Kalau dulu suka kesal karena gak ada yang baca dan vote, sekarang saya maklum. Updatenya aja sebulan sekali, mana ada author yang up sebulan sekali!
Hobi saya makin lama makin aneh, apa? Lupa. Iya, lupa untuk nulis. Jadilah updatenya yang sebulan sekali 😔
Semoga kalian masih mau baca ini cerita 🙂
Part 38.
Menyelimuti Abi, lalu mencium dahinya. Ressi tersenyum pada Abi. "Abi tidur yg nyenyak, ya, sayang. Besok adalah hari bersejarah untuk Abi. Mommy sayang Abi." setelah mengucapkan itu, Ressi beranjak meninggalkan Abi dengan segala keresahannya.
Besok adalah hari pernikahannya dengan Gael. Hanya akad yang di gelar di rumah. Tak ada pesta atau semacamnya. Mungkin bagi beberapa orang menikah adalah hal yang di impikannya. Tapi itu jika menikah dengan orang yg di cinta, jika tidak, jangan harap berbahagia, senyum enggan rasanya.
Tiga hari sejak kejadia di laboratorium kimia, Ramon kembali hilang kabar. Tak menghubungi atau kirim pesan. Membuat Abi berfikir negatif, apakah Ramon sudah tak mencintainya? Atau ia menyerah untuk hubungan mereka?
Menatap layar ponsel sekali lagi, tak ada chat yang ditunggunya, Abi mendengus kesal. Hampir saja ia masuk ke alam mimpi, suara notifikasi membuatnya segera melihat. Ia mendengus lagi.
"Ngilang tanpa kabar, sekalinga kasih kabar udah tengah malem. Ganggu Abi tidur aja!" gerutunya seraya membuka room chat dengan Ramon.
'Gerbang belakang, sekarang!'
Dahi Abi mengernyit membaca pesan dari Ramon. Ia melirik jam di dinding. Pukul sebelas malam. Ia beranjak turun dari kasur, meraih jaket di lemari lalu keluar kamar.
Keadaan lantai atas dan bawah sudah gelap. Ia berjalan perlahan menuju belakang rumah. Ada beberapa bodyguard yang berjaga. Tapi Abi tahu harus lewat mana agar tak ketahuan.
"Apa?!" Abi bertanya ketus saat sudah tiba di depan Ramon yang malah tersenyum melihat wajah sebal Abi.
Ramon menggenggam tangan Abi, mengajaknya menuju mobil Ramon di parkir. Ia tak berucap apa pun. Melajukan mobil keluar dari hutan belakang rumah Abi.
"Kita mau kemana, sih?" Abi bertanya setelah beberapa saat mobil melaju di jalan raya.
"Nanti juga Abi tahu," jawab Ramon seadanya.
Setengah jam berkendara, Ramon menghentikan mobilnya di pinggir jalanan yang sepi dan gelap.
"Ramon kenapa berhenti disini?" tanya Abi seraya melirik sekitar. Pepohonan rimbun memenuhi pinggir jalan.
"Abi." panggil Ramon pelan.
Abi menghadap Ramon dengan kedua tangannya di genggam ramon.
"Ramon sayang dan cinta Abi. Sangat sayang. Ramon akui Ramon laki-laki berengsek, bahkan first kiss dan keperjakaan Ramon bukan sama Abi. I'm sorry." Ramon berhenti sejenak. Menghirup nafas dalam.
"Ramon gak akan tega lihat Abi sama laki-laki lain. Saat tahu Abi dijodohkan, Ramon takut. Takut kalau impian Ramon dari kecil untuk hidup bersama dengan Abi gak akan terwujud. Sekali lagi Ramon katakan, Ramon laki-laki brengsek Abi, Ramon akan lakukan apa pun agar Abi bisa sama Ramon terus. Walau itu cara kotor sekali pun. Pengecut memang, tapi itu memang Ramon. Ramon brengsek dan Ramon pengecut." Ramon tersenyum lirih seraya menunduk. Matanya nampak berkaca-kaca. Ramon menangis untuk Abi. Ramonnya Abi.
"Ayo kita hidup bersama. Jangan pedulikan perkataan siapa pun yang melarang kita. Ayo kita bangun hidup bersama di lain tempat. Hanya kita berdua. Ramon dan Abi. Abi mau kan?"
"Ramon ..."
"Kita berdua Abi, gak akan ada yang larang kita sama-sama lagi setelah ini. Hanya kita."
"Ramon ... Bawa Abi bersama Ramon. Abi cuma mau Ramon."
****
Ketegangan, marah, kesal, sedih. Semua menyatu membuat ruangan luas yang indah dengan dekorasi khas pernikahan menjadi tak seindah yang dilihat. Tak ada yang mau buka suara. Sedari tadi hanya tersengar suara tangis seorang ibu yang kehilangan anaknya.
Ressi tak bisa menghentikan tangisnya kala tahu putri sulungnya itu kabur dari rumah. All yang duduk di sebelahnya senantiasa mengusap punggung dan kepalanya guna menenangkannya. Vano dan Anjel pun tak bisa berkata-kata. Terlebih Gael, ia hanya duduk menunduk dengan segala pikiran berkecambuk di kepala.
Siapa yang tak marah dan sedih jika di tinggal oleh pasangannya di hari pernikahan yang seharusnya menjadi hari paling bahagia dalam hidup.
Beberapa orang yang di undang pun sudah pulang dari tadi. Hanya tinggal mereka berlima.
"Ressi, sayang sudahlah. Abi pasti ketemu," ucap All.
"Abi kabur All. Aku pasti ibu yang buruk hingga Abi pun meninggalkan kita."
"Abi kita tidak seperti itu, dia bukan anak yang nakal. Ini semua karena pergaulannya dengan bocah brengsek itu yang merubah perilakunya menjadi buruk seperti ini." All mengeram. Tangannya mengepal guna menahan emosi.
Vano berdehem pelan. "Lebih baik kami pulang terlebih dahulu. Orangku akan membantu mencari keberadaan Abi," ucapnya.
All mengangguk singkat. "Trima kasih, Vano. Aku sekali lagi minta maaf atas kelakuan tak pantas Abi. Aku sangat malu padamu."
"Tidak apa, All. Aku paham," tutur Vano.
All menuntun Ressi menuju kamar. Menyuruhnya untuk beristirahat.
"All Abi, All." Ressi melirih.
All menarik selimut hingga dada Ressi. Mengusap puncak kepalanya. "Abi pasti kembali. Kamu istirahat dulu. Aku akan bantu yang lain cari Abi."
"Aku mau ikut cari Abi, All!"
"No! Kamu disini, istirahat, okey? Abi biar aku yang urus."
"Tapi All?"
"Percaya sama aku, ya? Aku pasti temuin Abi."
"Dan Ramon ... Akan aku kasih pelajaran agar dia tahu, siapa yang ia tantang," ucap All penuh kesungguhan.
******
"Kami tidak bisa menemukan keberadaan nona Abi, Tuan. Kami pun sudah menghubungi maskapai penerbangan dan stasiun, tapi tak ada nama nona Abi tidak ada dalam daftar."
All memijit dahinya lelah. Satu bulan sudah berlalu sejak kaburnya Abi di malam pernikahannya. Orang-orang All tak dapat menemukan keberadaannya. Bahkan detektif terbaik pun tak dapat menemukan dimana Abi berada.
All menoleh cepat tatkala mendengar suara rintihan. Ressi memegang kepalanya sembari meringis.
All sigap membawa Ressi untuk duduk di sofa. Mengusap kepala Ressi sembari mencercanya dengan pertanyaan.
"Ressi, sayang, you okey? Apa yang sakit, hm?"
"Sakit All," rintih Ressi. Kepalanya terasa seperti di timpa beton. Sakit sekali. Hingga lama-kelamaan pandangannya mulai kabur. Lalu gelap merenggutnya di sertai teriakan panik All.
"Ressi!"
"Siapa pun, siapkan mobil untuk bawa Ressi ke rumah sakit!"
*******
PenulisRR:')
Senin 16 mei 2022 ( 21:00)
YOU ARE READING
I'm Yours
Random[Follow sebelum membaca:)] Update satu abad sekali:) /tertawa ngakak... Tinggalkan jejak... #Sequl My Love Your Love# "Pilihanmu Hanya Dua, Pulanglah Kepadaku Atau Pulang Ke Rahmatullah." Chici Erer Ini tentang Abi, si bocah nakalnya daddy All. An...
