Nerd | 37

39.4K 4.6K 26
                                    

“Iya, tolong batalin semua rapat hari ini. Dan tolong kosongkan jadwal saya untuk tiga hari kedepan,” ucap mamanya Devin kepada sekretarisnya. 

Dia sangat khawatir saat mendengar jika anaknya masuk ke rumah sakit. Padahal hari ini ada rapat penting, namun beliau rela meninggalkan itu karena beliau mengkhawatirkan Devin.

“Leta?” mama Devin langsung memutuskan panggilannya ketika mendengar suara Devin. Dan langsung berjalan menghampiri Devin dengan raut wajah khawatir. 

“Devin, syukurlah kamu udah bangun. Kamu kenapa bisa sakit kayak gini,hmm?” Mendengar itu hanya membuat Devin melengos.

“Devin, bilang sama Mama. Kenapa kamu bisa sakit?” mamanya bertanya dengan raut dan nada yang khawatir.

“Apa peduli Mama?”

Mamanya menghela napasnya. “Jelas Mama peduli sama kamu, kamu anak satu-satunya Mama, Vin.”

“Bukan karena Mama akan bercerai? Itu alasan Mama pura-pura peduli sama aku kan, biar aku milih Mama daripada Papa!” Mamanya menatap tidak percaya pada putra semata wayangnya.

“Vin, Mama tau kalau selama ini Mama salah. Mama selalu mentingin perusahaan Mama, Mama jarang di rumah karena harus pergi untuk perjalanan bisnis. Mama nggak bisa ngurus kamu, nggak bisa ngasih sayang sama kamu. Nggak pernah ada saat kamu butuhin, Mama akui semua itu kesalahan Mama.”

“Tapi apa sekarang Mama salah kalau khawatirin anak Mama? Mama bener-bener khawatir sama kamu. Mama minta maaf sama kamu karena selama ini Mama belum bisa jadi Ibu yang baik.” Devin tertegun mendengar kalimat-kalimat yang dilontarkan oleh mamanya.

“Vin, mengenai perceraian itu. Kita sudah sepakat untuk tidak bercerai.” Devin langsung menatap wajah mamanya dengan tatapan tidak percaya.

“Mama sudah berpikir lagi, perceraian bukan satu-satunya jalan keluar. Mungkin, Mama sama Papamu bisa sedikit demi sedikit memperbaiki hubungan kita. Dan kita pun sepakat untuk memulai semuanya dari awal lagi.” Di akhir kalimatnya, mamanya menatap Devin dengan senyuman hangat.

“Mama serius?” tanya Devin tak percaya. Mamanya mengangguk.

“Mama akan berusaha untuk jadi ibu yang baik buat kamu.” Entah mengapa hati Devin langsung menghangat mendengar.

Mamanya mengusap rambut Devin penuh kasih sayang. “Vin, sejak kapan kamu sudah dewasa seperti ini?”

“Aku sudah lama beranjak dewasa, Ma,” sahut Devin yang disambut kekehan oleh mamanya.

“Kenapa kamu tumbuh dewasa sendirian, hmm? Apa yang kamu alami selama ini? Mulai sekarang jangan mencoba untuk memikulnya sendirian. Kamu tidak perlu melakukan itu, karena sekarang ada Mama di sini.” Ucapan itu mampu membuat Devin tersenyum hangat.

“Mama sama Papa masih banyak kekurangan, dan kita akan berusaha untuk menutup kekurangan-kekurangan itu mulai sekarang.”   

“Jangan khawatir. Aku suka hidupku saat ini.”

Mamanya tersenyum, dia tahu jika Devin diam-diam selalu memendam semuanya sendiri selama ini.

Mamanya terus mengelus rambut Devin seraya memandang wajah anaknya itu “Wajah ganteng ini, pasti banyak perempuan yang ngejar-ngejar kamu kan?” 

Devin tersenyum mendengar itu, bicara tentang perempuan yang mengejarnya. Memang banyak perempuan yang mengejarnya, namun sampai saat ini belum ada yang mampu bertahta di hatinya. 

Kecuali satu orang, Leta. Perempuan yang entah sejak kapan selalu menghantui pikirannya. Mengingat Leta, Devin langsung tersenyum.

“Tuh kan, senyum. Jangan-jangan kamu udah punya pacar ya Vin? Siapa? Cewek yang nganterin kamu ke rumah sakit ya?” Devin mengerjapkan matanya.

Tunggu, perempuan yang mengantarnya ke rumah sakit? Devin mengira yang mengantarnya ke sini adalah Mamanya. Tapi...

“Cewek?” tanyanya. Mamanya pun mengangguk.   

“Iya cewek, anaknya cantik. Dan kamu tau, dia yang udah ngasih tau Mama betapa tersiksanya kamu selama ini. Alasan kamu berbuat onar demi mendapat perhatian. Dia yang menyadarkan Mama kalau selama ini kamu butuh perhatian dari Mama sama Papa.”

“Tunggu dulu, cewek maksud Mama? Mama tau namanya?” Mamanya mencoba untuk mengingat.

“Ah, Leta! Namanya Leta.” Detik itu juga Devin langsung termenung. Cewek itu lagi, pikirnya.

Entah sudah berapa kali Leta mencampuri hidupnya dan entah berapa kali cewek itu mampu membuat Devin seperti ini.

“Dia di mana sekarang?”

“Udah pulang.” Pundak Devin sedikit melemas. 

Tiba-tiba memorinya berputar, dia mengingat saat dia menelepon seseorang. Lalu seorang cewek memasuki kamarnya dan menghampirinya. Devin tidak mengingat jelas siapa itu, namun didenger dari suaranya memang itu suara leta.

Namun wajah dan penampilannya terlihat samar-samar saat Devin mengingatnya.

“Dia pacarmu Vin?” Devin langsung menggelengkan kepalanya cepat.

“Bukan! Cewek cupu kayak dia nggak pantes buat Devin!” Sial, apa yang baru saja Devin katakan? Mengapa kata-kata itu sangat tidak cocok dengan kata hatinya?

“Cupu? Cantik banget kayak gitu kamu bilang cupu? Mata kamu ada masalah yah, Vin?”

Devin mengernyitkan alisnya. Bagaimana bisa mamanya mengatakan jika Leta itu cantik? Memang menurut Devin, Leta itu sedikit manis jika dilihat lebih teliti. Sedikit manis bukan berarti cantik kan?

Akhirnya Devin hanya mengedikkan bahunya, mungkin saja standar kecantikan mamanya memang seperti Leta. Cewek dengan penampilan yang sederhana.












Tbc...



NERDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang