chapter (4)

6.6K 561 18
                                    

(Baca chapter 1 jika lupa alur)

(Happy Reading)

***

2 hari berlalu

Lio menatap kagum bagunan indah ini sekaligus terpukau akan taman yang terlihat rapi di bawah sana.

Tanpa la sadari, di belakang nya sudah ada seseorang lelaki paruh baya yang menghampiri nya.

Lelaki itu berjongkok dan langsung memeluk pinggang kecil Lio. Hal Itu membuat Lio terkejut saat seseorang yang dia tidak kenali menghampiri dirinya, dan langsung memeluk nya.

"Paman s-siapa?" Ujar Lio sambil berbalik badan, dan menghadap lelaki itu.

"Papamu." Jawab Nathan.

Lio mengerjapkan mata. Dia masih belum paham apa yang di ucapkan oleh Nathan yang mengaku papanya. Karena gemas Nathan mempererat pelukan membuat Lio sedikit sesak.

Setelah puas memeluk sang anak, Nathan melepaskan Pelukannya, dan menatap lekat mata indah Lio.

"P-papa? I-ini benar papanya Lio?" Ucap Lio masih tidak percaya.

Lio menahan sesak yang kian menyeruak di dada. Untuk kali pertamanya, dia bisa melihat sesosok ayah yang selalu di dambak-dambakkan oleh sebagian anak di dunia. Rasanya, dia sedikit tidak percaya atas apa yang dirinya lihat ini.

Air mata Lio meleleh. Anak itu membalas pelukan dari Nathan. Saat ini dia begitu senang sampai-sampai dia tidak bisa melontarkan kata-kata lagi.

Hampir 10 tahun lamanya dirinya terpisah oleh ayah dan ibunya dan akhirnya sekarang dirinya bisa bernafas lega karena bisa memeluk sang ayah.

Lalu dimana ibunya?

"Iya ini papamu baby." Jawab Nathan dengan suara beratnya.

Nathan menyapu sisa air mata yang terus mengalis di pipi tirus sang anak.

"Vico Aldian Williams." Ujar Nathan.

"Tidak, papa. nama Lio itu Lio Ahmad Putra." Gelengan dari sang anak membuat Nathan terkekeh kecil.

"Lalu maunya di panggil seperti apa yang kamu mau hm?" Nathan menarik satu alisnya sambil mengusap pipi turus Lio.

"Lio panggil Lio saja." Dengan wajah berserinya Lio menunjuk dadanya sambil melontarkan ucapan jika dia ingin di panggil Lio.

"Baiklah. Gimana kalau Lio Aldian Williams." Ucap Nathan yang di angguki oleh Lio.

Itu terlihat tidak terlalu buruk. Batin Lio

"Ya sudah sekarang kita makan dulu ya, nanti papa ceritain kronologi nya seperti apa. Pasti kamu penasaran kan." Lagi dan lagi Lio mengangguk dengan girang. Sambil membawa boneka yang di genggamannya tadi, la langsung memeluk boneka tersebut dengan erat, dan masuk kedalam kamar.

Tidak lupa Nathan menutup pintu balkon lalu menggandeng tangan kiri Lio untuk keluar dari kamar.

Mereka Menuju ruang makan, dan mereka pun makan bersama sambil bercanda gurau. Tanpa mereka sadari dibalik kegelapan ruang ada seseorang yang melihat mereka dengan wajah datarnya.

"Berbahagialah, dek." ?

Hari semakin malam. Sekarang Lio dan Nathan terduduk di karpet berbulu ruang keluarga. Hari ini adalah hari dimana keduanya bisa menghabiskan kebersamaan tanpa ada rasa kecanggungan sama sekali.

Hal yang tidak bisa di lupakan dari seorang Nathan yaitu bisa membahagiakan sang anak, walaupun dengan cara yang sederhana. Memang tidak cukup baginya jika itu saja yang bisa ia beri, namun Lio menolak apapun permintaan sang papa yang terlihat berlebihan dalam suatu Keuangan, dan suka menghambur-hamburkan.

Cukup bangga Nathan mempunyai anak yang bisa berfikir dewasa seperti Lio, namun itu tidak demikian yang ia fikirkan. Ia mau Lio jadi anak yang bisa menjadi manja kepadanya dan bergantung kepada keluarga nya. Agar kelak kalau Lio memiliki masalah, dia tidak terlalu canggung untuk menceritakan masalah nya. Namun Nathan tidak bisa memaksa kehendak Sang anak, selagi itu hal yang positif.

"Selamat malamm!!"

Nathan, dan Lio langsung menoleh ke sumber suara. dimana suara itu begitu nyaring membuat sedikit mendengungkan telinga.

"Bisakah kau lebih sopan Belerick, berteriak malam-malam memangnya ini tempat **** yang sering kau kunjungi itu." Sahut seseorang di belakang si pembuatan onar.

"Yaah maaf dad, gak lagi deh." Belerick mengangkat ke dua jarinya sebagai tanda damai.

"Kau sudah pulang." Nathan mencoba menghentikan perdebatan kecil antara sang abang dan anaknya.

"Kau buta! Jelas jelas aku sudah di depan matamu masih nanya!" Karena kebawa emosi Lemord ikut menyentak juga Nathan.

Nathan hanya bisa menatap malas kelakuan sang abang, tanpa Menggubris ucapan dia tadi.

"Siapa mereka pa?"

Nathan hampir lupa ada makhluk kecil di depannya yang sedang menatapnya polos.

"Aduhhh gemesnya, sini dek sama abang." Belerick menghampiri Lio yang terlihat terbengong di tempat. Tanpa membuang kesempatan Belerick langsung menggendong Lio ala gendongan koala.

Dengan gemas Belerick menciumi wajah Lio sampai membekas air liurnya di berbagai tempat.

"Ck, menjijikan kau Erick! Siniin itu anak Daddy!" Belerick yang belum siap apapun begitu saja Lio di ambil oleh Lemord dari gendongannya.

Belerick ingin protes namun tidak jadi karena di tatap tajam oleh Lemord.

"Ck, dasar tua bangka sialan." Gumamnya.

TBC

Tahap Revisi

See you next time😙

MY BABYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang