2

9.4K 1K 189
                                    

Adel menyibakan selimut yang menutupi tubuhnya lalu berdiri, mengumpulkan pakaiannya yang berserakan di lantai dan langsung masuk ke kamar mandi. Setelah membersihkan seluruh tubuh, ia keluar dari kamar mandi, melirik jam dinding yang menunjukan pukul tiga malam, ternyata sudah sangat malam. Adel mengambil ponselnya di meja kemudian mencari aplikasi untuk memesan makanan.

Sambil menunggu makanan datang, Adel menyimpan ponselnya dan mengayunkan langkah ringan menuju lemari belajar Ashel, ia ingin mengetahui buku apa yang Ashel miliki hingga pengetahuannya tentang hukum bisa tebal. Apakah Ashel selalu menghafalkan pasal setiap saat? Adel tidak mengerti itu. Jika bukan karena ingin dekat dengan Ashel, ia tidak akan sudi mengeluarkan ratusan juta hanya karena ingin diterima di fakultas hukum ini.

Adel memperhatikan setiap buku tebal yang ada di lemari belajar Ashel. Benar saja, semua buku itu adalah buku hukum. Pantas saja kadang-kadang Ashel sulit dihubungi, mungkin Ashel sedang belajar. Perhatian Adel tiba-tiba saja tertuju pada sebuah kotak kecil yang Ashel sembunyikan di balik tumpukan buku itu. Ia menoleh ke arah Ashel, memastikan Ashel masih tidur dengan lelap.

Cukup lama diam untuk menimang-nimang apakah ia harus membuka kotak itu atau tidak. Namun, bentuk kotak yang terlihat cukup romantis benar-benar membuat rasa penasaran Adel tinggi. Pasalnya, ia tidak pernah memberikan kotak itu pada Ashel selama dua tahun menjalin hubungan. Siapa yang berani memberikan ini? Tanpa berpikir lagi, Adel mengambil kotak itu dan membukanya.

Adel dibuat cukup terkejut ketika melihat sebuah liontin di sana. Sekali lagi, ia menoleh ke arah Ashel karena khawatir Ashel tiba-tiba terbangun. Setelah memastikan, ia membuka liontin berbentuk hati itu dan menemukan dua inisial yaitu A A. Adel menyimpan kembali kotak itu kemudian duduk di sofa. Adel yakin, inisial dalam liontin itu bukan namanya karena jika memang Ashel ingin memberikan itu, sudah pasti Ashel tidak akan menyimpannya lebih lama lagi.

Adel mengusap wajahnya, ia berusaha menghilangkan keresahan yang sekarang menggulma dalam dadanya. Namun, bagaimana ia bisa tenang? Seseorang memberikan sebuah liontin dengan kotak romantis pada kekasihnya dan Ashel menyimpan kotak itu dengan sangat baik. Adel menatap Ashel ketika mendengar gerakan, ternyata gadis itu terbangun dan sedang tersenyum kepadanya dengan kedua tangan direntangkan, meminta untuk dipeluk.

Adel memaksakan senyumannya dan segera bangkit, duduk di samping Ashel, membiarkan Ashel memeluk perutnya. Adel mengusap rambut Ashel tanpa mengucapkan apapun. Senyumannya bahkan pudar dalam sekejap, tidak biasanya.

Ashel mengernyit bingung karena sudah hampir lima menit ia bangun, Adel bergeming. Biasanya selalu ada saja hal konyol yang Adel katakan. Ashel bergerak duduk dan tak lupa menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya. "Kamu baik-baik aja?" tanyanya khawatir.

"Sangat baik." Adel tersenyum berusaha menghilangkan kekhawatiran yang Ashel rasakan. Adel tidak berani bertanya karena ia takut jawabannya akan sangat menyakitkan. Jika tau akan seperti ini, lebih baik ia mengurungkan niatnya untuk mencari tau apa yang ada di balik kotak itu.

"Kok tumben diem?" Ashel kembali memeluk Adel dari samping, kali ini lebih leluasa karena posisinya sejajar.

"Aku laper tapi udah pesen makanan kok, kamu mau gak?" Adel mengusap kepala belakang Ashel yang bersandar di dadanya. Pikirannya masih menjurus ke arah kotak yang tadi ia temukan, siapa orang berinisial A itu? Adel mengetahui semua teman Ashel dan tidak ada seorangpun yang memiliki inisial A.

"Berdua aja ya sama kamu? Biasanya kamu makan suka gak abis 'kan? Ah aku mau pake baju dulu bentar." Ashel berdiri, membuka lemari, mengambil kimono dan ia pakai secara sembarang. Ashel terlalu malas jika harus memakai semua bajunya.

Tak sengaja pandangan Ashel tertuju pada letak bukunya yang sedikit miring, ia tertegun sejenak lalu melirik ke arah Adel yang sedang melamun. Apakah Adel menemukan kotak itu? Ashel menggeleng, tidak mungkin, selama ini Adel tidak berani memeriksa sesuatu tanpa izin darinya. Mungkin benar, Adel diam karena gadis itu lapar.

LAW AND LOW [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang