Tolong Bantu

1.2K 234 10
                                    

"Papa..."

Arsen menoleh. Dia tersenyum sebelum menyambut pelukan dari pemuda di depannya. Dia menepuk pelan punggung pemuda itu. Sudah berusia empat belas tahun itu memeluk erat dirinya.

"Kapan kakak sampai? Kenapa tidak beritahu papa dan mama, hm? Kami bisa menjemputmu di bandara,"

"Baru saja. Aku kan mau memberikan kejutan,"

Arsen melepaskan pelukannya. Dia menatap lekat pemuda itu dan menghela kecil.

"Ayo, ke ruangan papa!"

"Pa, boleh aku mampir ke kantin dulu?"

"Mau beli cheesecake lagi?

Pemuda itu mengangguk.

" Ya, sudah sana. Nanti langsung ke ruangan papa, okay?"

"Siap, pa,"

Arsen berjalan lebih dulu ke ruangannya. Dia mengeluarkan ponselnya dari saku celananya. Arsen mendial nomor seseorang  di kontaknya dan menunggu sampai panggilannya terangkat.

"Apa yang terjadi di Jerman?" Tanya Arsen tanpa basa-basi.

"Maksudmu apa?"

"Zachary pulang ke Jakarta lebih cepat dari seharusnya. Apa yang terjadi disana?"

"Apa? Kapan Zack pulang? Pantas aku tidak melihatnya sejak tadi pagi,"

"Zachary pergi dari rumahmu dan kau tidak tahu? Kak!"

"Aku menemaninya kemarin malam. Kami masih berbagi cerita sebelum Zack tidur kemarin. Aku benar-benar belum melihatnya karena saat aku berangkat Zack masih tidur tadi,"

Arsen menghela.

"Kakak yakin tidak ada hal yang terjadi?"

"Hn. Tidak ada hal yang terjadi. Lagi pula siapa yang berani mengusik anak kesayanganku?"

"Entah. Istrimu mungkin?"

"Dia tidak akan seperti itu,"

"Ya, sudah kalau begitu. Biar aku tanyakan pada Zack saja nanti,"

"Kabari aku, okay?"

"Hn. Nanti ku kabari,"

Arsen menutup panggilan itu. Dia membuka jas miliknya dan menggantungnya di tempat jas. Arsen duduk di sofa dan tak lama putra sulungnya datang dan masuk ke dalam ruangannya. Arsen melihat anak itu duduk di sebelahnya dan mulai memakan cheesecake kesukaannya itu.

"Kak,"

"Hm?"

"Kenapa kamu pulang lebih cepat?"

"Tidak apa-apa. Aku hanya lebih kangen rumah saja,"

Arsen diam. Dia tahu arti dari jawaban itu. Putranya tidak akan menjawab walaupun dia bertanya lebih lanjut. Arsen memperhatikan putra sulungnya itu dengan lekat. Menunggu sampai sang putra bercerita padanya.

"Pa,"

"Hm?"

"Aku tidak jadi melanjutkan sekolah ke Jerman,"

Arsen terkejut. Melanjutkan pendidikan ke Jerman adalah cita-cita sang putra sejak dia sering pulang ke Jerman.

"Kenapa?"

"Aku pikir, tanggung kalau melanjutkan senior high di Jerman. Lebih baik menyelesaikan disini saja,"

"Oh. Tapi, nanti kakak tetap kuliah di Jerman?"

[DS #3] Save Me Hurt MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang