Bab 49
Nat membantu Bu Idah dan Mpok Atun untuk menyiapkan makan malam. Sebagai orang baru di dalam rumah ini, tentu saja ia akan membuat citra baik agar tidak ada orang yang akan menggunjing dirinya.
Sementara Arga sendiri masih di kamar dan mengistirahatkan diri. Pria itu berkata jika ia akan pergi subuh nanti untuk syuting, dan tidak tahu kapan akan pulang. Sebagai pengantin baru tentu saja Nat merasa sedih. Namun, inilah resiko jika ia menikah dengan seorang aktor.
Arga juga menjelaskan jika ia akan sibuk sampai proses syuting selesai.
Nat yang tahu akan hal itu tentu saja meminta izin agar dirinya kembali bekerja. Beruntung tidak sulit jika ia mau kembali bekerja di perusahaan lamanya karena baru diketahui oleh dirinya jika perusahaan tempat ia bekerja merupakan perusahaan milik Bima Sanjaya yang akan diwariskan pada Kello.
"Ya ampun, Nat, kenapa repot-repot di dapur? Pengantin baru itu harusnya diam di kamar aja. Apalagi Arga bakalan sibuk kerja. Ini waktunya kamu untuk menghabiskan malam sama dia, bukan di dapur."
Nia yang baru tiba di dapur terkejut melihat menantunya sedang mengangkat piring hidangan.
"Enggak apa-apa, Mi. Lagi pula, Mas Arga juga lagi tidur."
Perempuan yang sudah sah menjadi istri Arga itu tersenyum menatap Mami mertuanya.
"Kalau begitu kamu harusnya temani Arga tidur. Biar kalau dia membuka matanya, ada kamu yang di samping dia."
Nia tersenyum menggoda menatap menantunya. Wanita cantik itu juga tidak segan untuk membantu mengangkat hidangan yang sudah dipersiapkan dan memindahkannya ke meja makan.
Mendengar apa yang diucapkan oleh Mami mertuanya tentu saja Nat malu. Pipinya bersemu merah tanpa ia sadari.
"Blushing kamu, Nat. Pengantin baru memang lagi hangat-hangatnya. Sayang aja Arga harus kerja. Tapi, kamu harus sabar, ya. Ini film terakhir Arga sebelum dia vakum dari dunia hiburan." Wanita itu menatap menantunya dan menepuk pundaknya pelan. "Kalau kangen, bisalah kamu datang ke lokasi syuting."
"Memangnya enggak apa-apa kalau aku datang ke lokasi syuting Mas Arga, Mi? Kalau ketahuan sama orang lain Mas Arga udah nikah, bisa-bisa jadi skandalnya."
Jujur saja Nat juga ingin datang ke lokasi syuting tempat Arga bekerja. Hanya saja, ia mungkin akan membongkar identitas pernikahan mereka pada orang lain yang akan menyebabkan masalah bagi Arga. Terlebih lagi di mata para penggemar pria itu yang memiliki jumlah banyak.
"Memangnya kenapa kalau orang tahu kalian sudah menikah?" Nia mengernyit keningnya. "Memangnya kamu mau pernikahan kalian dirahasiakan?"
Nat menggeleng kepalanya. Ia mau orang lain tahu jika Arga sudah ada yang memiliki. Tapi, tidak mau egois juga dengan karir yang mungkin akan hancur jika orang lain tahu Arga sudah menikah.
"Arga enggak terikat kontrak dengan siapapun, yang menghalangi dia berhubungan dengan lawan jenis. Arga itu hidupnya bebas." Nia mengangkat bahunya. "Mungkin publik bakalan kaget aja, karena mereka hanya tahu Arga enggak pernah dekat sama perempuan dan tiba-tiba sudah menikah."
"Aku mengerti, Mi." Perempuan itu mengangguk kepalanya sambil tersenyum. "Terima kasih ya karena Mami dan keluarga sudah mau menerima aku. Padahal Mami dan yang lainnya belum tahu sifat aku."
"Enggak masalah kalau kami belum tahu sifat kamu. Kalau kamu nakal, tinggal Mami jewer aja telinganya," balas Nia.
Percayalah, kata jewer yang keluar dari mulut Nia bukanlah sesuatu yang baik. Sayangnya, Nat tidak menyadarinya.
Saat makan malam sudah siap, semua anggota sudah berkumpul kecuali Arga. Nat yang memiliki tanggung jawab untuk memanggil pria itu segera naik ke lantai atas dan membangunkan pria yang sedang terlelap itu.
"Engh!" Arga bergumam sambil menggeliat tubuhnya. "Udah mau makan malam?" Pria itu membuka sedikit kelopak matanya sambil mendudukkan dirinya dengan malas.
"Iya, Mas. Sudah ditunggu yang lain untuk makan malam bersama."
Arga menguap kemudian merentangkan tangannya untuk memeluk Nat yang duduk di samping tempat tidurnya. Aksinya tentu saja membuat Nat membeku di tempat.
"Hmm." Pria itu meletakkan kepalanya di pundak Nat, sementara hidungnya menghirup aroma di leher sang istri yang tercium bau sabun miliknya. "Wangi," komentarnya.
Nat yang mendapat perlakuan dari Arga tentu saja menggelinjang geli. Prianya apa tidak sadar jika posisi mereka saat ini terlalu rawan.
"Mas, cuci muka dulu, baru kita turun ke bawah. Mami dan yang lainnya sudah menunggu."
"Ugh, kalau enggak makan malam bersama, pasti sebentar lagi Mami bakalan naik."
Akhirnya dengan malas, Arga melepaskan dekapannya pada Nat. Pria itu mencium kening istrinya sebelum akhirnya ia turun dari tempat tidur dan melangkah malas menuju kamar mandi yang terletak dalam kamarnya.
Beberapa menit kemudian, Arga dan Nat turun bersama ke lantai dasar. Tentu saja dengan tangan Arga yang menggenggam telapak tangan mungil istrinya.
"Pegang terus jangan sampai lepas," sindir Kello, melirik kakaknya.
"Sirik aja." Arga membalas sambil berjalan menuju meja makan. "Makanya, nikah dong. Masa yang beberapa tahun pacaran, kalah sama yang enggak pernah pacaran," sindirnya balik. Tentu saja hal ini membuat Kello merenggut kesal menatap kakaknya.
"Serang aja terus. Minggu depan aku nikah, pasti bakalan kaget juga."
"Abang 'sih enggak akan kaget." Pria itu menarik kursi untuk istrinya. "Soalnya Neva belum tentu juga mau nikah sama kamu."
Kello cemberut kemudian beralih menatap maminya dengan tampang melas. "Mi, lihat abang," adunya.
"Arga, jangan ledekin adik kamu terus," tegur Nia pada Arga. Sementara yang dibela menjulurkan lidahnya pada sang kakak yang hanya melotot menatapnya.
"Dasar anak kecil tukang ngadu."
"Aku bukan anak kecil, wlek."
"Kello." Kali ini Jillo yang menegur adiknya agar tidak membuat ulah. Apalagi ini perdana kakak ipar mereka makan bersama mereka.
Di sini hanya ada keluarga Bima saja. Sementara yang lain sudah pamitan pulang tadi sore. Termasuk orang tua Bima yang rumahnya tepat di sebelah rumah mereka.
"Iya." Kello cemberut kemudian beralih menatap Alea dan Alana yang tetap tenang sambil menonton kakak-kakak mereka berdebat. "Nanti malam kalian jangan tidur di kamar."
"Kenapa memangnya, Bangke?"
Nat yang mendengar pertanyaan Alana nyaris tersedak. Beruntung, Arga di samping yang peka menepuk punggung istrinya pelan.
"Alana memang suka manggil Kello dengan sebutan itu," ucapnya pelan, pada sang istri.
"Kello enggak protes?" tanya Nat, penasaran.
"Enggak. Soalnya Alana itu anaknya keras kepala."
Nat mengangguk kepalanya mengerti. Kemudian ia segera menoleh menatap Kello saat mendengar apa yang diucapkan oleh adik iparnya itu.
"Tidur aja di kamar bang Arga. Ganggu Bang Arga dengan Mbak Nat biar enggak bisa malam pertama."
"Kello Sanjaya."
Peringatan keras datang dari Arga yang langsung melotot menatap tajam pada adik laki-lakinya yang memang suka usil. Andai saja tidak ada mami yang sudah melotot ke arahnya, mungkin paha ayam yang sudah ada di dalam piringnya melayang ke mulut Kello.
Sabar! Sabar! Batin Arga berujar terus-menerus menyemangati dirinya sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
KEJAR TARGET (sequel Dilema Istri Kedua)
RandomCover bye @aimeeAlvaro Nathalya Silvia. gadis cantik 24 tahun ditinggal menikah oleh kekasihnya tanpa kepastian. Keluarga Nat--sapaan akrabnya-- yang masih percaya mitos di keluarga besar mereka mendesak Nat untuk segera menikah dan mencari suami...