12. Titik Balik.

82 22 17
                                    


Empat hari berlalu semenjak terakhir kali Nora meninggalkan mansion keluarga Park Chanyeol untuk pulang. Dalam empat hari itu, Nora melewati hari-harinya dengan memandang kalender. Berharap hari jumat tidak cepat datang dan matahari akan terbenam lebih lama daripada biasanya.

Sayang oh sayang, tidak seperti harapannya yang tidak masuk akal akan dikabulkan, waktu tetap berputar normal. Nora bangun pagi dengan helaan napas iritasi.

Jumat sudah datang!

Kenapa Jumat cepat sekali datang?

Nora tidak mau bertemu dengan Chanyeol. Pria itu seperti cobaan berjalan. Nora takut ia akan terperosot bila terus-terusan mengorbit di sekitar pria itu.

[Sampai ketemu nanti malam.]

Seperti pergantian hari tidak cukup untuk membuat Nora keki, pesan dari Chanyeol yang tertera di layar ponselnya makin memperburuk suasana.

"Apa yang harus kulakukan terhadap pria ini?"

Nora memijit dahi.

------

Di lain tempat, Park Chanyeol yang selama empat hari ini tidak melihat Nora--meninggalkan rumah dan menetap di hotel seperti yang biasa ia lakukan.

Sesekali, dalam empat hari itu, Chanyeol mengunjungi apartemen Suhwa. Meminta gadis itu membuatkannya ramyeon dengan dua butir telur. Lalu, saat malam tiba, ia akan bergelut dengan sahabatnya itu sebelum kembali ke hotel.

Aktivitas harian Chanyeol masih sama, tapi rautnya yang cerah jelas sekali membuat cara orang-orang memandangnya berubah. Suhwa bukan pengecualian.

Sudah tidak ada gunanya menutup mata. Malah aneh kalau dia berpura-pura tolol ketika di sebelahnya--Chanyeol meradiasikan energi kehidupan seperti bunga matahari yang baru mekar.

"Lagi senang?" tanya Suhwa saat duduk di sofa.

Saat itu waktu masih pukul lima sore. Sinar jingga matahari mencetak bayangan tirai di lantai. Suhwa yang masih memakai blazer sepulang kerja, melempar ponselnya yang sibuk bergetar ke atas meja.

"Siapa?" tanya Chanyeol.

"Kau lah, siapa lagi?"

Chanyeol lalu menangkup pipinya sendiri, seakan-akan tidak percaya dengan teguran Suhwa. "Apa menurutmu begitu?"

"Mm. Kau kelihatan seperti pemenang lotre."

Sebenarnya, bukan hanya seperti pemenang lotre. Chanyeol seperti cowok kasmaran. Mata yang tidak sabaran melihat jam, kaki yang menghentak-hentak lantai gelisah dan senyuman yang sulit pudar. Suhwa paham benar keantusiasan yang pria itu tunjukkan dan apa penyebabnya.

Nora akan mengajar Sooyoung malam ini. Itu artinya Nora akan bertemu dengan Chanyeol.

Klasik.

"Jadi apa penyebabnya?" tanya Suhwa kembali. Berpura-pura tolol adalah kebiasaan barunya belakangan ini. "Apa sedang jatuh cinta?"

"Hah? Mana mungkin." Mata Chanyeol melebar. "Siapa yang jatuh cinta? Aku hanya sedang..."

Melabelkan perasaannya sekarang sebagai cinta terasa agak asing dan tergesa-gesa. Kendati tidak ada kata yang lebih tepat untuk mendeskripsikan perasaannya saat itu juga, sih. Chanyeol tidak tau..., dia bimbang. Apa yang ia rasakan sekarang, terhadap Nora, bahkan bila itu cinta..., apakah baik-baik saja?

"Sebentar, dari mana datangnya konklusi itu?" Chanyeol kembali menanyai Suhwa dengan suara yang sangat ofensif. "Apa yang bisa membuatku senang hanya cinta?"

HARMONIA (PCY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang