EMPAT PULUH TIGA: CURHAT

1.3K 255 2K
                                    

3 KALI UPDATE LAGI WOI 🥺

DEMI KALIAN NIH, MANA SUARANYA?

JAM BERAPA KALIAN BACA CERITA RAJAWALI?

APA KABAR AYANG?

KAMU LAGI APA?

ABSEN DULU YUK SEBELUM MEMBACA.

SPAM KOMENTAR EMOJI BUNGA DI SINI BANYAK-BANYAK. 🌹🌸🌷

VOTE DULU SEBELUM MEMBACA. HEHEHE.

KOMENTAR DI SETIAP PARAGRAF YA BIAR AKU SEMANGAT NULISNYA.

KAMU TIDUR JAM BERAPA?

KAMU PUNYA NOVEL BERAPA?

SUDAH IKUTAN GIVEAWAY?

SEMOGA KAMU YANG BERUNTUNG YA. AAMIIN.

***

Sekarang pukul delapan, guru pelajaran sudah menampakkan batang hidungnya. Evalina duduk agak kaku di kursinya. Ia sesekali melirik Alexander dari sudut matanya. Cowok itu tidak berbicara. Ia hanya sesekali mengerutkan kening dan kedua alisnya bertaut ketika guru menjelaskan tentang perang dunia ke dua.

Evalina tidak suka pelajaran sejarah karena baginya masa lalu harus dihapuskan. Harusnya ada pelajaran masa depan bukan hanya sejarah saja.

Seru sepertinya mengetahui bagaimana perkembangan zaman di masa depan. Contohnya membahas apakah akan tercipta sebuah benda yang berupa pintu ke mana aja di masa depan. Jadi semua orang tidak perlu lagi menggunakan pesawat. Hanya tinggal membuka pintu berwana merah muda dan memikirkan ke mana mereka mau, detik itu juga langsung sampai.

Menakjubkan bukan!

Maaf ya ngelantur.

Lanjut ke Alexender yang hanya diam. Evalina masih bertanya-tanya apakah cowok itu tadi mendengar ucapannya atau tidak? Sepertinya tidak. Karena Alexender tidak mengeluarkan respon apapun.

Evalina sepenuhnya sadar kalau ia sekarang memandang cowok itu tanpa kedip. Jika dilihat dari samping, ia bisa melihat rahang tegas cowok itu berkatup. Hidungnya yang mancung seperti perosotan anak TK. Dan rambutnya yang lebat berantakan menutupi jidat. Sungguh, Alexender jauh lebih menarik dari pada pelajaran yang sedang berlangsung.

Perempuan berkepang dua itu tidak keberatan kok mengakui kalau Alexander adalah cowok tertampan di sekolah. Namun ia gengsi untuk mengatakannya. Nanti takutnya telinga cowok itu lebar seperti gajah.

Evalina juga masih agak gelisah, apakah Alexander sudah memaafkannya atau belum. Tapi kalau dilihat dari ekspresi Alexander, sepertinya cowok itu sudah melupakan tuduhannya yang mengatakannya berpelukan dengan Renata.

Tak terasa akhirnya denting bel berbunyi, seluruh murid seperti balapan lari keluar kelas. Berlomba-lomba menuju kantin.

Evalina melihat Alexander berdiri dari kursi lalu keluar kelas. Saat ini Evalina tidak menegur cowok itu bahkan untuk bertanya mau ke mana saja nyalinya ciut.

Perempuan berlesung pipi itu lantas menghampiri Caldora di meja paling depan di samping jendela.

"Ayok ke kantin." ajak Caldora.

Evalina menggelang. "Gue mau curhat dulu ya."

"Ada apa lagi sih?"

"Caldoraaaaa gue malu bangetttt." pekik Evalina ketika ia menghempaskan pantatnya ke kursi kosong di sebelah gadis sipit itu.

"You malu kenapa? Coba cerita dulu deh." Sebelah alisnya terjungkit.

Evalina menaruh dagunya di atas meja. "Lo ingatkan tadi pagi gue cari Alexender."

RAJAWALITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang