PART 19

4.8K 899 18
                                    

PART 19

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PART 19

Cowok itu, Pandu, berdiri sambil tertawa pelan. Hanna langsung menjauh dari Pandu dengan tatapan penuh trauma. Satu-satunya yang Hanna lakukan adalah menatap Bintang penuh harapan meski sampai detik ini dia masih menganggap Bintang adalah rivalnya.

Sekarang Pandu berjalan mendekati Bintang dan berhenti di depan cewek itu sambil tersenyum aneh. "Kalau gue nggak mau minggir, lo mau gabung?"

Bintang hanya menatap Pandu dengan sinis, lalu pandangan Bintang beralih melihat sekelilingnya. Tidak ada benda keras yang bisa dia gunakan untuk menghancurkan kepala mesum cowok di depannya ini. Tidak mungkin dia memukul Pandu dengan bantal empuk berbulu merah muda di atas karpet itu.

Satu-satunya hal yang bisa Bintang lakukan adalah membiarkan tangannya terluka demi memukul hidung cowok di depannya ini.

Pandu mendengkus sebal. "Gue udah mutusin untuk nggak gangguin lo demi Baskara. Jadi, daripada lo keseret mending keluar sekarang dan tutup pintunya."

Bintang menunduk. Diturunkannya celana di balik roknya sampai lutut yang memang sedikit dia gulung, lalu dia mengambil sikap siaga untuk menghajar Pandu.

Tingkahnya itu membuat Pandu tertawa. "Jadi, lo mau ngelawan gue? Dengan tubuh lo yang jauh lebih kecil dari gue? Pffft, yang ada gue cuma ngerasain pipi gue kena pukul bulu ayam."

Bintang sedang berpikir area tubuh Pandu mana yang bisa dia beri tendangan atau pukulan. Dia juga tak tahu apakah Pandu adalah orang yang sigap atau tidak. Bintang kembali menurunkan sikap siaganya, tetapi bukan berarti dia sedang tidak ingin memukul Pandu. Bintang sengaja membuat Pandu lengah. Namun, sebelum Bintang melakukan rencananya, pintu ruangan itu terbuka. Bintang menyingkir dan melihat siapa yang datang.

"Ah, Bos...." Pandu melirik Bintang, memberi peringatan lewat tatapan agar tak membongkar apa yang sudah dia lakukan hari ini. Pandangannya beralih kepada Hanna yang masih menyudutkan diri di ruangan. "Tadi gue cariin lo di sini, tapi nggak ada. Ada yang menyusup masuk ke ruangan lo jadi mau gue usir. Kalau gitu gue balik ke kelas."

Pandu menepuk pundak Baskara, kemudian berlalu pergi.

Bintang sangat ingin menendang leher Pandu dari belakang dan tatapan Bintang yang terus tertuju pada Pandu itu menjadi perhatian Baskara.

Baskara mengarahkan dagu Bintang agar menghadap wajahnya. "Lo kok bisa ke sini?" bisiknya.

"Gue cariin lo di toilet, tapi lo nggak keluar juga gue pikir lo di sini," balas Bintang, sama berbisik agar Hanna tak mendengar percakapan mereka.

Hanna berdeham keras-keras. "Gue mau ngomong sama lo, Bin."

Bintang menepis tangan Baskara di dagunya, lalu menoleh dan menunjuk dirinya sendiri.

"Iya, lo...."

"Kayaknya kalian butuh privasi?" Baskara mundur, lalu keluar dari ruangan itu dan menutup pintu. Membiarkan Hanna dan Bintang berdua di ruangan itu dalam keheningan.

Matahari Dan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang