PART 25

4.6K 864 56
                                    

PART 25

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PART 25

"APA?!" semua berteriak kecuali Bintang dan Ajeng.

"Yang masuk akal dong kalau ngomong. Bintang dan Baskara aja baru ketemu di sekolah ini. Gimana mungkin ketemu beberapa bulan yang lalu?" tanya Acha dengan nada tinggi.

"Eheheh.... Soalnya mirip." Ajeng memegang jantungnya yang berdenyut karena hatinya sensitif. Baru saja merasa dibentak oleh Acha yang bersuara cempreng dan keras. "Makanya gue bilang aneh. Jadi, nggak mungkin, tapi nyata, tapi aneh."

"Jangan-jangan cewek itu cuma mirip Bintang, terus Bintang dikejar Baskara karena kemiripan it—" Ucapan Muslimah terputus oleh tangan Mae yang membekapnya.

"ARGH! Kita terlambat. Ayo bangun cepat!" Mae menarik Bintang ke kursi.

Bintang merasa sebentar lagi dia akan mendapatkan sebuah petunjuk kebenaran tentang apakah di antara dirinya dan Baskara memang ada hubungannya dengan mesin waktu atau tidak.

Akan tetapi, tentang cewek yang mirip dia apakah benar dirinya?

"ARRRGHHH!" Bintang tak sengaja mengacak-acak rambutnya, membuat Mae histeris.

"BIIINTAAANG!!!"

***

Gue ngapain, sih? Bintang mempertanyakan semua yang terjadi dalam hati.

Sudah lewat beberapa jam sejak dia dan yang lain berada di rumah Diva. Bintang sedang melamun memikirkan situasi berat yang dialaminya tentang mesin waktu dan tak lagi memikirkan sekelilingnya.

Mae dengan perlahan menarik Bintang untuk berdiri. Kedua tangan Bintang terentang tanpa mengatakan apa pun. Mae dengan hati-hati memakaikannya dress agar sanggul kepang yang sudah dia buat dengan teliti tak tersenggol.

"Haaaah." Bintang menatap lantai, mengela napas panjang, dan kedua bahu yang terkulai lemas.

Acha dan Mae saling pandang, mereka lalu saling mengangguk. Saling mengirimkan telepati. "Bintang pasti lagi overthinking karena dideketin cuma karena dia mirip mantan Baskara."

Ajeng datang membawa dua kalung berbeda jenis. Kalung biasa perak dan kalung choker berwarna hitam. Keduanya memiliki motif yang sama, yaitu bintang. "Bagus yang mana?"

"Ini." Mae mengambil kalung choker. "Cocok dengan warna dressnya."

"Jangaaan!" Muslimah memprotes. "Nanti Bintang kayak anjing."

Semua melotot pada Muslimah kecuali Bintang.

"Udah, yang ini aja." Lidah Mae terjulur keluar akibat konsentrasi memasang kalung choker di leher Bintang. Dia kemudian mundur, lalu bertepuk tangan melihat hasilnya. "Mantap! Tapi Bintang, muka lo bisa kondisiin agak feminim? Soalnya sekarang lo kayak cewek rock and roll."

"Bagus, dong!" seru Acha. "Bukannya tema kita emang buat Bintang kelihatan feminim dan ngerock sekaligus?"

"Woi!" teriak Bintang dengan kedua kaki yang terbuka. "Gue mau boker."

Matahari Dan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang