17

6.5K 809 65
                                    

.

Sunoo sudah Jake titipkan pada temannya karena kebetulan anak temannya juga dirawat sebelah ruang rawat inap Sunoo.

Jadi Jake sudah selesai membersihkan rumah, memasak dan lainnya hanya tinggal mengurus anak sulungnya untuk pulang dari rumah sakit, tapi si bungsu rewel sekali.

"Kak kembar papa tanya dong, tadi adek ada mam apa?" Hidung Riki memerah, pipi gembilnya juga.

"Nda tau papa ..... uwon tadi mam biskit telus nda kacih adek, wony mam cokat cuga nda kacih adek," Jake menghela nafas, suhu tubuh Riki mulai hangat.

"Ya sudah makan dulu kue nya, papa cari obat buat adek dulu, yang itu jangan dimakan ya punya ayah," kembar mengangguk serentak.

Sunghoon mengambil kotak obat lebih dulu saat Jake bersusah payah mengambilnya sambil berjinjit menggendong Riki pula, setelah itu mengambil alih si bungsu dari pelukan Jake.

"Pilih obatya." Jake tersenyum tipis.

Namun Riki menangis dipelukan sang ayah karena jika sudah begini jangan harap bisa jauh dari papanya, Riki kan bucin papa setelah Jungwon.

"Gak tau adek salah makan apa, adek punya masalah sama daya tahan tubuh, makanya tiap kali belanja aku bakal minimalin buat mereka beli makanan ringan, gak biasanya adek gini padahal setau aku dia makan masakan aku aja, atau masakan aku ada yang salah?" Sunghoon terpaku melihat mata berkaca-kaca milik Jake.

Jake menepuk punggung kecil Riki sambil membuka mulut kecil itu untuk meneguk obat sirupnya, "Tadi pagi masih baik ya? Berarti ada yang salah sama masakan aku."

Tidak tahu saja Jake kalau Sunghoon ketar-ketir setelah mendengar daya tahan tubuh Riki yang berarti ada kaitannya dengan es krim tadi malam.

"Adeek .... sama ayah dulu ya? Sunghoon kamu puk puk gini punggungnya, aku mau ke dapur sebentar." Jake berjalan cepat menuju dapur mungkin untuk memastikan makanan yang di makan kembar entahlah.

Sunghoon bertatapan dengan manik bulat polos milik sang anak yang tak berkedip menatapnya, bibir mungil Riki terbuka, hidung anak itu memerah.

"Maaf aku tidak tahu, Jagoan." Kalau tahu kondisi Riki mungkin Sunghoon tidak akan mau membelikan es krim untuk bayi ini, dapat Sunghoon rasakan dadanya berdenyut nyeri.

Tak lama isak tangis terdengar dari Riki, pipi gembilnya bergerak seiring isak tangisnya, kemudian tangan kecil bayi itu dikulum seperti dot, Sunghoon jadi panik.

"Dimana sakit?" Riki mendusel didada sang ayah.

.

Badan Jake tidak bisa bergerak karena Riki tertidur pulas diatas dadanya setelah menangis cukup lama, dan baru berhenti saat mengusel nyaman didada telanjangnya.

Jake tidak memakai atasan lagi karena si bungsu suka bersentuh antara kulit dan kulit setiap sakit, ini masalahnya dia tidak bisa ke rumah sakit untuk mengurus kepulangan anak sulungnya.

Sunghoon duduk dibangku menghadap mereka, kamar pribadi tempat mereka sekarang.

Si kembar sedang belajar di kamar sesuai perintah Sunghoon.

"Sunghoon .... Sunoo hari ini sudah boleh pulang .... " Sunghoon mengangkat sebelah alisnya.

"B-bisa kamu jemput Sunoo?" Jake berkata ragu.

Sunghoon menggeleng, "Kau saja, aku urus Riki." Tubuh Riki dipindahkan ke ranjang, sedetik kemudian bayi itu menangis kencang.

"HUWWEEE PAPPA! HUWEEE .... " Jake kembali menaruh Riki di atas tubuh dan detik itu juga dia Riki berhenti menangis.

"Bagaimana bisa?" Sunghoon kehilangan kata-kata, sedekat itukah mereka sampai begitu terasa jauh walau sedetik.

Jake menatap Sunghoon memelas ini mungkin tidak akan membantu, tapi mau bagaimana lagi anak sulungnya sendirian disana, Jake merasa khawatir.

Tidak punya pilihan lagi, ingin marah namun Riki sakit sekarang karena ulahnya, jika sampai Jake tahu entah apa yang terjadi, "Baiklah." Sunghoon mengambil blazer hitamnya dan langsung pergi ke rumah sakit.







My Family [sungjake]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang