35.2. A New Life

3.3K 757 209
                                    

Jujurly, aku kaget lihat komen yg udah terpenuhi tapi initu bikin seneng bgt🤩 jadi, aku update deh, meski vote belom nyampe target.

Makasih yaaa. Met baca❤️

***

35.2. A New Life

Detik selanjutnya, anggukan yang Devdas temukan sebagai respons dari Tara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Detik selanjutnya, anggukan yang Devdas temukan sebagai respons dari Tara.

“Kelihatan banget ya, Mas?” bisiknya dengan senyum canggung. Bahkan perempuan itu hanya menatapnya sekilas. 

Jawaban dari pertanyaan Tara sebenarnya tidak mengagetkan sama sekali.

“T—tapi Mas Devdas nggak perlu khawatir, aku orangnya profesional, kok! Aku bukan tipe orang yang suka mencampurkan urusan pekerjaan sama pribadi. Aku bisa janjiin itu sama Mas. Sekaligus, aku mau minta maaf karena udah lancang menaruh hati sama Mas.” 

Pertama kali bertemu dan mengobrol dengan Devdas, Tara langsung dibuat jatuh hati. Bukan karena Devdas yang tampan dan tajir, melainkan karena cara pria itu berbicara. Devdas adalah definisi pria yang tidak akan pernah membuat bosan. Tidak pernah sombong, pria pemilik tempat kerjanya itu bahkan sangat humble. Pria itu selalu membaur dan bersikap hangat pada bawahannya.

Itu adalah secuil poin plus Devdas dari sisi Tara. Kalau dijabarkan satu-satu, masih ada banyak hal yang membuat Tara menaruh hati pada pria ini. Namun tenang saja, Tara sangat tahu diri dengan posisinya sebagai bawahan pria itu.

Diberi kepercayaan sebagai asisten Devdas belakangan ini, merupakan pencapaiannya yang sangat luar biasa. Untuk Tara yang korban resign karena lingkungan pekerjaan yang tidak nyaman, DZ adalah kantor yang sangat membantunya. Meski kebanyakan karyawannya berjenis kelamin laki-laki, tidak ada orang yang macam-macam. Semuanya berpikiran waras.

“Nggak perlu minta maaf. Santai aja kali, Ra. Gue cuma mau bilang, jangan suka sama gue. Gue cuma laki-laki gagal move on. Gue nggak mau bikin lo sakit hati, kalau minta lo sebagai pacar gue, di saat gue masih mencintai cewek lain. Gue bisa minta itu sama lo, kan?”

Tara mengangguk dengan mantap. Bahkan dalam mimpinya pun, Tara tidak pernah menghalu jadi pacar Devdas. Meski hatinya kecewa, walau dia tidak berhak untuk itu.

“Jadi, bener ya, kata Mas Alan. Kalau Mas Devdas lagi galau habis diputusin?”

Mendengar kalimat yang Tara keluarkan seperti itu, Devdas dibuat membelalak. “ALAN SIALAN BILANG GITU SAMA LO, RA?” serunya kemudian.

Tara sampai meringis mendengarnya. “Mas jangan salah paham, aku sama sekali nggak mengorek tentang Mas dari Mas Alan, kok. Lima hari yang lalu, Mas Alan bilang katanya kasihan si bos lagi galau. Aku malah bingung. Setahuku dan orang kantor, maaf, Mas kan nggak punya pacar. T—terus sebenarnya, ini ide dari Mas Alan.”

Lucky Man (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang