TIGA PULUH EMPAT: MAKCOMBLANG!

1.4K 262 1.7K
                                    

WOW 1 HARI LANGSUNG UPDATE 3 BAB. 🥺

DEMI KALIAN NIH, MANA SUARANYA?

SPAM EMOJI BUNGA KALIAN. 🌻🌹🌸

APA KABAR AYANG?

KAMU LAGI APA?

ABSEN DULU YUK SEBELUM MEMBACA.

SPAM KOMENTAR 🔥 DI SINI BANYAK-BANYAK.

VOTE DULU SEBELUM MEMBACA. HEHEHE.

KOMENTAR DI SETIAP PARAGRAF YA BIAR AKU SEMANGAT NULISNYA.

KAMU MASIH SEKOLAH?

JAM BERAPA KAMU BACA RAJAWALI?

KOTA KELAHIRAN KAMU?

***

Sore pukul lima, Evalina sudah terbangun dari tidur siangnya. Suasana hatinya sudah kembali membaik. Namun pikirannya tetap tertuju pada Alexander.

Ia bertanya-tanya. Mengapa cowok itu menolongnya dan menjaganya dari Angkasa. Tingkah laku yang cowok itu perlihatkan seperti tidak mau hal buruk terjadi kepada dirinya.

Di atas meja belajar, PR Bahasa Indonesia pun hanya ditatap Evalina kosong. Ia masih teringat bagaimana Alexander dulu rela dihukum hanya untuk melindunginya.

Wajar enggak sih kalau Evalina mulai baper dan mempertanyakannya?

Sedang asik merenung, seketika saja perempuan berkepang dua itu tersentak. Kaget.

Tiba-tiba adiknya ada di ambang pintu. Sejak kapan bocah itu berdiri di sana. Bahkan tidak terdengar sama sekali suara derat pintu ketika bocah itu membukanya.

Mungkin Evalina tadi sudah terlalu tenggelam dalam lamunan.

"Kak main sepeda yuk." Tatapan bocah itu menyipit sambil mengerucutkan bibir kecilnya.

Evalina mendengus dan ingin menutup pintu lalu mengusir adiknya  yang nyebelin itu.

Gimana enggak nyebelin coba, sekarang bocah itu memandangnya seolah-olah ia orang gila.

"Enggak. Kakak lagi banyak kerjaan." kata Evalina dan tangannya meraih ganggang pintu lalu menutupnya.

Bocah itu menahannya dengan satu kakinya. Matanya berkilat. Oke, tidak bisa dipungkiri, adeknya itu adalah bibit unggul. Pasti kalau udah besar banyak perempuan yang suka. Jangan jadi playboy ya!

"Kerjaan apaan? Dari tadi cuma bengong aja." cetus adiknya yang berhak mendapatkan jitakan kepala manja.

Bocah yang memakai celana kodok itu mengelus kepalanya. "Aduh..."

"Main sendiri aja ya." gerutu sang kakak membuat adiknya mendesah.

"Enggak mau. Kalau sendirian nggak seru." Bocah itu memberengut.

Evalina berjongkok agar tingginya sejajar dengan sodara laki-lakinya itu. "Kakak lagi nggak mau main sepeda. Kamu mending ajakin anak tetangga main ya."

"Aku enggak suka main sama anak kecil." ujarnya sambil bersedekap.

Kedua mata Evalina hampir keluar dari sarangnya. "Lah, kamu kan anak kecil."

"Tapi mereka masih ingusan. Aku kan enggak pernah ingusan."

Evalina baru menyadari jika adiknya sudah mewarisi keahliannya yaitu berdebat. Ceritanya bakal panjang sih ini. Karena bocah itu selalu saja menjawab perkataannya.

"Main sepeda keliling komplek aja, kak. Di dekat rumah kita ada cowok ganteng loh." Kedua alisnya bermain dan ia tersenyum jail.

Hah? Maksudnya?

RAJAWALITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang