PART 13

6.7K 1K 40
                                    

PART 13

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PART 13

Semenjak Baskara memeluknya dari belakang, kebencian Bintang terhadap Baskara tumbuh beribu kali lipat. Bintang berharap tinjuannya di dagu berhasil membuat cowok menyeramkan itu tak mendekatinya lagi.

Bintang tiba di rumah yang sedang kosong. Shareen memang mengatakan dia terlambat pulang. Bintang langsung menjatuhkan tubuhnya di atas kasur yang empuk sambil melihat ponselnya untuk memberitahukan kepada Julie—salah satu teman jalanannya yang bekerja pada kenalan mendiang papanya Shareen—bahwa dia telah sampai di rumah.

Bintang sedikit lega karena mencurahkan isi hatinya kepada Julie saat bertemu dengannya tadi. Meski kekesalan terhadap Baskara tak akan pernah bisa hilang sepenuhnya. Bahkan Bintang melarang Julie yang ingin memanggil teman-teman mereka untuk menghajar Baskara karena Baskara telah kurang ajar kepada Bintang. Akan tetapi, dengan situasi yang sudah Bintang alami, Bintang tak ingin teman-temannya ikut terlibat dan justru akan jadi hal buruk mengingat Baskara bisa melakukan apa pun dengan uang yang dimiliki—orangtua—nya.

Cewek itu mengubah posisinya menjadi telentang. Ditatapnya kaca jendela kamarnya yang gordennya belum tertutup sehingga memperlihatkan waktu yang sudah menandakan petang.

Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Lima tahun sudah dia di rumah ini dan entah sudah berapa tahun berlalu sejak dia pergi dari rumah dan hidup di jalanan.

Bintang lupa bagaimana wajah papa kandungnya. Apakah laki-laki itu masih hidup? Apakah laki-laki itu pernah mencarinya? Waktu itu, Bintang masih kecil. Alasan Bintang meninggalkan rumah karena berpikir papanya kabur bersama istri barunya, menumbuhkan kebencian yang mendalam di hati Bintang terhadap papanya itu. Mama telah meninggal dunia akibat depresi parah yang dialaminya. Saat itu Bintang tak tahu apa-apa dan baru beberapa tahun belakangan ini Bintang tahu bahwa saat itu, ibu kandungnya bunuh diri di hadapannya.

Bintang terlahir bukan dengan nama Bintang, tetapi dengan nama lain. Nama pemberian papanya.

Bintang sempat lupa, tetapi karena geng lima sekawan itu, terutama Mae, mengingatkan Bintang dengan namanya sendiri.

Selina Zahirah

"Bintang?" Shareen muncul di ambang pintu kamar Bintang yang tak tertutup. Perempuan itu mengangkat sekantong belanjaan yang terlihat menggiurkan di mata Bintang. "Aku bawain ini. Mau nggak?"

"Aku tebak. Martabak manis?!" seru Bintang dengan semangat.

"Betul!" Shareen memasuki kamar Bintang dan menaruh makanan itu di atas meja belajar Bintang.

Bintang langsung berdiri dari kasur masih mengenakan seragam sekolahnya bahkan kaos kaki putihnya belum dia buka sama sekali. Dia duduk di kursi sambil membuka kotak martabak dengan semangat, lalu mencomotnya dan memakannya dengan lahap.

Hal yang paling menyenangkan adalah ketika Shareen pulang kerja membawa makanan.

Shareen yang sedang berbaring di tempat tidur Bintang, melirik Bintang dengan gelisah. "Bin...?"

Matahari Dan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang