Janji

1.2K 251 22
                                    

Axeon memejamkan matanya, dia masih terus teringat saat dimana dia tiba di rumah sakit milik keluarga Dimitra. Saat itu dia mendapati Erin-nya sudah tiada. Axeon mendengar kabar itu dari bagian informasi di rumah sakit itu. Lalu, saat Axeon ingin melihat putranya, dia dibuat terkaku saat mendengar ucapan dari suster yang baru saja berlari melewatinya.

"Iya, dokter Rio sendiri yang meminta. Katanya, mau melakukan tes dna,"

"Kasian dokter Rio dan istrinya. Padahal, dokter Rio sangat sayang sama istri dan calon anaknya,"

Axeon kemudian memilih pergi ke tempat dimana Erin berada. Tepat saat itu dia mendengar ucapan Arsen. Axeon memejamkan matanya. Dia menarik napasnya dalam-dalam dan tersenyum kecil.

"Erin, tidak apa, ya kalau Aaric tidak pulang denganku ke rumah kita. Adik sepupuku lebih membutuhkan keberadaan Aaric," Gumamnya.
Axeon bersembunyi di sekitar Arsen.

Saat Axeon melihat putranya terlelap nyaman dalam gendongan Arsen, Axeon kembali tersenyum. Walaupun senyumannya nampak sendu dan airmatanya mengalir.

"Maafkan daddy, Aaric. Daddy tidak bisa menjaga, merawat dan membesarkan Aaric. Tapi, daddy yakin, uncle Arsen dan aunty Naira akan merawat dan membesarkan kamu dengan baik,"

Axeon sempat mengambil foto putranya walau hanya dari balik kaca ruangan bayi. Dia menyimpan foto itu bersamanya. Axeon pergi dari rumah sakit setelah meminta tangan kanannya mengurus pemakaman Erin. Sejak saat itu, setiap Axeon datang ke Jakarta dia akan menyempatkan diri melihat bagaimana tumbuh kembang putranya dari jauh. Bahkan saat hari pertama sang putra memasuki sekolah, Axeon juga ada disana. Turut mengantar walau hanya dari kejauhan.

"Aaric sudah besar. Terima kasih sudah lahir dan tetap sehat untuk daddy, Aaric," Gumam Axeon setiap dia melihat sang putra dari kejauhan.

Axeon menghela kecil. Dia memanggil pelayan untuk membantunya mengganti perban. Dia sedang membuka kemejanya saat pintu kamarnya diketuk dari luar.

"Masuk," Ujar Axeon.

Axeon memang sedang berdiri membelakangi pintu. Dia tidak tahu siapa yang datang dan mengira pelayan yang dia panggil lah yang datang. Badan Axeon berjingkat dan terkaku kala pinggangnya di peluk oleh tangan mungil seseorang. Axeon menoleh ke belakang dan menemukan Zachary tengah memeluk pinggangnya.

"Hey, baby boy. Selamat pagi. Apa tidurmu nyenyak semalam?" Sapa Axeon.

Sungguh Axeon ingin sekali memeluk Zachary ke dalam pelukannya. Mengatakan pada Zachary kalau dia adalah ayah dari Zachary. Tapi, Axeon tidak mau merusak kebahagian Arsen dan Naira, juga Zachary sendiri.

"Guten morgen, daddy," Sapa Zachary.

Mata Axeon melebar karena kaget. Dia kemudian melihat ke arah pintu dan menemukan Arsen tengah berdiri sambil bersandar di kusen pintu kamarnya. Arsen mengangguk padanya.

"Daddy tidak mau peluk?" Tanya Zachary.

Axeon terkekeh kecil dan berlutut untuk memeluk Zachary. Dia memeluk Zachary dengan sangat erat. Axeon membiarkan hidungnya berada di bahu Zachary untuk menghirup wangi Zachary.

"Daddy... Papa sudah cerita. Kata papa, daddy takut tidak bisa menjagaku dengan baik. Jadi, daddy menitipkan aku pada papa. Papa juga minta maaf soalnya, papa tidak memberitahu aku lebih awal. Aku juga mau minta maaf pada daddy soalnya aku selalu memanggil daddy dengan sebutan uncle,"

Axeon hanya mengangguk. Dia bahkan tidak sadar kalau dirinya sudah menangis. Zachary menjauhkan badannya dan mengusap kedua pipi Axeon dengan tangan kecilnya.

[DS #3] Save Me Hurt MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang