Keluarga Cakra

3.1K 254 12
                                    

Cakra memarkirkan mobil didepan rumahnya.

Kaya Raya! Bujang! ganteng! atletis! tinggal sendiri! CEO Perusahaan besar! ga usah kerja!

Andaikan hidup seindah hayalan para penulis novel.

Kenyataannya Cakra bukan orang beruntung seperti itu.

Jelek sih nggak, tapi kalau ganteng kan katanya relatif.
Walaupun bukan orang kaya, tapi keluarga Cakra tidak miskin miskin amat.
yah! pokoknya keluarga biasa dengan kehidupan biasa pada umumnya. Mempunyai sebuah toko dengan nama Indojuni. Sebuah Toko seperti jaringan toko Ritel yang ada di Indonesia. Itupun toko warisan ayahnya. Cakra sendiri lebih menyukai kerja online dengan membuka jasa web desain dan SEO blog di fiverr, bukan kerjaan yang keren, tapi cukuplah untuk uang jajan dia dan Ana, kalau kurang tinggal pura pura rajin bantu di toko. Ujung ujungnya minta uang mamanya buat beli bensin.
Anatasya adalah adik satu satunya yang meski sering berantem tapi paling tersayang. Mobil juga mobil tua peninggalan ayahnya.

Cakra turun dari Mobil, membuka pintu untuk Tribuana.
Sepanjang jalan Tribuana tidak bisa menyembunyikan keheranannya melihat bangunan di pinggir jalan. Rumah yang berjejer rapi, pertokoan, benda- benda yang katanya Cakra bernama Mobil banyak berseliweran, dan juga benda yang melaju lebih kecil namun bisa berlari cepat yang katanya namanya Motor.
Semua nampak terlihat bagus dimata Tribuana Tunggadewi. Tempat ini benar benar maju. Orang - orang yang lewat berjalan kaki berpakain ada yang seperti Cakra dan rata rata berambut pendek rapi.
Rumah rumahnya juga berbeda dengan yang ada di Kerajaan Majapahit. Kota Praja Majapahit memang indah, namun di tempat dia terlempar ini jauh lebih indah.
Lebih banyak warna dimasa yang dia masuki ini.

Mengingat misteri terlemparnya dia dimasa sekarang ini, membuat Tribuana setuju untuk tinggal sementara dirumah Cakra. Cakra juga bercerita tentang kerajaan Majapahit yang sudah runtuh. Paling tidak dia bisa mencari tau soal Majapahit atau kalau perlu cara dia bisa kembali kemasannya. Kembali ke Keraton.

***

Cakra membuka pintu mobil.

"Kita sudah sampai, mari" Cakra mengulas senyum ramah. Mempersilahkan tamunya yang aneh dan lucu ini.

Tribuana turun dengan perasaan setengah ragu. Merasa sedikit mual, ini untuk pertama kalinya dia naik mobil. Kepalanya agak pusing.

"Hati-hati!' Cakra melihat Tribuana agak oling.

"ini baru pertama kali aku naik benda seperti ini, apa tadi ini namanya?" tanya Tribuana.
"Oh ya, Motor"  Tribuana asal tebak.

"Mobil" Cakra mengoreksi sambil tersenyum geli. Pandangan matanya melirik motor adiknya masih terparkir digarasi.

Mungkin kehabisan bensin.

Menutupi rasa malu Tribuana memandang keatas, menatap Matahari yang mulai merambat naik.
"Iya Mobil" ulang Tribuana sambil tersenyum malu.

Ah, senyum gadis ini manis banget.

Cakra terpesona.

"Ayo masuk"

Cakra tidak perlu repot repot mengetuk pintu. Cakra tau ibunya pasti sudah di Toko dan adiknya pasti sudah Berangkat sekolah. Cakra mendorong pintu, belum sempat pintu dia dorong, pintu malah sudah terbuka dari dalam.

"Jam segini baru puuuu......lang" sebentuk suara cempreng mengomel dari balik pintu yang baru terbuka.

Namun mulut Ana, adik Cakra langsung terkunci melihat orang yang datang bareng abangnya itu. Matanya yang bulat itu bolak balik menatap kakaknya dan Tribuana bergantian.
Cakra tersenyum geli melihat respon adiknya, sedangkan Tribuana mengangguk sambil tersenyum.

"Eh ada taaaamu" kata Ana gugup.
Sama seperti kakaknya, dia juga terpesona dengan kecantikan Tribuana.
Cakra mengacak rambut adiknya. Mendorongnya pelan supaya tidak menghalangi jalan. Ana bergerak seperti robot.
Detik berikutnya Ana melesat ke dalam rumah masuk dapur melapor pada ibunya.
Cakra menggeleng gelengkan kepala melihat tingkah adiknya yang enerjik itu.

"mari masuk"

Tribuana lebih merasa takjub daripada bingung. Tempat duduknya empuk, bahkan lebih empuk dari singgasana kerjaan. Didinding rumah menempel lukisan lukisan.

"Anak nakal, kenapa kamu tidak sekolah?!" kata Cakra agak kencang.

"Inikan Minggu!!" Teriak Ana dari Dapur.

Tak beberapa lama ibu Cakra keluar.
Tentu saja Cakra dan Tribuana sudah mendengar Ana heboh memberitahu ibunya jika abangnya pulang dengan cewek.

"Eh ada tamu" kata Ibu Cakra.

"Ma, kenalin ini ... Tri.. Triiii..., Cakra lupa nama cewek yang baru dikenalnya tersebut. Melirik kearah Tribuana minta bantuan.

"Tribuana Tunggadewi" Sahut Tribuana sambil berdiri dan sedikit membungkukkan badan dan tersenyum tipis.

"Temennya Cakra ya?" Gerakan tangan ibu Cakra luwes mengulurkan tangan meraih tangan Tribuana. Tribuana tidak tau harus berbuat apa, dia asal aja ikut mengulurkan tangannya. Dia tidak tidak pernah berjabat tangan sebelumnya. Di Istana setiap tamu hanya perlu sedikit membungkuk badan jika memperkenalkan diri.
Tribuana sedikit kaget ketika tangannya dijabat erat ibu Cakra.

Jadi begini cara berkenalan di masa saat ini?

"Ayo duduk, jangan sungkan sungkan"
Ibu Cakra tidak memperkenalkan nama.  Menatap heran sekaligus menyelidik cara berpakain Tribuana.

"Cakra, Emang mau ada acara karnaval ya?"

Menilik cara berpakain Tribuana, ibu Cakra menduga Tribuana adalah peserta lomba karnaval. Kebetulan memang ini bulan Agustus. Taulah bulan Agustus itu bulan apa?.

Belum sempat menjawab Ana sudah nongol dari dalam.

"Cieeee yang bawa pacar" kata Ana sambil melesat keluar rumah.
Cakra menatap adiknya sengit yang keburu kabur. Tribuana menatap bingung.

"Duduk ... silahkan duduk" kembali ibu Cakra mempersilahkan Tribuana duduk. Cakra duduk di ikuti Tribuana.

"Ma, saya mau ngomong bentar" kata Cakra agak serius. Matanya melirik Tribuana.

"Mbaknya tunggu bentar disini, saya mau bicara bentar dengan Mama". Meski bingung Tribuana mengangguk. Ibu Cakra menatap bingung bergantian antara putranya dan Putri Dyah Tribuana Tunggadewi. Tribuana memasang wajah seolah dia baik baik saja dengan tersenyum kecil ketika melihat pandangan ibu Cakra yang tampak kawatir.

________
Terus dibaca ya kakak

Jangan lupa vote komen biar saya senang😀

Dyah Tribuana Tunggadewi Where stories live. Discover now