4

57.7K 5K 75
                                    

Rengganis meringkuk di sofa ruang tamu, perutnya nyeri karena hari pertama datang bulan. Sialnya lagi persediaan pembalutnya tinggal satu, dan mau tidak mau ia harus beranjak untuk membelinya.

Wanita itu keluar dari rumahnya menggunakan training dan tanktop yang dilapisi cardigan. Rambutnya ia cepol berantakan karena sejak bangun tidur belum disisir. Rengganis meringis kesakitan saat mengeluarkan motor neneknya dari dalam garasi.

Dari kejauhan Angga melihat wajah kesakitan tetangganya itu, ia tambah penasarana melihat Rengganis yang berjongkok memegangi perutnya. Remaja 16 tahun yang baru saja pulang sekolah itu mendekati Rengganis.

“Mbak engga papa?”

Rengganis terkejut menemukan Angga yang berdiri menjulang di depannya. Karena masih merasaka nyeri, Rengganis mendongak untuk melihat remaja itu.

“Engga papa, cuma nyeri haid aja.”

“Mbak mau keluar?” Remaja itu masih bertanya dengan wajah datar.

“Mau ke warung, tapi nyeri banget ini.”

“Mau beli apa?”

Rengganis merasa malu untuk menjawab, “pembalut.”

“Ya udah biar aku beliin.” Angga segera berjalan menjauh.

“Angga! Ini uangnya. Kalo ada nanti pilih yang ada sayapnya yaa!”

“Ntar aja gampang. Hmmm.” Remaja itu tidak mengambil uang dari Rengganis, memilih untuk terus berjalan kaki menuju warung terdekat. Karena Indo maupun Alfamart sangat jauh dari tempat tinggal mereka. Yang ada hanya warung kecil atau toko kelontong. Minimarket terdekat berjarak 5 kilometer, itupun tidak lengkap.

Mereka memang tinggal di daerah agak pelosok, untuk sampai di daerah ini harus mendaki gunung melewati lembah. Jalannya pun begitu curam dan banyak yang rusak.  Bahkan banyak jalan yang belum ada di google maps.

Angga datang membawa kantong plastik putih yang menerawang sehingga orang-orang pasti mengetaui isi di dalamnya. Rengganis merasa tidak enak karena merepotkan anak Pak Lurah itu.

“Makasih banget ya Ngga, ini uangnya. Kembaliannya mmbil aja buat jajan.”

“Engga usah. Aku balik dulu.” Angga menyelonong pulang ke rumahnya.

Rengganis berlari mengejar remaja yang masih menggunakan seragam putih abu-abunya itu. Tentu saja ia tidak membiarkan remaja itu membayar belanjaannya.

“Udah ini ambil.”

Rengganis memasukkan uang lima puluh ribuan itu ke dalam kantong seragam Angga. Remaja itu melotot kaget dengan perlakuan Rengganis. Saat akan mengembalikan uang itu, Rengganis sudah kembali masuk ke rumah dan mengunci pintu rumah itu.

Wanita itu tersenyum ketika membuka kantong plastik belanjaan, di sana tidak hanya ada pembalut yang bersayap tapi juga minuman yang biasa diminum ketika haid dan juga coklat batang kesukaan Rengganis.

Rengganis pikir, mungkin saja Angga sudah berpengalaman menghadapi perempuan sehingga remaja itu mengetahui apa yang dibutuhkan perempuan saat berhalangan.

Beruntung sekali gadis yang menjadi pacar Angga.

o0o

Malam itu karena sudah lama tidak keluar bersama, Bara mengajak anaknya untuk makan malam di luar. Pria itu merindukan quality time bersama keluarganya, namun semakin hari pria itu semakin sibuk.

“Yah, aku mau ke sekolah naik motor sendiri.”

“Kamu belum tujuh belas tahun, belum punya SIM juga.” Bara menyuapi Jay yang saat ini ditinggal pengasuhnya pulang kampung karena akan menikah.

DUDA KESAYANGAN RENGGANIS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang