Kemurkaan Axeon

1.4K 242 24
                                    

"Kamar daddy yang letaknya dekat dengan kamarku. Kamar itu... Apa daddy menguncinya?"

Axeon mengangguk. Zachary langsung terdiam. Tangan Zachary langsung mengambil minuman yang tadi dia bawa dari kulkas di dapur. Zachary meminum minuman itu. Otaknya mulai berputar untuk memikirkan beberapa kemungkinan hingga dirinya sampai pada satu kesimpulan.

'Dia sengaja melakukannya karena, dia tahu daddy bisa sewaktu-waktu menyingkirkan mereka dari kehidupan daddy,'

Zachary menghela kecil. Dia juga mulai memikirkan apakah dia harus mundur seperti rencananya sebelum ini atau dia harus tetap mempertahankan hak dan statusnya di keluarga Eginhardt. Zachary bukan anak kecil lagi. Dia tahu cepat atau lambat perebutan di Eginhardt akan dimulai dan sepertinya istri baru sang ayah sudah memulainya duluan.

"Zack, apa ada hal lain yang terjadi di mansion selama ini yang daddy tidak tahu?"

Zachary hanya bisa tersenyum kecil.

"Aku tidak mau menjawab itu," Ujar Zachary jujur.

Axeon mengakui sifat dan sikap Zachary adalah pergabungan dari 4 orang. Dirinya, Erin, Arsen, dan Naira. Terkadang Zachary tidak menyadari kalau perilakunya meniru kedua ayahnya dan juga ibunya. Karena itu, Axeon hanya bisa menghela kecil saat mendengar jawaban Zachary. Cara menjawab yang sama dengan Arsen ketika Arsen enggan menjawab.

"Baiklah. Kalau begitu, daddy harus mencari tahu jawabannya sendiri, kan?"

Zachary tersenyum lagi tanpa mengucapkan apapun. Axeon bangkit dari posisinya. Tangannya mengusak pelan puncak kepala Zachary. Sejak Zachary memanggil Axeon dengan sebutan daddy, Axeon tidak pernah absen dalam menghubungi Zachary. Walaupun terkadang dia harus terjaga sampai pukul 3 pagi agar bisa menghubungi Zachary sebelum Zachary berangkat sekolah.

Terkadang Axeon harus menghibur Zachary ketika Zachary menghubunginya untuk mengadu kalau dia baru saja dimarahi oleh Arsen. Axeon hanya bisa mendengarkan dan sedikit membesarkan hati putranya itu. Axeon juga pernah marah besar pada Arsen. Axeon bahkan berniat membawa Zachary ke Jerman jika saja Naira tidak memohon padanya.

Zachary sudah besar sekarang. Sebentar lagi Zachary akan duduk di tingkat menegah atas. Axeon sedikitpun tidak pernah bermimpi bisa sedekat ini dengan Zachary. Axeon selalu berkata pada dirinya untuk membiarkan Zachary bahagia dengan Arsen dan Naira. Axeon tersenyum. Dia sedikit membungkuk dan mengecup ringan puncak kepala Zachary.

"Daddy minta maaf padamu, son. Daddy sudah membiarkan mereka mengusikmu seperti ini," Ucap Axeon.

"Dad... Ezel dan Hans mungkin tidak tahu menahu soal hal itu,"

Axeon tidak menjawab. Zachary tahu ayahnya ini tengah marah. Sangat marah malah. Zachary yakin, kalau ayahnya pulang ke Jerman hari ini, maka ketiga orang di mansion Kenneth akan menerima kemurkaan dari seorang Axeon.

"Dad... Apa daddy sibuk?" Tanya Zachary membuat Axeon menatap Zachary.

"Liburanku masih ada dua minggu lagi. Kalau daddy tidak sedang sibuk, apa daddy mau menemaniku menghabiskan sisa liburanku?"

"Boleh daddy pulang sebentar?"

Zachary tidak berani menjawab. Dia tahu kalau kedua ayahnya memiliki pendirian yang sekokoh atau bahkan lebih kokoh dari tembok beton. Pertanyaan sang ayah sama dengan menyatakan kalau dia belum membereskan masalah di mansion Kenneth, dia belum puas.

"Daddy tidak membawa pakaian kesini, son. Daddy malas membeli pakaian baru lagi ketika pakaian daddy disana sudah menumpuk sampai bisa daddy donasikan,"

[DS #3] Save Me Hurt MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang