Dunia terbengkalai (4)

1.8K 382 42
                                    

Raja Pengembara sedikit tersenyum pada kata-kata yang diucapkan Dokja. "Sudah lama sekali? Aku melihatmu terakhir kali." 

"Kami baru saja melewati satu sama lain saat itu."

Sial, (Y/n) bisa merasakan aura disekitar mereka saat mengtakan kata-kata tersebut sangatlah intens. Wanita itu kini menggunakan skill elemental kristal untuk membuat cermin dua arah yang menutupi sekeliling tubuhnya.

Raja Pengembara perlahan melepas topengnya. Melihat itu didalam hatinya (Y/n) berteriak kegirangan, sungguh wanita cantik nomor satu dihati. "Berapa lama lagi kau akan bersembunyi? ratu tanpa gelar?" 

Suara sang wanita mengejutkan (Y/n). Karena ini sudah terjadi yah mau bagaimana lagi, secara perlahan dia membongkar penyamarannya. Wajah Dokja tampak kaget sementara raja pengembara masih sama.

"Aduh ketahuan. Padahal aku berencana pergi sebentar lagi," ucap (Y/n) menaikkan kedua tangannya. "Tidak apa, silahkan bergabung dengan dengan kami." Balasan itu diucapkan oleh raja pengembara.

(Y/n) dan Dokja bertukart pandangan dengan heran sebelum Dokja akhirnya bertanya, "Kapan kamu keluar?" Wanita bermanik (E/c) kini mengambil posisi berdiri disebelah Dokja.

"Beberapa saat yang lalu."

Mereka saling memandang sejenak. Dokja dan ibunya ternyata memang tidak mirip. Tidak peduli seberapa keras Dokja melihat, itu hanya wajah di akhir 30-an. Ketika Dokja masih kecil, dia sering mendengar bahwa ibunya tampak seperti sepupunya yang hanya lebih tua. Tentu saja, saat itulah Dokja masih memiliki ayahnya.

Memang tidak dapat di pungkiri bahwa ibu Dokja awet muda. Bahkan (Y/n) saja sampai terkagum saat melihat wajah di balik topeng itu. "Apakah kamu tinggal di Seoul?" Tanya Dokja sekali lagi.

Dia menjawab, "aku datang untuk bertemu seseorang yang aku kenal."

"Lalu kamu secara tidak sengaja tertangkap di Kubah Seoul?"

"Iya."

"Kamu telah bebaskan. Mengapa kamu mengenakan seragam penjara?"

"Ayo lihat? Mungkin itu karena keinginan untuk penebusan? "

"...Penebusan dosa? Kamu?"

"Setiap manusia adalah tahanan. Mereka memiliki penjara sendiri. "

Dokja menatap ibunya. Nada tak tahu malu itu... Dia benar-benar tidak berubah. Wanita itu  memberi tahu Dokja, "Tidak bisakah kamu mengucapkan terima kasih? kamu akan kesulitan tanpaku. "

Tentu saja, dia membantu. Ibunya memimpin pasukannya ke utara menuju bencana. Itu hebat, tidak peduli seberapa lemahnya bencana itu. Bahkan, Dokja yakin dia akan melakukannya dengan benar. 

Dokja membenci ibunya, meski begitu (Y/n) tau sebenarnya apa yang terjadi pada Dokja. Seandainya dunia tidak berubah, apa mungkin Dokja dan ibunya bisa berbaikan?

"Kamu bertemu ibumu tetapi kamu tidak tampak bahagia." Ucapan ibu Dokja membuat lamunan (Y/n) terpecah. "Apakah kamu benar-benar mengingin itu?"

"Sedikit."

[Karakter 'Kim Dokja' mengaktifkan skill eksklusif 'Lie Detection'.]

[karakter 'Kim Dokja' telah mengkonfirmasi bahwa pernyataan itu salah.]

Betapa lucunya. Dokja tahu itu bohong tetapi dia masih harus memeriksa. Dokja berkata, "Kamu telah selamat. kamu adalah salah satu orang yang selamat."

"Ini berkat cerita yang kamu ceritakan."

"...aku rasa begitu."

"Kamu satu-satunya yang datang ke penjara untuk melihatku dan memberitahuku tentang novel yang kamu baca."

𝐽𝑒𝑤𝑒𝑙𝑒𝑑 𝑒𝑦𝑒𝑠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang