31. Disturbing

25 4 0
                                    

❛❛Lupakan dan mulai yang baru ❜❜❀•°•════ஓ๑♡๑ஓ════•°•❀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❛❛Lupakan dan mulai yang baru ❜❜
❀•°•════ஓ๑♡๑ஓ════•°•❀

Berjalan di lorong yang gelap ditemani Mark dan bayangan kami. Aku menggenggam tangan Mark dengan erat sembari menggigit bibir bawahku. Aku sangat takut padahal masih diperjalanan. Tempat ini membuat pikiranku kembali ke hari-hari itu. Tempat yang menjadi saksi bisu kekejaman seorang Lee Jeno.

"Gue gak mau ke dalem." Aku menggeleng-geleng dengan cepat ketika kami baru sampai di depan pintu gudang.

Mark melepaskan genggaman ku dan perlahan, dia berniat membuka pintu tersebut. Setelah pintu itu ia buka lebar, dia bergerak mundur dan menunduk.

"Gelap banget, takut." Ujarnya diselipkan tawa kecil.

Laki-laki itu merogoh kantong celananya, mengambil ponsel untuk menyalakan lampu senter. Dia mencoba masuk kedalam, mencari saklar untuk menyalakan lampu. Tapi, lampunya tidak berfungsi.

"Oke, kita gak bakal masuk. Tempatnya gelap, berantakan juga." Putus Mark.

"Saeri, look at me and ceritain tentang ruangan ini." Katanya, setelah menghampiri ku dan menggenggam tanganku kembali.

Alih-alih menatapnya, aku malah menunduk hingga rambutku menutupi seluruh wajah. Air mata jatuh dari mataku sampai ke lantai yang dingin itu. Aku mulai terisak, isakan itu lama-kelamaan menjadi nyaring.

Dadaku mendadak sakit. Seperti sedang diremat dan dicabik-cabik. Aku menangis lebih kencang karena sakit yang tak tertahankan lagi.

Langsung saja Mark memberikan reaksi. Dia membawaku ke pelukannya dan mengusap kepala dan punggungku dengan tangannya yang lembut. Usapan demi usapan, aku tidak mengerti mengapa bisa rasa sakit itu mereda.

Tidak seluruhnya sembuh, memang. Tapi itu membuatku agak tenang sehingga bisa bercerita padanya.

"Te– tempat yang paling gue benci... disini.. dia.. hampir setiap hari ngelukain gue secara fisik maupun mental. Dia mukul gue bahkan ngehina gue. Baik tangan atau mulutnya, dia pinter bikin gue nangis dan kesakitan..."

"Kalo aja benda-benda disana hidup, merekalah saksi bisu yang menonton siksaan itu. Gue mau banget lari atau bahkan teleportasi, tapi gue gak bisa, gue cuma gadis lemah didepannya. Dari dulu, lampu disana gak pernah dipasang, Mark. Dari dulu emang gelap."

"Disini, dia narik gue atau jambak gue terus dorong gue ke lantai gudang itu. Dikegelapan, dia ngelakuin itu, gue gak tau jalan keluar karena gelap, gue cuma bisa lindungin kepala gue walaupun itu gak guna. Dia kek iblis kalo ditempat ini, beda banget sama dia yang lo kenal dan yang gue kenal."

"Waktu itu, hari terakhir dia nyiksa gue disana. Dimana gue pasrah dan lebih baik mati, gue gak peduli siapapun termasuk bunda. Awalnya... dia buka baju gue, dari situ gue udah berpikir aneh. Gue gak bisa minta tolong sama siapapun. Taunya, dia bawa piso dan tusuk perut gue. Itu udah bikin gue berdarah dan kesakitan, tapi dia ambil lagi piso itu dan minta maaf ke gue. Apa maksudnya coba? Lo tau rasanya nyabut duri yang nempel dikaji? Lebih sakit dari itu, Mark. Gue bener-bener benci dia abis itu. Dia terus-terusan minta maaf dan bilang 'gue gak seharusnya kayak gini' itu gila banget, tau gak?! Di mau bawa gue ke rumah sakit, tapi paman Byun tau duluan. Jadi paman Byun yang bawa gue. Itu pertama kalinya gue liat muka Byun semarah itu."

It's Okay! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang