ENAM PULUH: APA KABAR?

1.1K 158 1.9K
                                    

HALLO AYANG, UPDATE LAGI NIH!

SENANG ENGGAK?

KASIH ❤️ DULU DONG BANYAK-BANYAK!

SELAMAT MALAM MINGGU JOMBLO 🥲

ABSEN DULU YUK YANG SIAP MERAMAIKAN DAN BACA RAJAWALI!

SPAM KOMENTAR🔥 DI SINI SEBANYAK-BANYAKNYA.

SATU KATA UNTUK RAJAWALI?

HARI INI MAU BERAPA KALI UPDTAE? 1,2, ATAU 3?

AYOK SPAM 😍 SEKALI LAGI!

SUDAH SIAP MENJADI SAKSI HIDUP EVALINA DAN ALEXANDER?

KITA KERJA SAMA YUK! AYO SPAM VOTE DAN KOMENTAR DI SETIAP PARAGRAF YA. AYO RAMAIKAN!

JANGAN LUPA VOTE, KOMENTAR, SHARE, DAN TAG INSTAGRAM AKU YA: HENDRA.PUTRA13

***

Waktu seakan berhenti. Satu detik, dua detik, tiga detik. Evalina tidak sadar ia telah menahan napas. Detak jantungnya terasa lebih kencang dari pada biasanya. Kedua matanya terpejam saat bola basket melesat kencang ke arahnya.

Evalina tahu harusnya ia menghindar.

Evalina tahu harusnya ia melindungi kepalanya menggunakan tangan.

Namun yang terjadi tidak sesuai harapannya. Sekujur tubuhnya kaku dan kakinya seolah terpaku di tanah. Evalina tidak dapat bergerak walau hanya sejengkal pun.

Dalam hati, Evalina tidak henti-hentinya berdoa agar bola itu tidak mengenainya. Setidaknya mengenai rambutnya saja ia sudah merasakan beruntung.

Ketika bola itu melaju kencang dan siap mengenai kepala Evalina tiba-tiba ada seorang cowok berlari kencang dengan tangan terjulur sigap menangkap bola basket tersebut.

Evalina membuka matanya. Ia mendengar suara napas cowok itu ngos-ngosan. Cowok itu berhasil melindungi Evalina. Hanya dalam waktu beberapa detik bahkan tanpa Evalina sadari cowok itu sudah berhasil berdiri di hadapannya.

Angkasa menyunggingkan senyum. "Lo enggak kenapa-napa kan?"

Perempuan berkepang dua itu tidak menjawab. Ia hanya mengangguk pelan.

Cowok tinggi itu lalu melemparkan bola dari tepi lapangan ke ring. Bola pun masuk. Semua murid memberinya tepuk tangan. Hal yang wajar, apa yang sudah Angkasa perlihatkan sungguh mengagumkan.

Angkasa kembali berbalik, menghadap Evalina. "Lain kali kalau ada bola liar seperti tadi lo harus menghindar ya. Jangan tutup mata."

"Tadi gue sudah nggak bisa bergerak. Soalnya kaget. Jadi pasrah aja sambil berdoa."

Cowok tinggi itu terkekeh. "Ya udah, gue mau ke kelas dulu. Sayang banget ya ternyata kita enggak sekelas."

Evalina tidak berkata apa-apa. Ia hanya memilin bibir dan menarik napas panjang.

Angkasa masih setia memberikan senyum manisnya. Ia memandang Evalina sesaat sebelum melewati bahu perempuan itu. "Sampai ketemu lagi ya."

Evalina berbalik melihat punggung itu menjauh. "Angkasa."

Cowok berjaket kulit yang di belakangnya bergambar naga itu bergidik. Apakah ia salah dengar? Angkasa menoleh ke belakang untuk memastikan.

"Lo panggil gue?" tanyanya ragu dengan kening mengernyit.

"Iya." Perempuan berlesung pipi itu mengangguk mantap.

Bagaimana pun Angkasa sudah menolongnya. Walaupun ia kesal sama tingkah Angkasa. Namun cowok itu sudah berbuat baik kepadanya. Tidak seharusnya ia mendiamkan cowok itu.

RAJAWALITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang