi pengen lu tetep hidup dan bisa bahagia. Itu semua ditulis di surat yang dia tulsi buat lu. Tapi sayangnya lu pindah tempat tinggal dan ga terima surat itu." Taeil menjelaskan semuanya pada Eunwoo dan memberikan Eunwoo surat yang seharusnya berada di tangannya dari dahulu.

"Somi..." Dada Eunwoo terasa sesak saat membaca isi surat dari wanita terkasihnya. Rasa bersalah menghantuinya. Ia bahkan telah membunuh ibu Jaehyun yang pada saat itu adalah satu-satunya sumber kebahagiaan Jaehyun. Namun Jaehyun berusaha untuk mengampuninya karena sang ibu berpesan untuk menjaga persahabatannya dengan Eunwoo. "Surat yang lu temuin, itu memang buat Jaehyun. Dia berterima kasih sama Jaehyun karena udah ngizinin dirinya jadi pendonor buat lu." Mark melanjutkan penjelasan Taeil. Ia bisa melihat tatapan Eunwoo yang penuh penyesalan dan rasa bersalah pada Jaehyun dan juga Somi.

"Kalian- Eunwoo?" Jaehyun baru saja kembali dari rumah sakit untuk mengambil baju baru. Ia merasa aneh karena rumahnya sangat sepi. Akhirnya Jaehyun mencari teman-temannya di setiap ruangan. "Jae, lu bisa ngomong bentar sama dia. Kita tinggal dulu ya. Sini baju Jaemin, kita mau jenguk." Mereka semua pergi dan meninggalkan Jaehyun dan Eunwoo berdua untuk menyelesaikan kesalahpahaman mereka.

"Maaf..." Jaehyun melihat semua dokumen dan foto-foto yang berada di tangan Eunwoo. Ia mengerti apa yang Eunwoo maksud, tetapi ia tak tahu harus bereaksi seperti apa. "Maafin gw... Gw udah bunuh mama lu, gw bahkan hampir bunuh pacar lu. Gw emang ga pantes jadi sahabat lu. Gw juga ga bisa ngelakuin apa-apa selain minta maaf ke lu." Jaehyun merasa beban di pundaknya terangkat. Akhirnya ia bisa bernapas dengan lega.

"Gw... udah maafin lu." Isakan Eunwoo terdengar semakin kencang. "Seharusnya lu bunuh gw aja! Kenapa lu ga bunuh gw? Lu 'kan mafia?!" Jaehyun tersenyum tipis. "Gw ga mau bunuh sahabat gw sendiri, dan gw tau lu masih mau hidup pake paru-paru Somi. Sekarang lu udah tau 'kan kalo Somi selama ini selalu ada sama lu? Dia selalu ada di sisi lu, Woo."

"Maaf... dan makasih udah kasih gw kesempatan untuk tetep hidup. Kita bisa ulang semuanya kayak dulu 'kan? Gw mau perbaikin hubungan kita." Jaehyun mengangguk dan menjulurkan tangannya pada Eunwoo yang masih berada di ranjang. "Welcome back, Eunwoo."



Jujur ak nulisnya kek pengen ikutan nangis... Eunwoo kesian... Jangan lupa vote & comment!

That Teacher Who I Like [2Jae]Where stories live. Discover now