30. Glimpse of Meru

2.5K 321 56
                                    

Kesibukan meru tiap hari ya kerja, kerja, kerja meninggal.

Enggak ding

Pokoknya prioritas meru saat ini adalah bekerja. Selain mengalihkan perhatiannya dari mencari hera, pekerjaannya juga menumpuk karena bisnisnya makin bertambah.

Dan sosok meru juga berubah. Dia jadi lebih dingin dari sebelumnya. Semakin tak tersentuh dan semakin jauh dari keluarganya.

Jeffry sudah angkat tangan. Dia gak mau ikut campur lagi dalam kehidupan meru. Meru sudah dewasa, sudah bisa menentukan jalan hidupnya sendiri.

Untuk ijen, Jeffry pun bertindak sama seperti halnya dengan meru. Jeffry sudah lepas tangan atas kedua anaknya.

Dan hal inilah yang membuat meru memilih untuk tinggal sendiri di sebuah rumah yang dia beli khusus untuk istrinya nanti.

Berhubung dia belum menikah jadi ini adalah rumah yang akan ia hadiahkan kepada istrinya kelak. Kalau Tuhan berkehendak jika meru akan menikah.

Rumah itu gak terlalu besar. Dan gak terlalu kecil juga. Rumah yang pas dihuni oleh pengantin baru. Meru bangga akan seleranya dalam memilih hunian. Sangat memuaskan.

Meru memasuki rumahnya dengan langkah yang ia seret. Terlalu lelah diserang pekerjaannya yang tak pernah habis. Hari sudah menjelang tengah malam waktu meru pulang.

Meru duduk diatas sofa ruang tamu dan memijat pelipisnya yang berdenyut. Meru merebahkan kepalanya di sandaran sofa dan menatap langit-langit temaram ruang tamunya. Pikirannya melayang, kembali mengingat sosok hera yang ia cari-cari selama ini.

"Kamu dimana sih ra? Aku harus nyari kamu kemana lagi?" gumam meru.

Meru ngelepas dasi yang terasa mencekik lehernya masih setia dengan posisi menatap langit-langit ruangan itu. Tak lupa kancing teratas yang dia tanggalkan.

Posisinya tetap disana tapi pikirannya kemana-mana. Dia masih disini tapi akalnya melayang jauh entah kemana.

Meru tersadar. Dia sekarang sendirian. Dia gak punya siapa-siapa untuk menemaninya.

Terlintas di pikirannya ekspresi terluka hera, tangisan gadis itu, tapi hebatnya hera masih bisa menerima semua itu dengan senyuman terukir di bibirnya.

Meru nutup matanya. Air matanya netes dari sudut matanya. Tangannya meremat dada kirinya yang terasa sesak.

Penyesalan itu selalu menghantui malam-malam Meru. Terus berputar layaknya kaset rusak dalam mimpi yang terus mengusik tidurnya yang tidak seberapa lama itu.

"Ini udah jalannya Meru... Sadar diri! Lo gak mau hera pergi tapi lo terus nyakitin dia. Hera udah bahagia ditempat barunya! Sadar goblok!" Meru nampar pipinya sendiri.

Mencoba buat menyadarkan dirinya sendiri. Walaupun telat sih.

"Mampu gak sih gue bertahan tanpa hera? Rasa-rasanya gue udah sekacau ini nyariin hera kemana-mana. Tapi gue percaya takdir yang bakalan menyatukan gue sama hera"

Kasian banget si Meru. Gak ada yang nyemangatin jadinya malah nyemangatin dirinya sendiri.

Meru ngacak rambutnya frustasi. Lusa dia harus pergi ke luar kota buat meninjau lokasi proyek pembangunan pabrik baru dari usaha barunya.

Lokasinya lumayan jauh sih. Jadi Meru harus menyiapkan semuanya dari hari ini meskipun besok dia libur. Biar gak buru-buru nyiapin semuanya.

Meru menegakkan punggungnya. Air matanya belum surut sama sekali. Biarlah dia jadi si Meru yang paling lemah cuma buat malam ini.

Sisi rapuhnya Meru akan dia keluarkan agar semuanya tau, dia sedang berada di titik terendah dalam kehidupannya.

Kalau bisa Meru mau memutar waktu. Kembali disaat dia bisa dekat sama hera tanpa mengkhianati perasaannya sendiri. Karena Meru pikir mengikhlaskan hera untuk ijen adalah pilihan terbaik diantara yang terburuk. Namun nyatanya semua itu menjadi bumerang untuknya di masa depan.

Meru nutup mukanya dengan kedua telapak tangannya. Dia menangis sesenggukan. Dia sungguh-sungguh sudah berubah. Dia bukan lagi Meru yang goblok soal percintaan. Yang tersisa sekarang adalah Meru yang sudah semakin dewasa. Yang sudah semakin matang dalam mengambil pilihan.

Ya Meru akui kalau ini semua terjadi juga karena kesalahannya. Meru sudah Memprediksi jika hal seperti ini akan terjadi. Meru sudah terlalu bersabar selama ini.

Jadi Meru bangkit dari tempat duduknya, menghapus air matanya, dan bertekad untuk mendapatkan hera kembali.

"Bangkit Meru! Ayo kita cari hera sampai ketemu!" ujar Meru tegas kepada dirinya sendiri.

Karena Meru percaya, harapan akan menjadi kenyataan jika ia mau berusaha.



Berharap suatu saat nanti
Kau dan aku kan bertemu lagi...




(≧(エ)≦ )

Minggu, 17/07/2022
03:16 p.m

Bear Brand [ MarkHyuck GS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang