8. Terluka

17.5K 1.5K 76
                                    

Adrena meludah ke samping, dadanya naik turun dengan napas yang cepat. Tangan putih nya terkepal begitu kencang dengan buku jari yang memutih. Terdapat pula bercak kemerahan yang menodai tangan putihnya.

“Kalo gak punya nyali itu, jangan macem-macem anjing!” Adrena memperingatkan. Tubuhnya ditahan Ednan, cowok paling kalem dan cuek di kelas.

Adrena baru saja menghajar cewek dari IPA-1 yang mencari masalah padanya. Saat sedang asik makan dengan teman-teman nya, cewek bernama Anna itu datang-datang menyiram tangan nya dengan kuah soto yang panas. Dan dengan kurang ajarnya bilang kalau itu tidak sengaja, mana mungkin tidak disengaja! Wajah Anna yang tersenyum puas saat melihat Adrena menjerit sudah menjadi buktinya.

Sementara tangan kanan Adrena menunjuk-nunjuk Anna yang terduduk mengenaskan di lantai, tangan kiri nya dipegangi Sabitha. Sabitha membungkus es batu dengan kain dan menempelkan nya ke tangan Adrena yang memerah.

Merasa napas Adrena sudah teratur Ednan melepas tubuh Adrena. Menepuk dua kali bahu Adrena dan mengajaknya pergi, luka Adrena harus segera diobati.

Adrena menurut, membiarkan tangan nya ditarik Ednan menuju UKS. Mata nya berkaca-kaca, rasa membakar ditangan nya membuat dia seketika mengingat dosa. Sakit sekali, ya Tuhan!

Dibelakang, Sabitha mengikuti Adrena. Gadis itu sudah lebih dulu menangis sesegukkan melihat luka Adrena, ingin sekali Sabitha meremukkan Anna! Mencincang nya menjadi beberapa bagian, tapi dia tidak segila itu.

Karena, Adrena akan lebih menggila.

Bu Sari, yang menjaga UKS terpekik kaget. Dia menarik Adrena ke arah westafel, menyiram lengan yang begitu merah dengan beberapa bagian yang menggembung dengan air mengalir. Sementara Adrena sudah menangis keras dengan wajah yang disandarkan di dada Ednan yang setia mengelusi rambut Adrena.

Bagi Ednan, Adrena bukanlah cewek menakutkan yang seperti orang-orang bicarakan. Cewek itu terlalu banyak menyembunyikan lukanya, membuat Ednan kerap kali tercekat melihat tatapan Adrena yang kosong dan hampa.

Setelah disiram dengan air dingin selama 15 menit Adrena di arahkan ke kasur. Bu Sari menyuruhnya duduk disana, sementara ia mengambil salep luka bakar.

Adrena sudah tidak menangis lagi, tapi gadis itu cemberut dengan bibir bergetar menahan tangisan. Badan nya di peluk Sabitha yang malah menumpahkan air mata nya di baju Adrena. Siapa yang luka siapa yang merasa paling tersakiti.

Di luar ruangan, anak-anak kelas Adrena mengintip rusuh. Menatap iba Ketua mereka yang tadi menangis keras, apalagi Varel. Cowok itu sudah bersatu dengan Linela yang menangis kencang—Linela di gendong Demian— sementara Varel menempeli punggung Demian dan beradu tangis dengan Linela.

Gak sanggup Varel tuh! Ketua galaknya menangis, rasanya Varel menjadi orang paling menderita di dunia.

Di kerumunan rusuh itu ada Asean juga, cowok itu mendumal karena di dorong-dorong anak lain. Sesekali badan nya terkena serangan tidak jelas. Sialan! Anak-anak ini malah melampiaskan kekesalan kepada nya! Sudah dengan tidak elitnya menyeret dia kesini, padahal sedang asik menyantap bakso.

Asean sempat takjub melihat Adrena yang menendang, memukul, menjambak dan bahkan menyiramkan sambal kepada Anna. Anna malah terlihat lebih mengenaskan dibanding Adrena. Tapi, mengingat itu Adrena, Asean menarik kembali ucapan 'Wow' yang tadi sempat terucap.

“Balik ke kelas! Jangan berkerumun disini, Ketua kalian aman sama saya. Hus hus, pergi!” Bu Sari menyalak, jengah dengan keributan yang ada di sekitar wilayahnya.

Belum sempat mereka komplain, Bu Sari menampilkan wajah mautnya. Membuat mereka kalang kabut lari. Bu Sari itu lebih kejam dari apapun! Rehan sudah pernah menjadi korban nya, ngesot ke kelas dengan menangis seperti korban pemerkosaan. Saat ditanya kenapa, katanya Bu Sari menjewernya sembari menjepitkan jepitan baju di bibir nya. Kejam!

MY MOM IS BADGIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang