Mereka Menghilang

17 5 0
                                    

"Tuan Satoru?" Cio akhirnya mengenali orang yang baru masuk ke tenda dengan pixy yang keluar dari topinya.

"Pixy, tetaplah di sini bersama anak ini. Aku harus segera masuk ke panggung."

"Kenapa kau tidak meminta ayah untuk ke sini saja, tuan?" Cio menyahut. "Ayahku pasti sangat khawatir mencariku."

"Kau tidak tahu bahwa sebenarnya kau masuk ke area yang tidak boleh dimasuki pengunjung? Lagipula aku tidak ingin penonton pertunjukanku berkurang lagi."

"Menurut saja," bisik pixy ke telinganya. "Suasana hatinya sedang tidak baik."

"Aku akan memerintahkan seseorang untuk mengabarinya," ucap satoru sebelum pergi dari tenda tempat Cio dan pixy berada.

Sementara itu, Gabto mondar-mandir di sekitar loket. Hatinya bimbang. Ingin sekali ia berkeliling untuk mencari Cio. Namun, ia harus tetap berada di satu tempat agar ketika Cio kembali ke sini, anak itu bisa langsung bertemu Gabto.

"Tapi apakah dia akan kembali? Bagaimana kalau dia menghilang seperti anak lain?" Pikiran Gabto semakin kalut.

Di sela-sela penantiannya, seorang karyawan sirkus mendatangi Gabto. Ia mengatakan bahwa saat ini, Cio sedang bersama Satoru.

"Tuan muda berpesan agar anda tidak panik, dan menonton pertunjukan dengan tenang."

Sementara itu Ela dan Zue justru tengah ditahan oleh ayah Zue. Itu karena kedatangan mereka bersamaan dengan anak buah ayah Zue yang melaporkan bahwa kasus hilangnya anak-anak terjadi kembali.

"Aku akan mengabari orang tuamu, Ela. Kau boleh pergi dari sini jika mereka sudah menjemputmu," ujar ayah Itazue.

"Tapi, paman. Kami harus mencarinya karena kami yang paling tahu bagaimana ciri-ciri fisik teman kami, Cio." Ela mencoba memberi alasan.

"Kalian tidak dengar? Banyak sekali anak kecil yang menghilang malam ini. Aku tidak mungkin membiarkan kalian berkeliaran seperti itu. Tetap di sini, biar orang dewasa yang mencari anak-anak yang menghilang." Lelaki itu merangkul bahu dua anak kecil di depannya. "Mungkin teman kalian juga salah satu korban."

"Tidak mungkin ... Cio ...." Mata Ela mulai berkaca-kaca.

Itazue hanya bisa menggertakkan giginya, frustasi. Ia bisa saja berbohong pada Ela, memberitahu bahwa Cio pasti baik-baik saja. Tapi kata-kata itu mungkin juga membohongi Zue sendiri. Ia terlalu kalut dengan kejadian malam ini. Penculikan anak terjadi lagi. Ia memandangi tenda tempat pertunjukan berlangsung.

"Orang-orang yang ada di dalam sana pasti tidak tahu apa yang sedang terjadi. Beruntunglah mereka."

Sesaat kemudian, mereka mendapatkan pesan yang sama dari karyawan sirkus.

"Syukurlah." Ela mengelus dada.

Di tempat lain, Cio duduk ditemani oleh pixy milik Satoru. Terdengar suara musik dan keramaian lain di luar tenda remang-remang itu. Sepertinya acara utama sudah dimulai.

"Mungkinkah saat ini tuan Satoru sedang memainkan teater boneka?"

"Kau benar," sahut pixy tersebut.

"Aku ingin sekali menontonnya."

"Kau harus tetap di tempat ini. Aku menjagamu, dan kau harus menjagaku." Peri kecil itu menyahut lagi.

"Tapi, aku ingin melihat boneka-boneka itu. Apakah kira-kira setelah teater selesai, aku bisa bertemu mereka?" Cio bertanya, menoleh ke arah pixy yang terbang di samping kiri bahunya.

TwistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang