Seventeen

1.3K 154 31
                                    

"Kak Jihoon gak pernah bilang kalau Yoshi dekat dengan seseorang."

Terhitung sudah 3 jam mereka berada di kafe ini. Membicarakan sesuatu yang tidak boleh diketahui oleh siapapun kecuali mereka.

Ada banyak rahasia yang mereka ataupun dunia sembunyikan. Entah kapan semuanya akan terkuak, entah kapan semua rencananya akan selesai.

"Yah, kamu gak bertanya hal itu padaku. Lagipula ia gak menyukai Gaeul kan? Sudah lama ia menginginkan mu, jadi apakah Gaeul masih penting di sini?" Jihoon mengangkat kedua alisnya menatap adik sepupunya itu, "atau memang penting karena kamu terjebak oleh Yoshi. Kamu menyukainya?"

"Apa? Tidak mungkin! Aku tidak sudi, tidak akan pernah!" Elak Hyunsoo. Alisnya menukik menatap Jihoon.

Melihat hal itu, Jihoon tergelak. Ia pun melirik Jeongwoo yang hanya diam mengerjapkan mata. Ah, ia baru ingat. Jeongwoo belum pernah bertemu Yoshi. Tentu, saat pemuda ini baru berumur tiga tahun, ia sudah dititipkan ke kakeknya. Ibu dari Hyunsoo dan Jeongwoo khawatir hal buruk akan menimpa mereka.

Maka dari itu, beliau menitipkan Jeongwoo. Namun, sayang saat itu Hyunsoo menolak dan bersikeras untuk tetap tinggal bersama ibunya. Siapa sangka, neraka menghampirinya saat memutuskan itu. Ibunya pasti sudah tahu apa yang akan terjadi. Malang nasib sang ibu, ia harus pergi dari dunia ini bahkan saat ia tidak ingin. Bagi Hyunsoo, ayahnya adalah iblis dan Yoshi, turut andil dalam hancurnya hidup Hyunsoo. Walaupun, ia tidak tahu apakah Yoshi berniat jahat atau tidak. Yoshi dan segala hal tentangnya, apalagi keluarganya, adalah hal yang paling Hyunsoo benci.

"Kamu belum pernah bertemu Yoshi ya?" Tanya Jihoon yang ditanggapi Jeongwoo dengan sebuah anggukan.

"Aku hanya menyimak pembicaraan kalian berdua. Namun, semakin aku ingin memahaminya, aku semakin gak mengerti." Jeongwoo menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Satu ulasan senyum terukir di wajah Jihoon. Ia menopang kedua sikunya ke atas meja lalu menatap Jeongwoo dengan serius.

"Yoshi dan keluarganya adalah biang dari neraka ini. Kalian gak usah khawatir. Ayahku sedang berusaha mencari jalan keluarnya. Orang jahat itu harus dihukum," ujar Jihoon sembari melipat kedua tangannya di dada.

Ia teringat ayahnya yang terpaksa harus bersembunyi dari dunia untuk mengelabui ayah Hyunsoo, agar meyakinkan ayah Hyunsoo bahwa ayah Jihoon sudah tidak ada. Padahal, beliau sedang menjalankan rencana untuk membalas semua kebejatan ayah Hyunsoo.

Kemudian Jihoon melirik Hyunsoo, "Hyunsoo, seperti yang kubilang, orang jahat itu harus dihukum. Kamu bukan orang jahat, kamu hanya membela dirimu, tapi aku tahu ada dendam terselubung saat kamu melakukannya. Aku harap kamu berhenti melakukannya. Aku hanya ingin kamu bertanggungjawab atas semua yang kamu lakukan," jelas Jihoon sembari mengusap pelan surai Hyunsoo.

Hyunsoo mengepalkan tangannya. Dadanya terasa sesak. Ia tahu, ia salah. Namun, selalu saja saat dihadapi seseorang seperti itu, ia jadi teringat ayahnya dan jadi melampiaskan seluruh amarahnya bahkan kepada orang yang tidak ia kenal.

Haha, anehnya, ia tidak pernah ketahuan. Pasti ada seseorang yang selama ini membantunya. Bukan, ini bukan membantu Hyunsoo rasa. Hyunsoo sadar kok bahwa yang ia lakukan tidak benar. Oleh karena itu, pernah satu kali ia menyerahkan diri. Namun, tidak ada yang percaya karena ia tidak memiliki bukti yang meyakinkan.

"Iya kak. Aku pasti akan mempertanggung jawabkan semua ini, tapi setelah urusan dengan ayah selesai." Hyunsoo mendengus kasar kemudian mengangkat sebelah alisnya saat ponselnya bergetar.

Iapun memeriksa pesan yang masuk. Sementara Jeongwoo yang tadi diam, kini tampak bingung dengan pembicaraan Hyunsoo dan Jihoon barusan.

"Apa maksud kalian? Apa yang Kak Hyunsoo lakukan?" Tanya Jeongwoo meminta penjelasan.

FIB || Kanemoto YoshinoriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang