Chapter 77

880 191 5
                                    

***

"Kamu perlu dokter. Tunggu sebentar, aku akan meminta dokter untuk datang ke sini."

"Cukup!"

Johann menarik pergelangan tanganku dan aku menampar punggungnya dengan tanganku yang lain. Aku merasakan sensasi yang mengejutkan di tengah rasa sakitku.

Dia menatapku dengan pandangan yang agak linglung.

"Racunnya sudah sangat menyebar. Tidak akan sembuh bahkan jika kamu menetralkannya! Jika kamu mencegahku lagi, aku akan mencubit pipimu."

Saat aku menatapnya dengan pandangan mengancam, tangan Johann mengendur

Aku membawa seorang dokter, dan bahkan memanggil ayah.

Ekspresi Ayah muram saat melihat Johann terbaring di tempat tidur. Dia tampak marah dan pusing.

"Apakah menyakitkan?"

"……"

"Kamu terluka terkena racun prajurit bayaran? Kamu tidak mengatakan sepatah kata pun padaku."

"Aku sudah dirawat di kediaman Dubos."

Itu sebabnya kamu pergi ke Dubos.

Aku menghela nafas

'Dubblede, orang-orangnya sungguh keras kepala.'

Sifat keras kepala laki-laki ini tampaknya telah menurun secara genetik. Tidak hanya Johann, tapi ayahnya, Henry, dan Isaac semuanya keras kepala.

"Kalian menyembunyikannya dariku tanpa rasa takut."

"Iya."

Lihat itu. Dia tidak pernah mengatakan bahwa dia salah. Mata ayah semakin dingin.

"Ayah, ayah."

"……"

"Dokter bilang Johann harus minum obat dan makan dulu."

Saat aku berbicara dengan alis terkulai, ayah, yang mengerutkan kening pada Johann, mundur.

Ayah kurang lebih mendengar kondisi Johann dari dokter, lalu meninggalkan ruangan.

Dokter dan pelayan yang membantu perawatan pergi dan ruangan menjadi sunyi kembali.

"Sudah puas?"

Johann bertanya dengan dingin dan aku menyempitkan dahi.

"Seharusnya aku membiarkan ayah lebih memarahimu."

Lalu aku duduk di kursi samping tempat tidur. Aku mengambil sup ayam dari meja dan berusaha menyuapinya.

".....Tidak usah."

"Obat yang diresepkan oleh dokter adalah obat yang membuatmu mulas jika kamu tidak makan apa-apa."

"……"

"Cepat. Atau aku akan keluar dan memberitahu orang-orang bahwa Johann sakit!"

Tanganku pegal.

Aku menyendokkan sup sekali lagi. Untuk beberapa saat, dia melihat sendok yang kuulurkan dan membuka mulutnya sedikit.

Aku memberinya sup sekali lagi. Dia segera membuka mulutnya sedikit setelah menatap sendok yang telah saya keluarkan beberapa saat.

Begitu dia menelan sup, aku menyendokkan sup sekali lagi.

"Benar. Sekali lagi."

"……"

"Sekali lagi saja."

"……"

"Yang terakhir."

"……"

TBRADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang