Beast 9

9.3K 1.1K 18
                                    

Pesta minum teh itu berakhir. Isla kembali ke kamarnya. Tubuhnya bergetar hebat. Dia pasti lelah karena harus mengatur ekspresi dan nada suaranya sebaik mungkin. Terlebih, Duchess terus menatapnya dengan tatapan mengintimidasi. Mau sehebat apapun Isla dalam berpura-pura, dia tetaplah seorang gadis remaja yang membutuhkan kasih sayang.

Isla menatap kedua tangannya yang bergetar.

Luna bisa merasakan perasaan takut, marah dan sedih yang mengalir dalam tubuh Isla. Luna tidak heran kalau Isla merasa takut. Tapi, kenapa dia merasa marah dan juga sedih? Ah, rupanya dia marah karena ibunya sampai menyakiti Cinderella yang tak bersalah. Rasa sedihnya muncul karena dia tidak bisa melindungi Cinderella dengan baik.

Bukankah Isla sebenarnya sangat baik? Padahal, dia tidak melakukan apapun. Tapi, semua orang memperlakukannya seperti seorang penjahat setelah mendengar rumor tak berdasar. Pembelaan dari Cinderella bahkan tidak bisa membuat penilaian orang lain terhadapnya berubah.

Manusia memang aneh, ya. Mereka punya mata. Tapi, entah kenapa lebih suka menilai orang lain melalui telinga. Padahal, apa yang didengar telinga belum tentu sama dengan apa yang dilihat mata.

Isla mengambil nafas panjang. Mencoba mengambil alih kembali tubuhnya yang bergetar. Isla menatap pantulan tubuhnya di cermin sebelum akhirnya berjalan menuju kamar Cinderella. Dia harus memastikan adik tirinya itu baik-baik saja. Di samping itu, ada yang harus Isla lakukan.

"Cinderella, bolehkah aku masuk?" Tanya Isla dari balik ambang pintu.

"Masuklah, Kakak!" Kata Cinderella dengan wajah senang sembari melihat ke arah pintu kamarnya yang terbuka.

Yah, dilihat dari tingkah Cinderella saat menyambut Isla, sudah dapat dilihat dengan jelas kalau dia sangat menyukai kakak tirinya itu. Dia bahkan sampai langsung menutup buku dongeng tentang putri dan pangeran ketika melihat Isla berjalan menuju ke arahnya. Padahal, Cinderella adalah tipe orang yang lupa segalanya ketika membaca buku dongeng kesukaannya itu. Bahkan, ketika langit terbelah dua pun dia tetap akan membaca buku dongeng itu.

"Ah, apa kau sedang belajar? Aku akan kembali lagi nanti!" Isla balik badan. Bersiap meninggalkan kamar Cinderella setelah 2 detik menginjakkan kakinya kemari.

"Tidak apa! Masuklah! Apa yang ingin kakak bicarakan?"

"Nanti saja, kau kan sedang belajar!"

"Tidak apa, kakak! Bicaralah!" Kata Cinderella dengan senyum ramah khasnya.

"Eh? Apa tidak apa?"

Cinderella mengangguk. Toh, dia sudah membaca buku dongeng ini ribuan kali. Saking seringnya dibaca, dia bahkan sampai hafal jumlah kata dan alur ceritanya. Membaca buku dongeng bisa dilakukan lain kali. Tapi, bicara dengan kakak tiri pertamanya ini kan susah sekali untuk dilakukan. Karena, setiap gerak-gerik Isla selalu diawasi oleh ibu tirinya.

Isla mungkin tidak tahu. Tapi, Cinderella juga seorang witch. Hanya saja kekuatannya begitu sederhana. Tapi, sangat membantu. Kekuatan Cinderella adalah bisa membedakan orang yang jahat dan baik. Dan, ketika melihat Isla untuk pertama kalinya, Cinderella menyadari jika Isla adalah gadis baik yang terjebak di tengah dua setan. Makanya, saat pertama kali bertemu di halaman depan kediamannya, Cinderella bisa tersenyum selebar itu pada Isla.

Isla duduk di tepi kasur adik tirinya. Cinderella ikut duduk di sampingnya. Kalau dilihat begini, mereka berdua nampak seperti adik kakak. Tapi, kenapa adegan ini tidak tertulis di buku, ya? Entah Luna yang tidak ingat atau memang adegan ini tidak ada.

Aduh! Penulis buku ini benar-benar buruk. Sudah membuat orang salah paham soal Isla. Sekarang, malah tidak menulis adegan yang ada. Benar-benar cerita yang buruk. Tapi, bukankah dari awal sudah aneh? Cinderella yang Luna tahu tidak berlatar belakang kerajaan. Kedua kakak tirinya benar-benar jahat. Dan, akhir bagi keluarga tiri Cinderella juga tidak sekejam ini. Sebenarnya, siapa yang menulis cerita aneh ini, sih? Hah! Cerita yang palsu memang tidak bisa disamakan dengan yang asli.

"Apa perutmu baik-baik saja? Aku lihat, Carmel memasukkan obat pencahar ke dalam kue itu." Kata Isla dengan wajah datar.

"Tidak apa! Tadi, Ella sudah minum obatnya. Tapi, sepertinya tidak terlalu berpengaruh. Perut Ella tetap sakit."

"Maaf, karena obatnya aku buat dari racikan yang ada dibuku."

"Tidak apa, Kak Isla. Terima kasih untuk obatnya!" Kata Cinderella dengan senyum yang cerah.

Kalau ini adalah komik bergambar, kalian pasti bisa melihat kilauan cahaya yang menyilaukan mata dan bunga mawar emas yang mengelilingi tubuh Cinderella. Dia benar-benar memiliki aura tokoh utama wanita. Luna sangat kagum pada mata Isla yang bisa menahan semua kilauan cahaya itu.

Isla tersenyum. Sangat tipis. Hingga tidak ada yang bisa melihat senyumnya.

Dia senang karena Cinderella mau mengucapkan terima kasih hanya karena usaha kecilnya. Carmel dan Ibunya saja tidak pernah mengucapkan kata itu setiap kali Isla mengulurkan tangannya pada mereka. Terkadang, Isla jadi berpikir, seandainya dia terlahir sebagai Cinderella, apakah hidupnya akan indah? Tapi, Isla segera mengusir pikiran itu. Karena, dia tahu, tidak ada orang yang benar-benar memiliki kehidupan yang indah.

Sebagian orang hanya pandai menutupi betapa buruk hidupnya. Cinderella juga pasti begitu.

"Aku senang jika kau baik-baik saja. Segeralah sembuh."

Wuah, kau tidak tahu ya, Isla? Adik tirimu itu akan terbaring di atas kasur selama 3 hari tanpa bisa makan dan minum.

Isla beranjak. Mengambil sesuatu dari dalam lemari Cinderella. Sebuah kotak kayu berisi roti dan susu. Apa dia ini tupai yang suka menyembunyikan makanan? Dan, kenapa juga dia menyembunyikan makanan itu di dalam lemari Cinderella?

"Ini, makanlah!" Isla memberikan kotak kayu itu pada Cinderella yang dengan senang hati menerimanya. Cinderella memakan roti itu dengan nyaman. Tak ada sedikit pun rasa takut atau curiga di raut wajah cantiknya. Dia benar-benar percaya pada Isla sepenuhnya.

Isla tersenyum. Senang melihat Cinderella makan dengan lahap. Adik tirinya itu pasti lapar. Duchess menghukum Cinderella dengan dalih Cinderella terlalu gemuk untuk anak seusianya. Sejak pesta minum teh hingga sekarang, Cinderella belum makan apapun selain kue berisi obat pencahar itu. Sudah jelas kalau anak itu sangat kelaparan.

"Aku meminta pelayan untuk mengambil roti itu. Maaf, hanya itu yang bisa aku dapatkan. Karena, ibu mengawasi makanan yang ada di dapur."

"Tidak apa! Rotinya enak! Terima kasih, Kak Isla!"

Isla kembali tersenyum.

Aduh! Entah berapa kali Isla tersenyum di hadapan Cinderella. Sepertinya, dia benar-benar suka pada adik tirinya itu.

"Sama-sama. Makanlah dengan lahap!"

Isla terus menatap Cinderella yang makan dengan lahap.

"Tapi, bukankah aneh? Kue itu lompat begitu saja dari tangan Ella. Seolah ada yang menggerakannya." Kata Cinderella dengan mulut penuh.

Isla terdiam. Menatap kedua telapak tangannya.

Haruskah dia jujur pada Cinderella kalau dia punya kekuatan? Kalau pada adik tirinya yang manis ini tidak masalah, kan?

"Sebenarnya..."

The Beast and Cinderella's Step Sister✔ Where stories live. Discover now