6. Dua Sisi

85 27 21
                                    

| I only love it when you touch me,
not feel me.|


-

Suhwa berdiri berseberangan dengan bartender yang sedang mengelap gelas kaca dengan handuk putih. Ujung telunjuknya mengetuk-ketuk meja, menunggu Chanyeol yang tiba-tiba menghilang untuk kembali. Selagi berdiri di sana, gitarist band yang tadi manggung di depan melibatkan diri dengannya.

"Halo," sosok itu tinggi, memang seperti selera Suhwa. Lingkar hitam menghiasi matanya seperti ciri khas.

"Boleh aku bergabung?" tanyanya malu-malu.

Suhwa mau tidak mau mengangguk. Ia membiarkan pria itu berdiri di sampingnya, memperhatikan ia seolah-olah dirinya adalah makanan terakhir di meja.

"Aku percaya aku sempat meninggalkan pesan di mantelmu beberapa hari lalu." Pria itu berujar dan ikut mengetuk-ketuk telunjuknya di dekat jari Suhwa. "Apa kau tidak menemukannya atau..."

"Aku tidak tertarik." Suhwa menimpali jujur.

"Apa karena kau sudah memiliki pacar? Cowok jangkung dengan wajah babyface itu pacarmu?"

"Itu deskripsi yang lucu," kekeh Suhwa. Chanyeol pasti marah kalau wajah tampannya dideskripsikan sebagai wajah babyface. "Dia bukan pacarku, kok."

"Jadi..., apa kau menyukainya?"

"Aku tidak tau tentang apa hubungan perasaanku padanya berkaitan denganmu, tapi yang pasti, aku tidak menyukaimu. Itu saja."

"Sayang sekali. Kalau cuma itu alasanmu, maka aku tidak akan menyerah." Pria itu mengambil minum yang disodorkan untuk Suhwa dan meneguknya. "Perasaan bisa berubah."

"Kau berhutang satu gelas padaku," ketus Suhwa. Minumannya baru saja dicuri di depan mata. "Kau harus membayar dua kali lipat dari itu."

"Boleh aku menganggap ini sebagai ajakan untuk minum bersama di lain waktu?"

"Hei, aku mau minumanku diganti sekarang!"

Pria itu tersenyum. "Namaku Tao. Aku akan mengganti minumanmu kalau kita bertemu di lain waktu, Suhwa-ssi."

"Eh?"

Tao--pria dengan mata panda itu mencolek pipi Suhwa. Senyum terurai ramah menggoda.

"Sampai jumpa," katanya. Anggota band-nya berdiri di dekat pintu keluar, melambaikan tangan memanggil Tao untuk pergi.

"Apa-apaan barusan?" Suhwa bergidik aneh. Ia memesan satu gelas bir lagi kepada si bartender dan kembali mencari-cari wajah Chanyeol.

Di dalam pencariannya, Suhwa melihat pintu exit terbuka, Nora turun dari sana. Tak berselang lama setelah Nora keluar dari sana, Chanyeol yang dicari-carinya menyusul keluar.

"Apa yang dia lakukan di sana?" gumam Suhwa pada dirinya sendiri.

-

Pandangan Suhwa tidak putus sama sekali dari Chanyeol yang sedang menyesap sekaleng vodca, mata menonton TV di dalam kamar apartemen Suhwa.

Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam, dan melihat pria itu masih bersantai di kamarnya dan meminum sekaleng vodca, bisa ditarik kesimpulan kalau Chanyeol akan menghabiskan separuh malamnya di kamar Suhwa lagi. Iya, separuh, karena pada pukul dua atau tiga dini hari, pria itu akan merayap keluar dari selimut dan pergi.

Ada alasan mengapa Chanyeol tidak pernah menetap di sisi Suhwa hingga pagi dan Suhwa pernah menanyakan perihal itu. Sesuatu yang sangat Suhwa sesalkan dari dirinya karena sempat penasaran, jawaban Chanyeol seperti pisau yang menikam jantungnya.

HARMONIA (PCY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang