Pukul setengah dua belas siang, Jaehyuk masih fokus melihat belasan grafik yang berjalan naik turun pada layar komputernya ketika Jihoon menepuk pembatas meja cukup keras.
"Jaehyuk," Panggilnya cukup nyaring.
Mau tidak mau, Jaehyuk menegakkan duduknya agar kepalanya mampu terlihat melewati pembatas meja, "Apaan?"
"Ada yang mau gue omongin sama lo," Ujar Jihoon tegas, dengan raut wajah cukup serius. Dilihat dari nada bicaranya yang tidak biasa, sepertinya teman Jaehyuk ini sedang diburu sesuatu.
"Mau turun sekarang aja nggak?" Tanya Jaehyuk tenang, mumpung pekerjaan di kantor sedang lenggang, agar dirinya tidak harus menahan rasa penasarannya juga.
Ketika Jihoon mengangguk pelan sebagai jawaban, Jaehyuk langsung mematikan komputernya.
Sebelum meraih dompet, lighter, dan rokoknya untuk dimasukkan kedalam saku celana, Jaehyuk melirik Junkyu yang begitu tenang duduk di kursi kerjanya.
Pasti Jihoon sudah lebih dulu memberitahu Junkyu. Kalau tidak, mana mungkin sosok super kepo dan berisik itu kini sama sekali tidak tertarik dengan Jihoon dan Jaehyuk yang meninggalkan kantor sebelum jam makan siang?
"Nggak mau ikut lo?" Pancing Jaehyuk, menjawil pundak Junkyu yang kini bermain catur di komputernya.
Sosok tinggi dengan rambut lumayan panjang melewati kerah itu menggeleng singkat, "Ngobrol sana berdua, mumpung belom ada yang turun bisa leluasa lo ngomongnya," Jawabnya tenang.
Kedua manusia dengan tinggi hampir sama itu berdiri berdampingan selagi turun menuju lobby kantor. Berdiri di dekat satu pilar besar penopang bagian depan gedung disebelah kiri.
Jaehyuk sedang menyalakan lighter didekat bibirnya yang kini sedang menggigit rokok ketika Jihoon lebih dulu menyeletuk, "Gue dititipin undangan nikahan Kiandra buat anak-anak kantor kemarin malem, dan bukan nama lo yang ada di sana." Ucapnya ragu-ragu.
Ah, soal itu.
Jaehyuk mengulurkan lighternya pada Jihoon usai rokoknya menyala, membiarkan sahabatnya sejak kuliah itu ikut menyalakan rokoknya.
"Gue baru denger semuanya dari Ibu gue semalem, lo kenapa nggak ada cerita apa-apa sama gue sih, bangsat?" Tanya Jihoon meniup asap rokoknya yang mulai menyala ke udara, "Gue kirain lo kalut, atau penampilan lo jadi awut-awutan begini ya gara-gara lo pusing pacar lo yang keluarganya super strict itu hamil di luar nikah," Lanjutnya mulai membara.
Jaehyuk tertawa renyah, membiarkan asap rokoknya bebas di udara dengan kepala sedikit mendongak ke atas, "Tapi gue beneran agak pusing sih ya akhir-akhir ini," Timpalnya mencoba bercanda.
"Lo juga kenapa nggak pernah ralat kalau kita-kita ejekin lo yang makin berantakan gara-gara riweh nyiapin nikahan?" Sergah Jihoon cepat, "Kan kalau begini makin merasa bersalah gue, Monyet,"
Tawa Jaehyuk makin keras, "Bisa merasa bersalah juga lo," Balasnya menyebalkan, "Santai aja, waktu udah nggak bisa diputer balik juga,"
"Sorry," Ucap Jihoon usai meniup asap rokoknya di udara, "Gue ngenalin lo sama Kian, taunya nggak sampe finish,"
"No, no," Potong Jaehyuk dengan telunjuk bergoyang ke kanan dan kekiri, "Gue yang minta lo kenalin sama Kiandra,"
"Padahal gue udah bayangin sepupuan jauh sama temen gue sendiri," Kata Jihoon getir, mencoba mencairkan suasana.
Jaehyuk memasang wajah pura-pura kaget, "Wah, gue tersanjung sih lo sedih gara-gara nggak jadi sepupuan jauh sama gue,"
Keduanya terdiam, karena topik obrolan penting keduanya telah habis, masing-masing fokus pada rokok yang panjangnya sudah banyak berkurang.
YOU ARE READING
POJOK KUBIKEL (JAESAHI)
FanfictionSejak pertama kali datang ke kantor baru, Asahi tau bahwa sosok Jaehyuk begitu menarik dimatanya. Gesturnya duduk tegap selagi membuat laporan didepan komputernya, atau ketika duduknya berubah jadi setengah menyandar ketika mendekati jam makan siang...
