Part 38

8.8K 1.2K 197
                                    

MALAM harinya Jaehyun kembali ke rumah Ten, tapi kali ini tidak dengan tangan kosong. Hanya saja, waktu yang ia miliki untuk memperbaiki hubungan bersama Taeyong hanya tersisa empat hari lagi, Jaehyun tidak mau membuang kesempatan terus menerus.

Memang awalnya Jaehyun memutuskan untuk pergi, tapi ia berniat kembali di hari yang sama demi membawa beberapa makanan kesukaan Taeyong. Jaehyun ingin menghormati keputusan serta mengerti kemauan Taeyong, ia tahu bahwa lelaki cantik itu enggan melihatnya, namun; Jaehyun juga tidak dapat membiarkan Taeyong semakin menjauh dari kehidupannya.

Di sinilah Jaehyun berdiri sekarang, di depan pintu rumah Ten, tadi Ibu dari temannya Taeyong itu keluar dan menyambutnya setelah tahu bahwa ia memiliki hubungan dengan Taeyong. Tapi Jaehyun memilih untuk tetap di luar, ia tidak mau masuk ke dalam dan membuat Taeyong semakin tidak nyaman.

Senyum Jaehyun mengembang tatkala melihat Taeyong yang kini berjalan menuju ke arahnya, wajah lelaki cantik itu terlihat sedikit kesal.

"Selamat malam, aku merindukanmu, jadi-"

"Apa kau sama sekali tidak mengerti jika aku enggan bertemu atau sekedar melihat wajahmu?" potong Taeyong cepat, ada sedikit rasa nyeri di dalam dada karena mengatakan hal kejam seperti itu pada lelaki di hadapannya, "i told you, get out of my face."

Mendengar itu senyum Jaehyun sedikit luntur, ia memberikan kantung plastik yang sejak tadi ia genggam pada Taeyong. "Aku membawakanmu roti dan ubi manis, ada beberapa cemilan yang kau sukai juga. Oh ini," Jaehyun mengeluarkan syal berwarna cokelat dari kantung tersebut dan memakaikannya di leher Taeyong. "Udara semakin dingin, jangan sampai sakit, aku tidak bisa mengawasimu dari dekat."

Alasan terbesar Taeyong untuk tidak ingin bertemu Jaehyun adalah, ia enggan membiarkan hatinya luluh. Keberadaan kekasihnya itu saja sudah menjadi godaan yang sangat sulit di tolak. Taeyong memundurkan langkah kaki setelah Jaehyun memasang syal di leher, ia tidak mengambil kantung belanjaan yang Jaehyun sodorkan, hanya menatap.

Rasanya Taeyong ingin memeluk lelaki tinggi di hadapannya saat ini, tapi ia tidak memiliki keberanian untuk itu. Taeyong terlalu larut dengan seluruh rasa kecewa yang selama ini ia pendam, egonya melambung tinggi.

Jaehyun berdehem pelan. "Tadi aku bertemu Irene di lift, ia menanyakan keberadaanmu, sepertinya Irene sudah pulang dari bulan madunya," tangannya masih menggantung di udara karena Taeyong belum mengambil kantung belanjaan yang ia sodorkan. "Maaf karena aku muncul ketika kau bahkan tidak ingin melihat wajahku, hanya saja aku tidak bisa melepaskanmu begitu saja. Aku mau berusaha lebih keras untuk mendapatkan hatimu kembali.

"Apa yang aku ucapkan sebelumnya mungkin terdengar begitu egois di telingamu, aku selalu meminta maaf tanpa berpikir dan aku tidak dapat memahamimu dengan baik. Terima kasih karena sudah menyadarkanku, berkat itu aku dapat berubah sedikit demi sedikit agar dapat memahamimu lebih baik lagi dari sebelumnya."

Taeyong mengalihkan pandangan ke arah lain, berusaha untuk tidak terbawa suasana dan menjatuhkan air matanya. "Kenapa baru sekarang?" ia bergumam, "setelah semuanya cukup berantakan dan hatiku terluka, kau baru berniat untuk memahamiku dengan baik? Lalu bagaimana sebelumnya? Jika aku tidak pergi dari apartemen, apa kau bahkan akan berpikir jauh seperti ini?"

Jaehyun terdiam, dadanya terasa sesak; apa yang keluar dari mulut Taeyong menghantam dirinya begitu keras. Benar, bila semua ini tidak terjadi, apa Jaehyun akan berpikir jauh? Ia menyalahkan dirinya sendiri untuk itu.

Menghirup napas panjang, Jaehyun akhirnya menarik lengannya kembali dan memilih untuk menaruh kantung belanjaan di kursi halaman depan rumah Ten yang terletak di sampingnya.

"Maaf," Jaehyun menunduk. "Maaf karena aku terus meminta maaf."

Taeyong mengigit keras bibir bawahnya. "Lebih baik kau pergi saja, aku tidak membutuhkanmu sekarang."

Certain Things《Jaeyong》✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang