2 - Back to Niskala

2.4K 346 22
                                    

“Ran! Mau ke mana lo buru-buru amat? Nongkrong dulu sini lah!” panggil seorang teman sekelas Zafran yang melihat lelaki itu buru-buru pergi setelah bel pulang sekolah berbunyi.

“Skip dulu, Bro! Gue lagi ada urusan di rumah.”

“Ahelah sok sibuk amat lo dari kemarin ada urusan mulu. Ngapain sih?”

“Pengen tau amat! Dah, gue balik duluan yo!”

“Yo, ati-ati!”

Zafran kembali melanjutkan langkahnya menuju parkiran. Namun lagi-lagi langkahnya terhenti oleh panggilan seseorang. Zafran menengok lantas kembali balik arah setelah melihat seseorang yang memanggilnya, Allisya.

“Tunggu sebentar, Ran!” Allisya tak menyerah. Dia berlari kecil mengejar Zafran. Tangan lelaki itu diraih. Zafran berhenti sembari menghela napas kasar.

“Kita harus bicara, Ran,” ajak Allisya dengan masih menggenggam lengan Zafran.

“Bicara tentang apa?”

“Hubungan kita!”

“Kita udah nggak ada hubungan, Sya.”

Terselip rasa perih di hati Allisya mendengar panggilan Zafran untuknya. Mereka sudah kembali asing. Tidak ada lagi panggilan khusus dari Zafran untuknya.

“Ran, aku nggak ada hubungan apa-apa sama Evan. Kita cuman temen biasa. Kamu jangan salah paham gini dong!”

“Gue udah nggak peduli, Sya. Mau lo sama Evan atau nggak, gue nggak ngurus. Lagian bukan itu alasan kita putus, kan?”

Benar kata Zafran, alasan mereka putus bukan karena Evan. Zafran dan Allisya putus karena sudah tidak ada rasa saling memahami. Apalagi Allisya yang tidak bisa memaklumi kesibukan Zafran mengurus Zayyan kala itu.

“Aku masih sayang sama kamu, Ran.”

“Sorry, tapi gue enggak.”

“Apa udah nggak ada kesempatan lagi buat aku balik sama kamu?”

Zafran menarik lembut genggaman Allisya hingga terlepas dari lengannya. Ia lalu memasukan kedua tangannya ke saku celana. “Buat saat ini, gue belum kepikiran buat pacaran. Tolong hargain keputusan gue.”

“Berarti aku masih punya kesempatan balik sama kamu, Ran?!” tanya Allisya penuh harap.

“Gue pulang dulu,” pamit Zafran tanpa menjawab pertanyaan Allisya lalu pergi.

“Tinggal jawab iya atau nggak gitu apa susahnya sih! Hobi banget gantungin cewek!” gerutu Allisya.

***

“Udah pulang???” tegur Zayyan yang sedang duduk di ruang tengah. Dari nada bicaranya, terselip rasa heran dan tidak percaya kalau Zafran bisa pulang secepat ini.

“Nggak! Mau umroh dulu gue,” sahut Zafran sambil melepas sepatu lalu beranjak menaiki tangga menuju kamarnya.

Pandangan Zayyan mengikuti langkah Zafran sampai hilang di balik pintu kamar. Akhir-akhir ini Zafran memang sering pulang tepat waktu. Sejak Zayyan diijinkan untuk rawat jalan lebih tepatnya. Zafran jadi jarang keluyuran. Padahal dulu anak itu suka sekali pulang malam sampai dimarahin ayah.

Zafran keluar kamar dengan kaos oblong serta celana pendek. Dia menuruni tangga menuju dapur untuk mengambil makan siang. Zayyan yang sudah tahu Zafran akan duduk di sebelahnya lantas bergeser sambil mengganti channel televisi yang lebih menarik.

“Tadi temen-temen lo pada nanyain kenapa lo nggak bales chat. Hp lo rusak apa gimana?” ujar Zafran seraya duduk di sebelah Zayyan dengan sepiring makan siang dalam genggaman.

See You AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang