37. Kesalahan Berulang

3.7K 331 13
                                    

~~~~~

Selamat membaca
Monggo enjoy

~~~~~

Niki - Every Summertime

~~~~~

"Ada beberapa hal yang harus dikejar, ada beberapa hal yang harus dilepaskan."

~~~~~

"Mas bangun."

"Mas Kuncoro bangun."

Seorang perempuan tengah berusaha membangunkan sang suami, menepuk pipi tirus itu dengan pelan agar segera membuka mata. Dengan kondisi berbadan dua membuatnya susah bergerak, dia sebenarnya ingin bebas namun apa daya jika sang suami yang tidur selalu ingin dipeluk. Jika tidak dipeluk maka dia harus siap menerima resiko akan di diamkan selama 1 hari penuh.

"Ayah ayo bangun ih, adek mau pipis udah gak tahan," Venna melepaskan pelukan Kuncoro yang begitu erat melilitnya, segera berjalan tertatih menuju kamar mandi agar tidak bocor di jalan. Namun sayang karena sudah terlambat, perempuan itu merasa gemas melihat dirinya yang mengompol di dalam kamar mandi.

"Kalau aku bilang lepas tuh ya lepas, ngompol kan jadinya ih."

Mencuci dalaman masih dengan perasaan kesal, Venna berjalan kembali ke arah ranjang dengan wajah sebal. Beruntung daster yang dia pakai tidak basah.

"Sayang."

"Hm."

"Sayang tidur di sebelah mas."

"Gamau," ucap Venna dengan enteng. Venna yang melihat wajah sayu Kuncoro menjadi tidak tega, prianya itu sudah bekerja keras mencari uang. Sudah sepatutnya dia sebagai istri untuk menyenangkan suaminya bukan. "Udah jangan nangis, sini aku peluk."

Kuncoro yang mendengarnya hanya terkekeh pelan, dia tidak menangi sama sekali. Melupakan omongan Venna, Kuncoro dengan sigap meletakkan wajah menghadap dada berisi Venna. Aroma Venna benar-benar membuatnya tenang.

"Jangan dinaikin!" Venna dengan segera menutup tubuhnya dengan selimut, membenarkan tangan besar Kuncoro yang mengusap perut polosnya.

"Tidak pakai dalaman lagi?"

"Hm."

"Sayang ngomopol lagi?"

"Hm."

Pria itu kembali terkekeh, perempuannya ini memang ada-ada saya. "Kenapa ditutup sih," decak Kuncoro tidak suka dan segera menurunkan daster Venna hingga bawah dada.

"Ya masa jalan itunya ngegantung sih, sakit tau."

"Salah sendiri semakin besar."

"Ya kan nanti ada isinya Mas, coba deh Mas bayangin anak kita nen tapi dadaku tepos, pasti dedek bayinya juga ngerasa gak enak."

Kuncoro hanya diam, bibirnya menghisap ujung dada sang istri dengan teratur. Membuat Venna memejamkan mata dengan bibir yang mendesah kecil, mendorong kepala Kuncoro untuk berhenti melakukannya. "Kenapa suka banget nenen sih, badan segede gini padahal," ucap Venna dalam hati. Sebenarnya dia senang-senang saja melayani sang suami, namun ini juga menyakitkan.

Tanda-tanda merah keunguan selalu menghiasi bagian dadanya, leher juga ada namun tidak sebanyak dada. Ternyata menikah juga enak, sangat disayangkan jika sepupunya itu tidak dapat merasakan hal seperti ini. Sudah punya rumah, mapan namun belum ada pasangan.

KuncoroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang